Siti Fatimah Disematkan Menjadi Nama RSUD Sumsel, Siapa Dia?
A
A
A
PALEMBANG - Setelah diresmikan akhir Juni lalu, kini RSUD Provinsi Sumsel resmi menyandang nama menjadi RSUD Siti Fatimah. Peresmian nama ini dilakukan langsung Gubernur Sumsel Alex Noerdin.
Pemberian nama disebutkan sudah melalui pembahasan yang panjang dengan melibatkan berbagai tokoh masyarakat Sumsel, kalangan dewan serta sejumlah anggota LVRI Sumsel. Dari lima nama yang diusulkan, akhirnya disetujuilah Siti Fatimah menjadi nama RSUD kebanggaan Sumsel. Sosok Siti Fatimah ini sendiri tak lain merupakan istri dari pejuang kemerdekaan Muhammad Noerdin Pandji yang juga orangtua dari Gubernur Sumsel Alex Noerdin.
"Ini sudah dirembukkan banyak pihak. Bukan karena ia ibu gubernur tapi beliau benar-benar berjasa. Karena saat ayah saya Mayor M Noerdin Pandji berjuang melawan penjajah ibu Siti Fatimah ikut merawat prajurit-prajurit yang terluka. Ini kesaksian beberapa veteran. Karena itu, kami minta diikhlaskan agar nama RSUD ini diberi nama Siti Fatimah. Semoga menjadi berkah bagi kita semua," ujar Alex.
Alex berharap RSUD yang berlokasi di KM 5 Palembang ini menjadi rumah sakit percontohan dan bermanfaat bagi masyarakat luas, sehingga nama Siti Fatimah akan ikut dikenang sepanjang masa. Alex juga mengatakan, peresmian RSUD ini bukan hanya menjadi cita-citanya, tapi cita-cita seluruh masyarakat. Dengan fasilitas yang lengkap dan canggih, diharapkan RSUD Siti Fatimah menjadi alternatif pilihan masyarakat selain berobat keluar negeri.
"Bayangkan ini bantuan dari APBN baru Rp85 miliar dari komitmen Rp900 miliar. Dengan bantuan hampir Rp1 triliun itu bisa dibayangkan seperti apa fasilitasnya. Kalau selama ini ada yang berobat ke Singapura, nanti tidak perlu lagi cukup berobat disini saja, dengan harga yang lebih terjangkau," katanya.
Menurut Alex, dulu banyak yang tidak percaya Sumsel bisa membangun RSUD semegah ini, membangun LRT, menjadi tuan rumah Sea Games dan Asian Games. Tapi dengan kemauan yang kuat, hal itu justru terbantahkan. "Kalau kita mau, kita tulus, Insya Allah akan meridhoi," tegasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, Lesty Nurainy mengatakan memang sejak 23 Juni 2018 RSUD ini sudah beroperasional. Namun masih terbatas pada empat pelayanan saja, seperti pelayanan dasar, Poli dan UGD. "Kita baru seumur jagung ya, baru 4 jenis pelayanan. Sejauh ini banyak yang rawat jalan karena untuk rawat inap memang belum," jelasnya.
Saat ini pihaknya mengaku masih terus menyempurnakan perekrutan SDM dan pembangunan. Saat ini jumlah karyawan sebanyak 280 orang serta 24 jabatan struktural yang baru diisi 8 orang. "Pejabat strukturalnya baru ada 8 orang, sisanya menunggu pelantikan," katanya.
Saat ini pembangunan lanjut dia, sudah fokus pada tahap pembangunan lantai 6. Lantai inilah yang nanti akan dipergunakan untuk pelayanan rawat inap maupun tempat perawatan. "Unggulan kita salah satunya nanti adalah ortopedi," ujarnya.
Pemberian nama disebutkan sudah melalui pembahasan yang panjang dengan melibatkan berbagai tokoh masyarakat Sumsel, kalangan dewan serta sejumlah anggota LVRI Sumsel. Dari lima nama yang diusulkan, akhirnya disetujuilah Siti Fatimah menjadi nama RSUD kebanggaan Sumsel. Sosok Siti Fatimah ini sendiri tak lain merupakan istri dari pejuang kemerdekaan Muhammad Noerdin Pandji yang juga orangtua dari Gubernur Sumsel Alex Noerdin.
"Ini sudah dirembukkan banyak pihak. Bukan karena ia ibu gubernur tapi beliau benar-benar berjasa. Karena saat ayah saya Mayor M Noerdin Pandji berjuang melawan penjajah ibu Siti Fatimah ikut merawat prajurit-prajurit yang terluka. Ini kesaksian beberapa veteran. Karena itu, kami minta diikhlaskan agar nama RSUD ini diberi nama Siti Fatimah. Semoga menjadi berkah bagi kita semua," ujar Alex.
Alex berharap RSUD yang berlokasi di KM 5 Palembang ini menjadi rumah sakit percontohan dan bermanfaat bagi masyarakat luas, sehingga nama Siti Fatimah akan ikut dikenang sepanjang masa. Alex juga mengatakan, peresmian RSUD ini bukan hanya menjadi cita-citanya, tapi cita-cita seluruh masyarakat. Dengan fasilitas yang lengkap dan canggih, diharapkan RSUD Siti Fatimah menjadi alternatif pilihan masyarakat selain berobat keluar negeri.
"Bayangkan ini bantuan dari APBN baru Rp85 miliar dari komitmen Rp900 miliar. Dengan bantuan hampir Rp1 triliun itu bisa dibayangkan seperti apa fasilitasnya. Kalau selama ini ada yang berobat ke Singapura, nanti tidak perlu lagi cukup berobat disini saja, dengan harga yang lebih terjangkau," katanya.
Menurut Alex, dulu banyak yang tidak percaya Sumsel bisa membangun RSUD semegah ini, membangun LRT, menjadi tuan rumah Sea Games dan Asian Games. Tapi dengan kemauan yang kuat, hal itu justru terbantahkan. "Kalau kita mau, kita tulus, Insya Allah akan meridhoi," tegasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, Lesty Nurainy mengatakan memang sejak 23 Juni 2018 RSUD ini sudah beroperasional. Namun masih terbatas pada empat pelayanan saja, seperti pelayanan dasar, Poli dan UGD. "Kita baru seumur jagung ya, baru 4 jenis pelayanan. Sejauh ini banyak yang rawat jalan karena untuk rawat inap memang belum," jelasnya.
Saat ini pihaknya mengaku masih terus menyempurnakan perekrutan SDM dan pembangunan. Saat ini jumlah karyawan sebanyak 280 orang serta 24 jabatan struktural yang baru diisi 8 orang. "Pejabat strukturalnya baru ada 8 orang, sisanya menunggu pelantikan," katanya.
Saat ini pembangunan lanjut dia, sudah fokus pada tahap pembangunan lantai 6. Lantai inilah yang nanti akan dipergunakan untuk pelayanan rawat inap maupun tempat perawatan. "Unggulan kita salah satunya nanti adalah ortopedi," ujarnya.
(wib)