Pantura Lumpuh 8 Jam

Jum'at, 06 Februari 2015 - 11:44 WIB
Pantura Lumpuh 8 Jam
Pantura Lumpuh 8 Jam
A A A
PASURUAN - Hujan deras yang mengguyur kawasan selatan Pasuruan mengakibatkan banjir bandang di bagian hilir daerah aliran sungai (DAS) Welang dan Kedung Larangan.

Sebanyak lima kecamatan di Kabupaten Pasuruan dan satu kecamatan di Kota Pasuruan terendam banjir dengan ketinggian mencapai satu meter. Lima kecamatan di Kabupaten Pasuruan, yakni Kraton, Pohjentrek, Bangil, Beji dan Rembang. Sementara di Kota Pasuruan, wilayah yang tergenang air luapan Sungai Welang adalah Kecamatan Gadingrejo.

Selain merendam sedikitnya 5.542 rumah warga, banjir juga menggenangi jalur pantura yang menghubungkan Surabaya-Probolinggo. Ribuan kendaraan dari kedua arah terjebak kemacetan selama delapan jam sejak pukul 01.00 hingga 09.00 WIB. Untuk menghindari kemacetan, petugas kepolisian mengalihkan jalur pantura memutar melalui jalur Purwosari- Pandaan dan Gempol.

Sementara pengemudi truk memilih memarkir kendaraannya di ujung genangan banjir dan mengular sejauh 4 KM di sekitar kawasan Pasuruan Industri Estate Rembang (PIER). Menurut Agung, warga Desa Tambakrejo, Kecamatan Keraton, Kabupaten Pasuruan, banjir kiriman ini mulai mengalir ke permukiman warga pada Rabu tengah malam.

Beberapa jam kemudian, genangan banjir mulai merambat dan merendam jalur pantura. Pada Kamis (5/2) sekitar pukul 01.00 WIB, warga menutup jalur pantura yang dianggap membahayakan pengemudi. ”Arus banjir sangat kuat dan bergerak cepat merendam perkampungan. Warga segera mengungsi mencari tempat lebih aman. Sementara jalur pantura sudah tidak bisa dilalui,” kata Agung.

Meski tergenang dengan ketinggian mencapai 100 sentimeter, sejumlah pengendara masih nekat melintas di jalur pantura. Pengendara sepeda motor memanfaatkan jasa becak dan gerobak untuk mengangkut kendaraannya melintasi genangan banjir. Sial dialami Iswahyudi, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Pasuruan.

Saat berusaha menerobos banjir yang menggenangi jalur pantura, mobil dinas yang dikendarai justru menjadi sasaran kemarahan massa sekitar pukul 03.00 WIB. Akibat amukan massa itu, kaca spion dan kaca depannya rusak dipukuli menggunakan benda keras.

Mobdin kadindik yang harus mengejar jadwal pemberangkatan pesawat di Bandara Juanda nekat menerobos genangan banjir. Meski berjalan perlahan, warga yang bergerombol di tengah ruas jalan terpancing emosinya. Karena gelombang air menjadi lebih besar saat mobdin Toyota Innova nopol N 504 TP memecah genangan banjir.

Iswahyudi mengungkapkan, upayanya menerobos banjir karena ada warga yang memperbolehkan dan akan mengawal melintasi banjir. Namun tanpa diduga, ada warga yang emosi tiba-tiba menyerang mobilnya.

”Mobil saya berjalan pelan. Saya harus segera berangkat karena akan menyampaikan proposal ke Kementerian Pendidikan. Proposal ini di antaranya rehab lapangan sepak bola di Kecamatan Kraton,” kata Iswahyudi seraya menyatakan hal itu terjadi karena kesalahpahaman semata.

Setelah delapan jam tergenang, jalur pantura ini bisa dilalui kendaraan besar sekitar pukul 09.00 WIB. Namun, karena masih terjadi genangan, petugas kepolisian memberlakukan contra flow untuk mengurai kemacetan panjang. ”Jalur kembali kami buka karena sudah bisa dilalui,” kata Kapolres Pasuruan Kota AKBP Asep Akbar Hikmana.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan Bakti Eka Jati mengingatkan kepada warga agar tetap waspada karena curah hujan yang tinggi hingga beberapa hari mendatang. Untuk mengantisipasi bencana banjir susulan, pihaknya tetap siaga di simpul-simpul kawasan yang menjadi langganan banjir.

Tanggul Jebol

Banjir juga terjadi berbagai daerah di Jatim, seperti di Kabu- paten Blitar, Kota Malang, dan Kabupaten Bojonegoro. Ratusan rumah warga di Kelurahan/ Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, terendam luapan air karena tanggul Sungai Bogel di daerah itu ambrol. ”Arusnya deras. Masuk ke rumah setinggi lutut orang dewasa,” tutur Miniatun, 60, warga setempat kepada wartawan.

Saat banjir menerjang, hujan mengguyur deras kawasan Sutojayan sejak Rabu (4/2) pukul 21.00 WIB. Air yang mengalir di Sungai Bogel semakin deras. Tanggul sungai tak kuat menahan laju sehingga jebol. Meski tidak ada korban jiwa, air yang terus meninggi sempat membuat resah warga. ”Memang sebagian besar warga bertahan. Namun ada juga yang mengungsi ke rumah kerabatnya,” ujarnya.

