Stok Rumput Gajah Menipis

Kamis, 30 Oktober 2014 - 14:18 WIB
Stok Rumput Gajah Menipis
Stok Rumput Gajah Menipis
A A A
BATU - Musim kemarau panjang tahun ini memicu kenaikan biaya produksi peternakan sapi di Kota Batu. Akibatnya, pendapatan peternak sapi tahun ini menurun drastis.

Kenaikan biaya produksi ini salah satunya dipicu untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi. Seiring dengan panjangnya musim kemarau di Kota Batu, peternak sapi terpaksa mengganti rumput gajah dengan pohon jagung muda. Selain itu, demi menjaga kualitas produksi susu, peternak juga harus mengeluarkan biaya ekstra untuk makanan tambahan berupa bekatul. “Rumput gajah di ladang sudah habis. Akhirnya, kami harus membeli tebon/pohon jagung muda untuk makan sapi. Untuk sehari butuh biaya Rp100 ribuan. Biaya sebesar itu untuk tiga ekor sapi. Kalau ditambah bekatul untuk makanan tambahan sapi. Biaya perawatannya bisa menjadi Rp150 ribu per hari,” ungkap Triasmono, seorang peternak sapi perah Desa Oro-oro Ombo, kemarin.

Peternak, kata Triasmono, terpaksa memotong hasil penjualan susu ke KUD Batu menutupi biaya tambahan tersebut. Kondisi ini jika terus terjadi bakal mengakibatkan peternak sapi perah merugi. “Dalam kondisi normal margin keuntungan dari para peternak sudah tipis. Apalagi kalau harus terus-menerus mengeluarkan biaya tambahan untuk pakan,” ujarnya.

Dia berharap Pemkot Batu tak menutup mata terhadap kondisi peternak. Apalagi susu sapi merupakan salah satu komoditas unggulan dari Kota Apel. “Pemerintah bisa menyubsidi biaya pembelian bekatulnya supaya bisa menekan biaya perawatan sapi perah milik kami,” katanya.

Ketua KUD Kota Batu, Ismail Hasan menyatakan, secara umum walaupun musim kemarau, produksi susu dari peternak yang disetor ke KUD Batu tidak turun. Saat ini jumlah produksinya mencapai 16 ton per hari. Namun bila musim kemarau masih terus berlanjut, dikhawatirkan produksi susu dari peternak sapi perah mengalami penurunan.

Faktornya karena sapi perah milik peternak kekurangan makanan hijau. Upaya KUD Batu mengurangi risiko kebangkrutan dari peternak sapi perah antara lain dengan menaikkan harga beli susu Rp150 per liter. “Awalnya harga beli susu Rp3700-4000 per liternya. Sejak awal Oktober kami naikan Rp150 per liter. Tujuannya supaya pendapatan peternak tidak terlalu banyak mengalami penurunan, karena habis untuk biaya membeli makanan ternaknya,” kata dia.

Saat ini sebagian peternak membeli tebon dari Jombang dan Kediri. Satu pikap tebon harganya Rp600-700 ribu. Satu pikap tebon hanya cukup empat hari. “Saat musim hujan, harga tebon hanya Rp400 ribu per pikap. Memang pemerintah harus ikut memperhatikan tentang hal itu,” kata Ismail.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kota Batu, Arif Asidiqi menyatakan, saat ini pemerintah belum menyiapkan anggaran untuk dibantukan kepada peternak sapi perah. Hal yang bisa dilakukan pemerintah adalah mengadakan komunikasi dengan Perhutani.

“Kalau sampai Perhutani melarang peternak menanam rumput gajah, maka produksi susu dari Kota Batu pasti akan turun. Karena saat ini lahan terbuka yang ditumbuhi rumput semakin terbatas,” kata Arif.

Maman Adi Saputro
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2949 seconds (0.1#10.140)