Aplikasi Hemat Listrik Tekan Cost Operasional Gedung

Jum'at, 27 Februari 2015 - 14:04 WIB
Aplikasi Hemat Listrik...
Aplikasi Hemat Listrik Tekan Cost Operasional Gedung
A A A
Kebutuhan listrik di gedung pencakar langit amit-amit. Jika tidak dihemat pembayaran rekeningnya bisa selangit.

Karena peralatan berikut peranti pendukung perkantoran semua memanfaatkan energi listrik. Nah, inovasi William Alex Ginardy Lie bisa menjadi solusi. Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen (UK) Petra, ini sukses membuat Perancangan Sistem Pemompaan Bertenaga Angin untuk Aplikasi Pembangkit Listrik Mikrohidro di gedung bertingkat.

Tugas akhir ini yang mengantarkan William menjadi salah seorang wisudawan terbaik saat wisuda yang dijadwalkan Sabtu (28/2). “Saya melihat kebutuhan listrik di gedung modern perkotaan sangat tinggi. Sementara di ketinggian itu memiliki potensi angin dan gravitasi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik,” kata William yang memaparkan ihwal inovasinya.

Ditemui di areal kampus, pemuda Kelahiran Tarakan, Kalimantan Utara, 24 Mei 1992, ini merinci sistem kerja rancangannya sebagai miniatur sumber energi listrik untuk gedung-gedung tinggi. Menilik teknisnya, air bersih atau air hujan yang ditampung di bak besar di lantai paling tinggi dialirkan ke bawah untuk menggerakkan penampang atau kincir berukuran kecil. Berputarnya kincir ini menggerakkan dinamo sepeda berkapasitas 12 volt.

Listrik yang dihasilkan kumparan dinamo bisa dimanfaatkan untuk peranti yang memerlukan energi atau arus listrik. Lampu misalnya. “Untuk kebutuhan listrik yang lebih besar, dinamo ini bisa diganti generator. Namun untuk menggerakkan generator memerlukan air banyak,” kata alumni SMAN 1 Tarakan ini.

Air yang sudah tertampung di bak bawah bisa dinaikkan kembali ke penampungan di lantai teratas. William membuat pompa khusus yang dioperasikan kincir atau turbin angin di lantai teratas. “Konsepnya benar-benar menggunakan tekanan air dan angin,” kata peraih IPK 3,63 itu. Inovasi William yang dikerjakan selama delapan bulan dan menghabiskan biaya Rp3 juta ini bisa sudah diuji dan terbukti menghasilkan energi listrik 5 KW selama delapan jam. Ini berdasar konfigurasi optimal peralatan temuannya.

“Harapannya konsep ini dikembangkan untuk kapasitas lebih besar. Memang investasinya mahal, namun hanya untuk awal,” kata anak pasangan Alex Ginardy dan Veronica itu. Lain hal dengan mahasiswi Program Studi Teknik Informatika UK Petra, Listya Purnomo yang menciptakan “Digitalisasi Lecturing Note” untuk menuliskan materi saat kuliah di papan tulis secara praktis.

“Para dosen biasanya harus menghapus papan yang sudah penuh dengan tulisan jika ingin menulis materi perkuliahan untuk diterangkan pada mahasiswa, nah dengan metode ini hanya cukup menulis di atas selembar kertas HVS dengan menggunakan spidol ketebalan minimal 0,07 maka secara otomatis bahan ajar dapat dilihat langsung (real time) oleh mahasiswa dan tersimpan di komputer/laptop,” katanya. Peraih IPK 3,98 itu menjelaskan, biaya alat serupa yang mahal bisa ditekan dengan memanfaatkan device webcam seharga Rp270.000.

“Sistem yang dibuat meliputi proses pengambilan image, pendeteksian kertas, projection mappingkertas, skin detection dan skin removal, serta pengolahan hasil goresan yang didapatkan,” katanya. Mahasiswa lainnya, Wongso Michael Wongkar, merancang Perpustakaan Hibrida untuk Kaum Muda.

“Perpustakaan perlu merespons fenomena kekinian dengan mengubah fungsi dari wadah pencarian informasi menjadi gaya hidup masyarakat, karena koleksi fisik yang cenderung pasif tetap ada tapi dipadu dengan koleksi digital yang interaktif,” katanya. 

Soeprayitno
Surabaya
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1109 seconds (0.1#10.140)