Selain menerjang permukiman warga, banjir juga merendam area persawahan. Banjir yang berlangsung mulai Kamis (5/2) dini hari terus menggenangi jalan dan rumah warga hingga pukul 12. 00 WIB. Pada saat bersamaan banjir akibat luapan sungai juga melanda sebagian warga Desa Tunjung, Kecamatan Udanawu.

Dikonfirmasi terpisah Kepala BPBD Kabupaten Blitar Heru Irawan mengatakan banjir disebabkan sedimentasi sungai. Endapan yang menebal di dasar sungai mengakibatkan volume air mudah meluap. Di sisi lain, permukiman warga memang berada di lokasi dataran rendah. ”Karena tidak kuat menahan tekanan air, tanggul akhirnya jebol,” ujarnya.

BPBD menyiapkan dua unit mobil tangki air guna membersihkan lumpur dan sampah di jalan raya. ”Karena hujan masih berlangsung, kami mengimbau warga untuk waspada. Kami masih mendata kerugian material,” katanya.

Anak Bengawan Solo Meluap

Kemarin, anak Sungai Bengawan Solo di Desa Beged, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, meluap. Banjir merendam jalan raya dengan ketinggian 20 hingga 30 sentimeter. Pengguna jalan mulai sepeda motor, bus, truk, dan angkutan umum harus berjalan pelan melintasi jalan yang tergenang banjir tersebut.

Banjir yang menggenangi jalan raya dikenal sebagai jalur minyak itu berasal dari luapan anak Sungai Bengawan Solo yang mengalir di kawasan itu. Selain itu, buruknya drainase di sepanjang jalur rel ganda (double track ) di sisi selatan jalan raya juga menyebabkan air tidak mengalir lancar dan meluber menggenangi jalan.

Semanatar di sisi utara jalan raya kini banyak berdiri bangunan permanen yang semula merupakan daerah persawahan. Menurut Zuhdi, 38, warga Desa Ngraho, Kecamatan Gayam, banjir yang menggenangi Jalan Raya Bojonegoro-Cepu membuat kondisi jalan rusak parah.

Setelah tergenang banjir, lubang jalan bertambah banyak dan mengeluarkan material seperti pasir dan kerikil yang berserakan. ”Banjir yang menggenangi Jalan Raya Bojonegoro-Cepu sangat mengganggu,” ujarnya.

Ia mengatakan, banjir yang menggenangi jalan terjadi di titik Desa Beged dan Desa Ngraho, Kecamatan Ngraho. Kemudian banjir juga menggenangi jalan di titik Desa Tobo dan Kebonagung, Kecamatan Padangan.

Abidin, 30, pegiat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Asosiasi untuk Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial (Ademos) Bojonegoro menilai, kondisi kerusakan jalan di jalur minyak Bojonegoro-Cepu ini sangat memprihatinkan.

Kerusakan jalan mulai dari jalan berlubang, bergelombang, dan aspal mengelupas, merata terjadi dari wilayah Kecamatan Kalitidu, Gayam, Purwosari, hingga Padangan. ”Saya heran mengapa kondisi jalan yang rusak parah seperti ini masih dibiarkan. Padahal jalur ini setiap hari dilalui kendaraan proyek minyak dan gas bumi,” ujarnya.

Kekesalan serupa diungkapkan warga Kota Malang, tetapi bukan kerusakan jalan menjadi sasaran. Warga mengaku kesal terhadap genangan yang terus terjadi di Kota Malang. Kemarin, hujan deras yang terjadi selama hampir satu jam membuat Jalan MT. Haryono harus kebanjiran air dari drainase.

Genangan air terjadi mulai dari depan Kantor Polsek Lowokwaru hingga ke pertigaan antara Jalan MT-Haryono dengan Jalan Sumbersari. Genangan air di jalan raya itu juga memicu terjadi kemacetan lalu lintas. Apalagi Jalan MT. Haryono dikenal memiliki tingkat kepadatan lalu lintas yang tinggi.

Luapan air dari saluran drainase ini dipicu tersumbatnya saluran drainase oleh beton dan sampah. ”Kalau turun hujan, kondisinya ya seperti ini. Pasti airnya meluap ke jalan raya dan membuat macet lalu lintas. Sering kali air juga membuat sepeda motor yang melintas mogok,” ujar Supriyadi, 30, warga Jalan MT. Haryono, Kota Malang.

Koordinator Satuan Tugas (Satgas) Perumahan dan Tata Ruang, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Pengawas Bangunan (DPUPPB) Kota Malang Yosef El Kefet mengaku, baru menerima laporan dari masyarakat terkait tersumbatnya saluran drainase di sepanjang Jalan MT. Haryono itu. Menurutnya, setiap turun hujan timnya selalu keliling memantau kondisi jalan raya dan saluran drainase.

”Apabila ada sumbatan yang memicu luapan air dan mengganggu lalu lintas serta menggenangi rumah warga, maka kami akan langsung melakukan tindakan. Saat ini, tim kami juga sudah meluncur ke Jalan MT. Haryono untuk melihat kondisi di lapangan dan mencoba membersihkan saluran yang tersumbat,” katanya.

Arie Yoenianto/ Solichan Arif/ Muhammad Rokib/ Yuswantoro
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4202 seconds (0.1#10.140)