1.500 sapi ternak di Solo pemakan sampah
A
A
A
Sindonews.com - Pengawasan Dinas Pertanian Kota Solo terhadap sapi ternak yang ada di Kota Solo lemah. Buktinya, banyak sapi ternak milik warga makan sampah.
Sapi-sapi pemakan sampah itu dapat dilihat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo Solo. Di sana ribuan sapi terlihat lahap memakan sampah.
Meningkatnya sapi pemakan sampah tersebut dibenarkan oleh petugas TPA Putri Cempo, Mulyadi. Menurutnya jumlah sapi pemakan sampah kini mencapai lebih dari 1.500 ekor.
Dari jumlah tersebut sapi yang ada cukup bervariasi yakni sapi besar hingga sapi anakan semua berada di tempat tersebut.
Menurutnya sapi tersebut memakan segala jenis sampah yang ada di TPA . Padahal, sudah pasti sampah yang ada sangat kotor, dan banyak yang sudah membusuk, sehingga berbahaya jika kemudian daging sapi-sapi itu dikonsumsi.
“Jumlahnya sangat banyak, dari ukuran kecil hingga besar semua ada, sapi-sapi tersebut juga menghalangi kendaraan ataupun alat berat yang beroperasi di TPA,” ungkapnya, Selasa (19/11/2013).
Ia mengatakan sapi-sapi tersebut kebanyakan merupakan milik warga sekitar TPA. Bahkan banyak juga sapi yang merupakan milik dari para pemulung sampah di TPA tersebut. Biasanya kata Mulyadi, para pemulung sampah menggembala sambil memulung.
Ia menegaskan meskipun demikian, pihaknya tidak bisa melarang para pemilik sapi tersebut untuk tidak menggembala di kawasan TPA. Pasalnya siapapun orang berhak masuk ke dalam TPA karena merupakan area publik.
“Kita tidak bisa melakukan pelarangan, jadinya jumlah sapi terus bertambah setiap harinya,” sambungnya.
Sementara itu Kepala Dispertan Solo Weny Ekayanti, mengatakan pihak Dispertan sebenarnya sudah memberikan himbauan kepada para pemilik sapi. Namun, para pemilik sapi tetap nekat untuk menggembalakan sapi-sapi mereka di area pembuangan sampah.
Weny menegaskan sebenarnya sapi-sapi pemakan sampah tersebut berbahaya jika dikonsumsi secara berkala. Pasalnya makanan yang ada pada tumpukan sampah tersebut mengandung zat kimia yang tidak bisa diterima pada tubuh manusia.
“Kita sudah mengajak mereka untuk memberi makan ternak secara benar, akan tetapi masyarakat masih pada nekat dan mengabaikan himbauan kami,” ucapnya.
Sapi-sapi pemakan sampah itu dapat dilihat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo Solo. Di sana ribuan sapi terlihat lahap memakan sampah.
Meningkatnya sapi pemakan sampah tersebut dibenarkan oleh petugas TPA Putri Cempo, Mulyadi. Menurutnya jumlah sapi pemakan sampah kini mencapai lebih dari 1.500 ekor.
Dari jumlah tersebut sapi yang ada cukup bervariasi yakni sapi besar hingga sapi anakan semua berada di tempat tersebut.
Menurutnya sapi tersebut memakan segala jenis sampah yang ada di TPA . Padahal, sudah pasti sampah yang ada sangat kotor, dan banyak yang sudah membusuk, sehingga berbahaya jika kemudian daging sapi-sapi itu dikonsumsi.
“Jumlahnya sangat banyak, dari ukuran kecil hingga besar semua ada, sapi-sapi tersebut juga menghalangi kendaraan ataupun alat berat yang beroperasi di TPA,” ungkapnya, Selasa (19/11/2013).
Ia mengatakan sapi-sapi tersebut kebanyakan merupakan milik warga sekitar TPA. Bahkan banyak juga sapi yang merupakan milik dari para pemulung sampah di TPA tersebut. Biasanya kata Mulyadi, para pemulung sampah menggembala sambil memulung.
Ia menegaskan meskipun demikian, pihaknya tidak bisa melarang para pemilik sapi tersebut untuk tidak menggembala di kawasan TPA. Pasalnya siapapun orang berhak masuk ke dalam TPA karena merupakan area publik.
“Kita tidak bisa melakukan pelarangan, jadinya jumlah sapi terus bertambah setiap harinya,” sambungnya.
Sementara itu Kepala Dispertan Solo Weny Ekayanti, mengatakan pihak Dispertan sebenarnya sudah memberikan himbauan kepada para pemilik sapi. Namun, para pemilik sapi tetap nekat untuk menggembalakan sapi-sapi mereka di area pembuangan sampah.
Weny menegaskan sebenarnya sapi-sapi pemakan sampah tersebut berbahaya jika dikonsumsi secara berkala. Pasalnya makanan yang ada pada tumpukan sampah tersebut mengandung zat kimia yang tidak bisa diterima pada tubuh manusia.
“Kita sudah mengajak mereka untuk memberi makan ternak secara benar, akan tetapi masyarakat masih pada nekat dan mengabaikan himbauan kami,” ucapnya.
(lns)