Puan Maharani Jagokan Sultan Najamudin-Mujiono di Pilkada Bengkulu
A
A
A
BENGKULU - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani menilai Pilkada Provinsi Bengkulu sangat penting dalam rangka menjadikan spirit perjuangan Bung Karno dan Bu Fatmawati untuk kemajuan.
Karena Bengkulu adalah daerah yang tidak bisa terpisahkan dari historis Bung Karno dalam mengembangkan pola pergerakan menuju Indonesia Raya.
Karena itulah, Puan begitu berharap calon yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Demokrat di Pilkada Bengkulu yakni Sultan Najamudin-Mujiono bisa memenangi pilkada dan meneruskan apa yang sudah dirintis Bung Karno dan Bu Fatma di Bengkulu.
"Bung Karno ketika diasingkan di Bengkulu tahun 1938 sampai 1942 banyak melakukan hal untuk pergerakannya. Di sana beliau menyatukan para pemuda di Bengkulu lewat kesenian dan mendirikan perkumpulan sandiwara," kata Puan, Kamis (3/12/2015).
Melalui perkumpulan sandiwara tersebut, Bung Karno mengenal seorang gadis dari Bengkulu yakni Fatmawati yang kemudian menjadi istri dan Ibu Negara pertama Republik Indonesia.
Spirit yang bisa diambil dari perjuangan Bung Karno, kata Puan, adalah soal kerja keras dan tak kenal lelah meskipun dihadapkan berbagai tantangan dan hambatan. Saat itu, membicarakan politik selalu diawasi oleh penjajah sehingga Bung Karno mengemas dalam wadah kesenian.
"Nah, dalam konteks sejarah ini, kami berharap ketika pasangan Sultan Najamudin-Mujiono dipercaya rakyat untuk memimpin Bengkulu, maka spirit Bung Karno dan Bu Fat harus diteruskan. Bekerja keras membangun dan mewujudkan Bengkulu harus tetap dilakukan meski dengan berbagai tantangan dan hambatan," ujarnya.
Dan satu lagi spirit yang bisa diambil dari perjuangan Bung Karno saat itu, kata Puan, adalah bagaimana menyatukan semua komponen di Bengkulu untuk bersatu padu dan saling bahu membahu. Itu yang bisa dicontoh oleh pasangan Sultan Najamudin-Mujiono ketika memimpin Bengkulu nanti.
"Karena dulu dari pementasan seni yang dilakukan bahwa Bung Karno sebagai pembina perkumpulan dan menjadi sutradara adalah sosok yang menjadi pemersatu para pemuda," jelasnya.
Bagi Puan, menjadikan spirit perjuangan Bung Karno juga sangat penting dan relevan untuk saat ini dimana pemerintah sedang mencanangkan gerakan Revolusi Mental.
Menurut catatan sejarah, Bung Karno pada 17 Agustus 1956 pernah menyerukan bahwa revolusi mental adalah gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, dan berjiwa api yang menyala-nyala.
"Sekarang, revolusi mental merupakan agenda strategis dalam pemerintahan Presiden Jokowi. Kami punya harapan ketika nanti Bengkulu dipimpin pasangan Sultan Najamudin-Mujiono maka gerakan revolusi mental akan semakin menggaung dan menjadi pola pikir dan landasan setiap kebijakan yang dikeluarkannya," tandas Puan.
Karena Bengkulu adalah daerah yang tidak bisa terpisahkan dari historis Bung Karno dalam mengembangkan pola pergerakan menuju Indonesia Raya.
Karena itulah, Puan begitu berharap calon yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Demokrat di Pilkada Bengkulu yakni Sultan Najamudin-Mujiono bisa memenangi pilkada dan meneruskan apa yang sudah dirintis Bung Karno dan Bu Fatma di Bengkulu.
"Bung Karno ketika diasingkan di Bengkulu tahun 1938 sampai 1942 banyak melakukan hal untuk pergerakannya. Di sana beliau menyatukan para pemuda di Bengkulu lewat kesenian dan mendirikan perkumpulan sandiwara," kata Puan, Kamis (3/12/2015).
Melalui perkumpulan sandiwara tersebut, Bung Karno mengenal seorang gadis dari Bengkulu yakni Fatmawati yang kemudian menjadi istri dan Ibu Negara pertama Republik Indonesia.
Spirit yang bisa diambil dari perjuangan Bung Karno, kata Puan, adalah soal kerja keras dan tak kenal lelah meskipun dihadapkan berbagai tantangan dan hambatan. Saat itu, membicarakan politik selalu diawasi oleh penjajah sehingga Bung Karno mengemas dalam wadah kesenian.
"Nah, dalam konteks sejarah ini, kami berharap ketika pasangan Sultan Najamudin-Mujiono dipercaya rakyat untuk memimpin Bengkulu, maka spirit Bung Karno dan Bu Fat harus diteruskan. Bekerja keras membangun dan mewujudkan Bengkulu harus tetap dilakukan meski dengan berbagai tantangan dan hambatan," ujarnya.
Dan satu lagi spirit yang bisa diambil dari perjuangan Bung Karno saat itu, kata Puan, adalah bagaimana menyatukan semua komponen di Bengkulu untuk bersatu padu dan saling bahu membahu. Itu yang bisa dicontoh oleh pasangan Sultan Najamudin-Mujiono ketika memimpin Bengkulu nanti.
"Karena dulu dari pementasan seni yang dilakukan bahwa Bung Karno sebagai pembina perkumpulan dan menjadi sutradara adalah sosok yang menjadi pemersatu para pemuda," jelasnya.
Bagi Puan, menjadikan spirit perjuangan Bung Karno juga sangat penting dan relevan untuk saat ini dimana pemerintah sedang mencanangkan gerakan Revolusi Mental.
Menurut catatan sejarah, Bung Karno pada 17 Agustus 1956 pernah menyerukan bahwa revolusi mental adalah gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, dan berjiwa api yang menyala-nyala.
"Sekarang, revolusi mental merupakan agenda strategis dalam pemerintahan Presiden Jokowi. Kami punya harapan ketika nanti Bengkulu dipimpin pasangan Sultan Najamudin-Mujiono maka gerakan revolusi mental akan semakin menggaung dan menjadi pola pikir dan landasan setiap kebijakan yang dikeluarkannya," tandas Puan.
(sms)