Tips Jadi Perempuan Sukses dalam Karir Politik dari Karolin Margret Natasa
A
A
A
SINGKAWANG - Bupati Kabupaten Landak, Karolin Margret Natasa membagikan beberapa tips bagaimana menjadi perempuan sukses dalam karir politik. "Secara biologis kita berbeda dengan laki-laki, kekuatan fisik kita berbeda. Tetapi kalau untuk pekerjaan percayalah kita sanggup melakukan banyak hal dan kita bisa jadi apapun," kata Karolin saat berdialog bersama Komunitas Perempuan Hebat Kota Singkawang di SCC (Singkawang Cultural Center) pada Kamis 1 Februari 2018.
Beberapa faktor yang menjadi penghambat kaum perempuan dalam berkarir antara lain kurang percaya diri untuk memulai langkah besar dalam hidupnya.
Bakal Calon Gubernur Kalbar 2018 ini menjelaskan dalam dunia politik yang ditekuninya saat ini, tingkat partisipasi kaum perempuan untuk terlibat dalam politik dinilai masih kurang. Undang-undang mengisyaratkan partisipasi kaum perempuan diharapkan mencapai 30%.
"Apa yang diperjuangkan oleh partai itu terkadang yang tidak kita cari tahu, tidak kita dalami, padahal berpartai itu tujuannya mulia, banyak hal yang bisa kita perjuangkan. Memutuskan langkah awal untuk siap dikaderkan dalam partai itu yang sulit. Sekali lagi percaya diri itu penting," tutur Karolin. Faktor penghambat lain adalah dukungan dari keluarga khususnya Suami.
Wakil Ketua bidang kehormatan DPD PDI Perjuangan Kalbar itu menceritakan pihaknya telah membagikan sejumlah formulir bagi kader perempuan untuk mencalonkan diri saat pileg, namun sebagian besar tidak mengembalikan formulir tersebut. Alasan klasik yang didapat adalah suami tidak memberikan izin.
"Dukungan pria dalam hidup kita itu sangat penting. Oleh karena itu diperlukan komunikasi yang baik dengan suami. Selain itu dari dalam diri kita itu munculkan niat dan minat yang kuat, tunjukan bahwa kita itu gigih, tetapi lembut dalam menyampaikan. Masak makanan kesukaannya, perhatikan hal-hal yang membuat suami kita senang," ungkap Karolin.
Terakhir diungkapkan mantan anggota DPR RI itu peningkatan sumber daya kaum perempuan melalui peran organisasi.
Kemauan untuk berorganisasi dinilai ibu dua anak ini masih minim dilakukan karena masih saja terjebak dalam stempelnya sebagai seorang perempuan. Padahal organisasi merupakan wadah untuk menggali potensi diri dan mengembangkannya.
"Intinya itu semangat dan kemauan untuk berusaha. Di zaman saat ini segalanya mungkin, tetapi menjadi tidak mungkin saat kita tidak melakukan apa-apa," pungkasnya.
Beberapa faktor yang menjadi penghambat kaum perempuan dalam berkarir antara lain kurang percaya diri untuk memulai langkah besar dalam hidupnya.
Bakal Calon Gubernur Kalbar 2018 ini menjelaskan dalam dunia politik yang ditekuninya saat ini, tingkat partisipasi kaum perempuan untuk terlibat dalam politik dinilai masih kurang. Undang-undang mengisyaratkan partisipasi kaum perempuan diharapkan mencapai 30%.
"Apa yang diperjuangkan oleh partai itu terkadang yang tidak kita cari tahu, tidak kita dalami, padahal berpartai itu tujuannya mulia, banyak hal yang bisa kita perjuangkan. Memutuskan langkah awal untuk siap dikaderkan dalam partai itu yang sulit. Sekali lagi percaya diri itu penting," tutur Karolin. Faktor penghambat lain adalah dukungan dari keluarga khususnya Suami.
Wakil Ketua bidang kehormatan DPD PDI Perjuangan Kalbar itu menceritakan pihaknya telah membagikan sejumlah formulir bagi kader perempuan untuk mencalonkan diri saat pileg, namun sebagian besar tidak mengembalikan formulir tersebut. Alasan klasik yang didapat adalah suami tidak memberikan izin.
"Dukungan pria dalam hidup kita itu sangat penting. Oleh karena itu diperlukan komunikasi yang baik dengan suami. Selain itu dari dalam diri kita itu munculkan niat dan minat yang kuat, tunjukan bahwa kita itu gigih, tetapi lembut dalam menyampaikan. Masak makanan kesukaannya, perhatikan hal-hal yang membuat suami kita senang," ungkap Karolin.
Terakhir diungkapkan mantan anggota DPR RI itu peningkatan sumber daya kaum perempuan melalui peran organisasi.
Kemauan untuk berorganisasi dinilai ibu dua anak ini masih minim dilakukan karena masih saja terjebak dalam stempelnya sebagai seorang perempuan. Padahal organisasi merupakan wadah untuk menggali potensi diri dan mengembangkannya.
"Intinya itu semangat dan kemauan untuk berusaha. Di zaman saat ini segalanya mungkin, tetapi menjadi tidak mungkin saat kita tidak melakukan apa-apa," pungkasnya.
(sms)