Pascaerupsi, banjir bandang lahar dingin ancam Blitar

Sabtu, 15 Februari 2014 - 16:20 WIB
Pascaerupsi, banjir...
Pascaerupsi, banjir bandang lahar dingin ancam Blitar
A A A
Sindonews.com - Selain menderita infeksi saluran pernapasan (ispa) akibat debu vulkanik Gunung Api Kelud, ancaman banjir lahar dingin masih mengintai warga Kabupaten Blitar.

Menurut keterangan anggota BPBD Kabupaten Blitar Yunandri, hujan deras yang sewaktu waktu turun rawan membawa material abu yang masih tersisa di puncak Kelud.

"Abu lembut bercampur kerikil dan air dengan volume besar tersebut diistilahkan sebagai lahar dingin. Dan ini tidak kalah berbahaya dengan erupsinya. Karena lahar dingin itu biasanya datang sebagai banjir bandang," ujarnya, kepada wartawan, Sabtu (15/2/2014).

Mengacu peta bencana Kabupaten Blitar, lahar dingin Kelud selalu mengalir Sungai Bladak di wilayah Kecamatan Nglegok. Gerakan liar lahar dingin juga masuk ke Sungai Kuning yang berada di Kecamatan Nglegok.

Pada aliran ke arah barat, kata Yunandri, lahar dingin akan mengarah ke sebagian wilayah Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok. Pada peristiwa tahun 1966, lahar dingin yang membanjir di wilayah Ponggok melompat ke sebagian daerah Kecamatan Srengat.

"Juga ke wilayah Kecamatan Udanawu, dan terakhir berhenti di wilayah Tulungagung ujung timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Blitar. Ini berdasarkan tahun 2007," jelasnya.

Tidak heran, isu banjir lahar bersamaan erupsi Kelud Kamis 13 Februari 2014 malam, memaksa warga Kecamatan Ponggok, Udanawu, termasuk beberapa Srengat dan Wonodadi mengungsi ke Tulungagung.

Tercatat pada malam erupsi Kelud, kurang lebih sekitar 1.100 jiwa menempati lokasi evakuasi yang disediakan BPBD Kabupaten Tulungagung. "Sebab para warga telah memiliki pengalaman soal lahar dingin," jelasnya.

Sementara dari Sungai Kuning, luapan lahar rawan menerjang sebagian permukiman warga Desa Kemloko dan Desa Kendalrejo, Kecamatan Talun. "Sesuai mata angin, ini di wilayah tengah," paparnya.

Lahar dingin yang bergerak akan mengarah ke wilayah timur, yakni Kampung Aceh di Kecamatan Gandusari. Yang menjadi persoalan sekarang, lanjut Yunandri, tidak sedikit zona merah atau jalan utama lahar dingin yang menjadi perumahan dan peternakan ayam.

"Meski di sekitarnya (zona) merah telah didirikan tanggul, hal itu tetap harus diwaspadai. Sebab material yang dimiliki Kelud tahun ini lebih besar dari sebelumnya," jelasnya.

Secara tekhnis, para petugas sudah siap. Petugas, kata Yunandri juga terus mensosialisasikan kemungkinan ancaman tersebut ke warga. Karenanya, meski saat ini situasi relatif tenang, warga harus tetap meningkatkan kewaspadaan.

"Yang kita harapkan semoga bahaya itu tidak terjadi," pungkasnya.

Seperti diketahui, status Kelud saat ini masih Awas. PVMBG masih memberlakukan zona larangan sejauh 10 kilometer dari pusat erupsi. Sementara di Kabupaten Blitar, ada sebanyak 32 ribu jiwa di empat kecamatan yang terdampak langsung.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1664 seconds (0.1#10.140)