Ujian Online Lebih Mudah
A
A
A
SURABAYA - Siswa di Surabaya mengakui ujian sekolah dengan metode daring (jaringan online ) atau computer based test (CBT) lebih mudah daripada paper based test (PBT).
Semua siswa mengerjakan soal lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Zulfa Ainur Rifki, salah seorang siswa kelas XII IPS I misalnya mengaku bisa menyelesaikan soal Pendidikan Agama dan PPKn dalam waktu 30 menit. Padahal, sekolah memberikan waktu mengerjakan soal selama 60 menit.
“Tinggal klik saja, tidak perlu urek-urek di atas kertas,” kata Zulfa, kemarin. Singkatnya, waktu pengerjaan lantaran ada beberapa hal yang tidak dikerjakan seperti pada PBT. Di antaranya, siswa tidak perlu menuliskan nama dan nomor induk siswa. Peserta atau siswa cukup mengetik username dan password name maka siswa sudah bisa langsung mengerjakan soal sebanyak40soal.
Yang terpenting, peserta tidak perlu mengurek-urek jawabandiataskertas. Zulfa mengaku pernah menghitung waktu saat latihan. Menurutnya, satu urek-urek jawaban bisa sampai lima menit. “Kalau tidak diurek-urek tebal nanti tidak terbaca di komputer,” ungkapnya. Tak hanya itu, urek-urek yang berlebihan juga bisa menyebabkan kertas jawaban robek dan rusak.
Dibandingkan dengan metode CBT, siswa cukup mengklik jawaban yang benar. Jika siswa ingin mengubah jawabannya, maka bisa kembali mengklik nomor soalnya dan kemudian menggantinya dengan jawaban yang diinginkannya. Selanjutnya mereka bisa mengerjakan soal hingga nomor terakhir.
“Kalau sudah yakin semua jawaban, tinggal submit all . Kita enter, dan tidak bisa diubah lagi,” katanya. Senada dengan itu, siswa kelas XII IPA V, Shinta Laraswati mengaku, mengerjakan soal dalam waktu 45 menit. “Kita juga lebih fokus,” ujarnya. Menurut dia, antarpeserta tidak bisa hadap kanan, kiri, dan belakang. Ini karena soal setiap peserta berbeda-beda dan siswa lebih fokus dalam pengerjaan soal.
Kepala SMAN 18 Surabaya Suwandie menyatakan, ada 219 siswa kelas XII SMAN 18 Surabaya yang mengikuti ujian CBT pada 2-6 Maret. “Satu hari dibagi tiga sesi karena kami cuma punya tiga laboratorium (komputer),” ungkapnya. Menurutnya, sesi pertama dimulai pukul 08.00-10.00 WIB, kemudian dilanjutkan pukul 10.00-12.00 WIB.
Untuk sesi ketiga pukul 12.00-14.00 WIB. Untuk soal, kata Suwandie, pihak sekolah membuat enam tipe. Ini membuat siswa yang lebih dulu melaksanakan ujian tidak bisa memberi bocoran ke temannya yang ikut sesi berikut. “Dalam satu sesi siswa mengerjakan dua mata pelajaran. Ujian CBT ini memang cukup cepat dan sederhana,” ungkapnya.
Dikatakannya, beberapa guru juga bisa langsung melihat hasil nilai siswanya. Ujian sekolah CBT ini dikonsepkan dan dipersiapkan guna menempuh ujian nasional (UN) CBTpada 7Aprilmendatang. Menurutnya, pada UN CBT, siswa hanya boleh membawa kartu peserta ujian. Barang lainnya seperti ponsel, catatan, kertas, flashdisk, dan alat-alat dilarang dibawa dalam kelas.
Terpisah, Kepala SMAN 2 Surabaya Kasnoto mengatakan, pihaknya telah memulai ujian sekolah pada Senin (2/3) hingga Rabu (10/3), meski POS (prosedur operasional standar) tentang US dari Pemerintah Pusat belum ada. “Kami tidak menunggu POS, karena waktunya mepet, tapi kami ikuti standar UN, di antaranya ujian dilaksanakan dengan satu ruang ada dua pengawas untuk 20 siswa, sehari ada dua mata pelajaran yang diujikan, dan guru mata pelajaran yang diujikan tidak boleh menjadi pengawas pada hari itu,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Puspendik Balitbang Kemendikbud Prof Nizam di sela Sosialisasi UN 2015 kepada kepala SMA/SMK se-Surabaya menjelaskan, CBT merupakan salah satu bentuk ujian, termasuk ujian nasional (UN), karena UN dengan pola lama yakni paper base test (PBT) juga tetap dilaksanakan.
“Kami mengadakan CBT karena mengikuti perkembangan zaman, sebab generasi sekarang merupakan generasi digital. Selain itu, UN secara CBT itu lebih efektif dan fleksibel. CBT lebih efektif karena menghemat kertas, sedangkan CBT bisa fleksibel karena bisa diulang bagi yang tidak lulus,” tandasnya.
