Tanggul Jebol, BPLS Angkat Tangan
A
A
A
SIDOARJO - Tanggul lumpur Lapindo di titik 73 B, Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, jebol kemarin. Sejauh ini Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) masih membiarkan tanggul dalam kondisi menganga.
Tanggul diketahui jebol sekitar pukul 08.00 WIB selebar 2 meter. Tanggul terus tergerus lumpur hingga lebarnya 5 meter. Akibatnya, lumpur berwarna cokelat pekat itu mengalir ke arah timur sehingga masuk ke Sungai Ketapang. Sebagian lagi, lumpur yang tidak terkendali mengalir ke pemukiman warga. Tanda-tanda tanggul jebol itu sudah terlihat sejak beberapa hari yang lalu. Kebocoran terjadi di beberapa titik.
Padahal, pekan lalu tanggul 73 ini sudah ditinggikan beberapa meter. Namun, desakan lumpur tampaknya tidak mampu ditahan tanggul waduk buatan tersebut. ”Hujan deras yang terjadi beberapa hari terakhir membuat ketinggian lumpur menyamai bibir tanggul. Mungkin karena desakan lumpur kian kuat sehingga tanggul jebol,” ujar Humas BPLS Dwinanto Hesti Prasetyo kemarin.
Dwinanto menambahkan, awalnya tanggul yang jebol itu meluber sampai 100 meter sehingga terdapat bekas luberan. Namun, pagi hari aliran lumpur semakin deras dan tidak terkendali. Sejauh ini BPLS tidak bisa maksimal memperkuat tanggul. Sebab, aktivitas yang dilakukan untuk memperkuat tanggul dilarang korban lumpur.
Selama ini BPLS hanya menangani ketika ada tanggul jebol dan menambalnya. Namun, kali ini lokasi tanggul yang jebol cukup sulit dijangkau alat berat. Belum lagi, pintu masuk tanggul kawasan Kedungbendo juga diblokade warga dengan anyaman bambu dan kayu.
”Kami mau memperkuat tanggul dilarang warga karena pembayaran ganti ruginya belum lunas,” tandas Dwinanto. BPLS sebenarnya sering bertemu warga, namun mereka tetap tidak diberi izin untuk beraktivitas menangani lumpur.
Abdul Rouf
Tanggul diketahui jebol sekitar pukul 08.00 WIB selebar 2 meter. Tanggul terus tergerus lumpur hingga lebarnya 5 meter. Akibatnya, lumpur berwarna cokelat pekat itu mengalir ke arah timur sehingga masuk ke Sungai Ketapang. Sebagian lagi, lumpur yang tidak terkendali mengalir ke pemukiman warga. Tanda-tanda tanggul jebol itu sudah terlihat sejak beberapa hari yang lalu. Kebocoran terjadi di beberapa titik.
Padahal, pekan lalu tanggul 73 ini sudah ditinggikan beberapa meter. Namun, desakan lumpur tampaknya tidak mampu ditahan tanggul waduk buatan tersebut. ”Hujan deras yang terjadi beberapa hari terakhir membuat ketinggian lumpur menyamai bibir tanggul. Mungkin karena desakan lumpur kian kuat sehingga tanggul jebol,” ujar Humas BPLS Dwinanto Hesti Prasetyo kemarin.
Dwinanto menambahkan, awalnya tanggul yang jebol itu meluber sampai 100 meter sehingga terdapat bekas luberan. Namun, pagi hari aliran lumpur semakin deras dan tidak terkendali. Sejauh ini BPLS tidak bisa maksimal memperkuat tanggul. Sebab, aktivitas yang dilakukan untuk memperkuat tanggul dilarang korban lumpur.
Selama ini BPLS hanya menangani ketika ada tanggul jebol dan menambalnya. Namun, kali ini lokasi tanggul yang jebol cukup sulit dijangkau alat berat. Belum lagi, pintu masuk tanggul kawasan Kedungbendo juga diblokade warga dengan anyaman bambu dan kayu.
”Kami mau memperkuat tanggul dilarang warga karena pembayaran ganti ruginya belum lunas,” tandas Dwinanto. BPLS sebenarnya sering bertemu warga, namun mereka tetap tidak diberi izin untuk beraktivitas menangani lumpur.
Abdul Rouf
(ftr)