Menikmati Jazz di Kaki Gunung Ijen
A
A
A
BANYUWANGI - Kabupaten Banyuwangi kembali menggelar Jazz Ijen Banyuwangi di area perkebunan Tamansari, Desa Jambu, Kecamatan Licin, tak jauh dari kaki Gunung Ijen tadi malam.
Ini merupakan perhelatan kedua setelah tahun lalu kegiatan serupa juga digelar bagian dari promosi pariwisata kabupaten berjuluk The Sunrise of Java tersebut. Udara dingin tak menyurutkan semangat ribuan warga Banyuwangi dan sekitarnya menikmati alunan musik Jazz dari sejumlah penyanyi kenamaan. Sebut saja Andre Hehanusa.
Penyanyi bernama lengkap Andre Ronal Benito Hehanusa itu sempat berduet dengan Bupati Banyuwangi, Azwar Anas. Keduanya kompak menyanyikan lagu Kuta Bali, karena dalam salah satu liriknya diganti dengan ”suatu saat di Banyuwangi”. Sejumlah lagu lain turut dilantunkan penyanyi yang tenar pada tahun 1990-an ini. Misalnya, lagu berjudul ”Bidadari” dan ”Karena Ku Tahu Engkau Begitu”.
Kerispatih tampil sebagai band penutup dengan melantunkan sejumlah tembang hits -nya. Acara dimulai sejak sore sekitar pukul 15.00WIB. Sebelum acara digelar bersalawat dengan paduan jazz dan musik etnik lokal. Selain Andre Hehanusa dan Kerispatih, acara ini juga dimeriahkan sejumlah kelompok musik etnik lokal, seperti LaLare Orkestra yang seluruh personelnya adalah anak-anak Banyuwangi.
Sembari menikmati para musisi dan pemandangan yang indah, para penonton dan wisatawan juga bisa menikmati kopi atau jajanan khas Banyuwangi yang sengaja disediakan di sejumlah stan di areal itu. Selain itu, tentu ada produk industri kreatif Banyuwangi yang dijajakan oleh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Plt Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi Yanuar Bramuda mengatakan, Jazz Ijen Banyuwangi dikemas sebagai aksi bermusik untuk kemanusiaan dan pariwisata. Selain memopulerkan Gunung Ijen sebagai destinasi wisata unggulan Banyuwangi, juga sebagai ajang membantu sesama.
”Event ini memang sengaja digelar di kawasan Ijen karena tujuannya meningkatkan pengenalan publik terhadap wisata Banyuwangi dengan tetap menjunjung tinggi kearifan lokal. Selain itu, acara ini juga diisi dengan penggalangan dana untuk aksi kemanusiaan,” ujarnya.
Dia menjelaskan, pada pagi hari sebelum acara dimulai, kegiatan ini diawali dengan pemeriksaan kesehatan, donor darah, pembagian sembako, serta pengobatan gratis bagi warga sekitar. Tentu juga diperuntukkan bagi para penambang belerang yang sehari- hari beraktivitas di Gunung Ijen.
”Sudah banyak pihak yang mensponsori untuk aksi kemanusiaan ini. Saat acara juga dilakukan penggalangan dana yang hasilnya akan diumumkan kepada semuanya,” katanya. Acara semacam ini, kata dia, juga merupakan salah satu bentuk pariwisata acara (event tourism), yaitu konsep pengembangan pariwisata berbasis kegiatan.
Banyuwangi sengaja mengusung konsep itu karena dinilai lebih cepat dalam mendorong kunjungan wisatawan. ”Pariwisata event bisa memperpanjang siklus destinasi sehingga wisatawan lebih lama tinggaldiBanyuwangi,” katanya.
Lukman hakim
Ini merupakan perhelatan kedua setelah tahun lalu kegiatan serupa juga digelar bagian dari promosi pariwisata kabupaten berjuluk The Sunrise of Java tersebut. Udara dingin tak menyurutkan semangat ribuan warga Banyuwangi dan sekitarnya menikmati alunan musik Jazz dari sejumlah penyanyi kenamaan. Sebut saja Andre Hehanusa.
Penyanyi bernama lengkap Andre Ronal Benito Hehanusa itu sempat berduet dengan Bupati Banyuwangi, Azwar Anas. Keduanya kompak menyanyikan lagu Kuta Bali, karena dalam salah satu liriknya diganti dengan ”suatu saat di Banyuwangi”. Sejumlah lagu lain turut dilantunkan penyanyi yang tenar pada tahun 1990-an ini. Misalnya, lagu berjudul ”Bidadari” dan ”Karena Ku Tahu Engkau Begitu”.
Kerispatih tampil sebagai band penutup dengan melantunkan sejumlah tembang hits -nya. Acara dimulai sejak sore sekitar pukul 15.00WIB. Sebelum acara digelar bersalawat dengan paduan jazz dan musik etnik lokal. Selain Andre Hehanusa dan Kerispatih, acara ini juga dimeriahkan sejumlah kelompok musik etnik lokal, seperti LaLare Orkestra yang seluruh personelnya adalah anak-anak Banyuwangi.
Sembari menikmati para musisi dan pemandangan yang indah, para penonton dan wisatawan juga bisa menikmati kopi atau jajanan khas Banyuwangi yang sengaja disediakan di sejumlah stan di areal itu. Selain itu, tentu ada produk industri kreatif Banyuwangi yang dijajakan oleh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Plt Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi Yanuar Bramuda mengatakan, Jazz Ijen Banyuwangi dikemas sebagai aksi bermusik untuk kemanusiaan dan pariwisata. Selain memopulerkan Gunung Ijen sebagai destinasi wisata unggulan Banyuwangi, juga sebagai ajang membantu sesama.
”Event ini memang sengaja digelar di kawasan Ijen karena tujuannya meningkatkan pengenalan publik terhadap wisata Banyuwangi dengan tetap menjunjung tinggi kearifan lokal. Selain itu, acara ini juga diisi dengan penggalangan dana untuk aksi kemanusiaan,” ujarnya.
Dia menjelaskan, pada pagi hari sebelum acara dimulai, kegiatan ini diawali dengan pemeriksaan kesehatan, donor darah, pembagian sembako, serta pengobatan gratis bagi warga sekitar. Tentu juga diperuntukkan bagi para penambang belerang yang sehari- hari beraktivitas di Gunung Ijen.
”Sudah banyak pihak yang mensponsori untuk aksi kemanusiaan ini. Saat acara juga dilakukan penggalangan dana yang hasilnya akan diumumkan kepada semuanya,” katanya. Acara semacam ini, kata dia, juga merupakan salah satu bentuk pariwisata acara (event tourism), yaitu konsep pengembangan pariwisata berbasis kegiatan.
Banyuwangi sengaja mengusung konsep itu karena dinilai lebih cepat dalam mendorong kunjungan wisatawan. ”Pariwisata event bisa memperpanjang siklus destinasi sehingga wisatawan lebih lama tinggaldiBanyuwangi,” katanya.
Lukman hakim
(ars)