Soeprayitno
Semua siswa mengerjakan soal lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Zulfa Ainur Rifki, salah seorang siswa kelas XII IPS I misalnya mengaku bisa menyelesaikan soal Pendidikan Agama dan PPKn dalam waktu 30 menit. Padahal, sekolah memberikan waktu mengerjakan soal selama 60 menit.
“Tinggal klik saja, tidak perlu urek-urek di atas kertas,” kata Zulfa, kemarin. Singkatnya, waktu pengerjaan lantaran ada beberapa hal yang tidak dikerjakan seperti pada PBT. Di antaranya, siswa tidak perlu menuliskan nama dan nomor induk siswa. Peserta atau siswa cukup mengetik username dan password name maka siswa sudah bisa langsung mengerjakan soal sebanyak40soal.
Yang terpenting, peserta tidak perlu mengurek-urek jawabandiataskertas. Zulfa mengaku pernah menghitung waktu saat latihan. Menurutnya, satu urek-urek jawaban bisa sampai lima menit. “Kalau tidak diurek-urek tebal nanti tidak terbaca di komputer,” ungkapnya. Tak hanya itu, urek-urek yang berlebihan juga bisa menyebabkan kertas jawaban robek dan rusak.
Dibandingkan dengan metode CBT, siswa cukup mengklik jawaban yang benar. Jika siswa ingin mengubah jawabannya, maka bisa kembali mengklik nomor soalnya dan kemudian menggantinya dengan jawaban yang diinginkannya. Selanjutnya mereka bisa mengerjakan soal hingga nomor terakhir.
“Kalau sudah yakin semua jawaban, tinggal submit all . Kita enter, dan tidak bisa diubah lagi,” katanya. Senada dengan itu, siswa kelas XII IPA V, Shinta Laraswati mengaku, mengerjakan soal dalam waktu 45 menit. “Kita juga lebih fokus,” ujarnya. Menurut dia, antarpeserta tidak bisa hadap kanan, kiri, dan belakang. Ini karena soal setiap peserta berbeda-beda dan siswa lebih fokus dalam pengerjaan soal.
Kepala SMAN 18 Surabaya Suwandie menyatakan, ada 219 siswa kelas XII SMAN 18 Surabaya yang mengikuti ujian CBT pada 2-6 Maret. “Satu hari dibagi tiga sesi karena kami cuma punya tiga laboratorium (komputer),” ungkapnya. Menurutnya, sesi pertama dimulai pukul 08.00-10.00 WIB, kemudian dilanjutkan pukul 10.00-12.00 WIB.
Untuk sesi ketiga pukul 12.00-14.00 WIB. Untuk soal, kata Suwandie, pihak sekolah membuat enam tipe. Ini membuat siswa yang lebih dulu melaksanakan ujian tidak bisa memberi bocoran ke temannya yang ikut sesi berikut. “Dalam satu sesi siswa mengerjakan dua mata pelajaran. Ujian CBT ini memang cukup cepat dan sederhana,” ungkapnya.
Dikatakannya, beberapa guru juga bisa langsung melihat hasil nilai siswanya. Ujian sekolah CBT ini dikonsepkan dan dipersiapkan guna menempuh ujian nasional (UN) CBTpada 7Aprilmendatang. Menurutnya, pada UN CBT, siswa hanya boleh membawa kartu peserta ujian. Barang lainnya seperti ponsel, catatan, kertas, flashdisk, dan alat-alat dilarang dibawa dalam kelas.
Terpisah, Kepala SMAN 2 Surabaya Kasnoto mengatakan, pihaknya telah memulai ujian sekolah pada Senin (2/3) hingga Rabu (10/3), meski POS (prosedur operasional standar) tentang US dari Pemerintah Pusat belum ada. “Kami tidak menunggu POS, karena waktunya mepet, tapi kami ikuti standar UN, di antaranya ujian dilaksanakan dengan satu ruang ada dua pengawas untuk 20 siswa, sehari ada dua mata pelajaran yang diujikan, dan guru mata pelajaran yang diujikan tidak boleh menjadi pengawas pada hari itu,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Puspendik Balitbang Kemendikbud Prof Nizam di sela Sosialisasi UN 2015 kepada kepala SMA/SMK se-Surabaya menjelaskan, CBT merupakan salah satu bentuk ujian, termasuk ujian nasional (UN), karena UN dengan pola lama yakni paper base test (PBT) juga tetap dilaksanakan.
“Kami mengadakan CBT karena mengikuti perkembangan zaman, sebab generasi sekarang merupakan generasi digital. Selain itu, UN secara CBT itu lebih efektif dan fleksibel. CBT lebih efektif karena menghemat kertas, sedangkan CBT bisa fleksibel karena bisa diulang bagi yang tidak lulus,” tandasnya.
Soeprayitno
(bbg)