Memangkas Peredaran Tengkulak

Senin, 01 Juni 2015 - 10:22 WIB
Memangkas Peredaran...
Memangkas Peredaran Tengkulak
A A A
PASAR bebas atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah di depan mata. Akhir tahun ini aturan tersebut sudah berlaku. Artinya semua barang dari luar negeri akan mudah masuk ke Indonesia tak terkecuali ke Jawa Timur (Jatim). Untuk menghadapi persaingan yang sangat bebas itu, pemerintah bergerak cepat menguatkan basis lokal.

Upaya tersebut juga dilakukan Pemprov Jatim melalui PT Puspo Agro yang serius memperbaiki daya jual barang dari petani. Perusahaan milik Pemprov Jatim itu memutuskan memangkas pembelian yang dilakukan tengkulak. Hal ini agar barang milik petani mampu bersaing dengan barang mancanegara.

Komisaris PT Puspa Agro, Erlangga Satriagung mengatakan, persaingan pasar bebas bakal semakin sengit. Karena itu persiapan dari bawah harus dilakukan agar mampu bersaing. Selama ini barang para petani masih dibeli beberapa tengkulak dalam menjual produk dengan harga yang rendah.

”Untuk itu, kami terus melakukan format baru dengan menjalin kerja sama dengan petani. Caranya, kami akan membeli produk mereka (petani) dengan harga tinggi dibandingkan dengan tengkulak,” katanya. Erlangga menuturkan, pihaknya tidak akan mengambil untung besar dalam bertransaksi dengan petani.

Paling besar, kata dia, keuntungan yang diambil kisaran 2%-3 % dari nilai transaksi. ”Tujuan kami melawan produk impor yang kini mulai meningkat peredarannya,” ungkapnya. Tahun ini, kata Erlangga, pihak terus membenahi kinerja Puspa Agro dalam berbagai hal untuk meningkatkan produk lokal. Di sisi lain, peran pemerintah ikut andil dalam menjaga produk petani. Salah satunya membenahi infrastruktur atau akses menuju Puspa Agro untuk petani.

”Jika ini dilakukan, kami yakin Puspa Agro akan menjadi pusat pasar induk terbesar di Indonesia. Kami menargetkan tahun 2025 nanti menjadi pusat transaksi agro di dunia. Apalagi akan dibantu dengan dibukanya 26 kantor cabang di beberapa wilayah Indonesia,” katanya. Saat ini Puspa Agro sudah mulai menyuplai kebutuhan pokok di Jatim ke sejumlah pasar modern, seperti supermarket.

Sebagai langkah awal, suplai akan dilakukan ke Carrefour dengan jenis buah sebesar 1 ton per hari dan sayur-mayur 100 kilogram. ”Stok petani masih banyak, kami sangat mampu menyuplai kebutuhan buah dan sayur ke pasar modern,” kata Kepala Traiding House untuk Supermarket Pasar Modern dan Caterring PT Puspo Agro Jatim, Hanif.

Hanif mengatakan, prospek buah dan sayur dari Puspo Agro layak dijual karena semua pengepakan atau kemasan buah maupun sayur merupakan tanggungan Puspo Agro. Dengan begitu tak ada beban yang diterima supermarket penerima barang dari Puspo Agro. Selain Carrefour, Puspo Agro juga melakukan pendekatan dengan beberapa supermarket besar di Jatim, di antaranya Giant dan Superindo.

Kedua supermarket ini menjadi bidikan utama karena pasar yang dimiliki sangat bagus. ”Yang kami suplai memang produk buah dan sayur lokal, kami mengedepankan produk lokal saja,” ujar Hanif. Direktur Utama PT Puspa Agro, Abdullah Muchibuddin mengatakan, larangan pemerintah untuk buah impor (apel) masuk ke Indonesia menjadi keuntungan tersendiri bagi petani buah lokal, seperti Malang dan beberapa daerah di Jatim.

Berdasarkan catatan dampak dari masalah buah apel impor tersebut pengiriman buah apel lokal yang masuk ke pasar induk mencapai 140 ton selema 2 pekan. ”Bisa dikatakan petani buah apel kita mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun kualitas buah apel masih relatif rendah jika dibandingkan impor karena pembibitan buah masih kurang,” ujarnya. Menurut dia, peran Dinas Pertanian Jatim juga kurang maksimal kepada petani buah karena minim penyediaan bibit komoditas apel di Jatim. Minimnya bibit kepada petani buah berdampak terhadap kualitas buah. Karena itu, peran Dinas Pertanian Jatim harus lebih maksimalkan lagi.

Jika bibitnya bagus, dipastikan buah-buah produksi lokal akan lebih bagus dari buah impor. ”Harga cukup stagnan saat ini, artinya petani tidak memanfaatkan situasi ini,” ujarnya. Selain permasalahan buah apel, tengkulak besar pelat merah ini dalam waktu akan menggandeng petani jagung di Kabupaten Gresik. Langkah ini untuk memenuhi kebutuhan pasokan pabrik sekaligus meningkatkan taraf hidup petani jagung.

”Langkah ini akan kita realisasikan dalam waktu dekat. Direncanakan Puspa memasarkan jagung dari masyarakat Gresik Utara. Hasil panen petani kami ambil dengan harga normal, tapi masih belum ditentukan berapa,” katanya. Dipilihnya Gresik Utara karena wilayah ini secara iklim dan tanah potensial untuk menanam jagung.

Hanya harga jagung para petani lokal tersebut belum bisa bersaing dengan jagung impor. ”Salah satu sebabnya adalah produktivitas lahan dan hasil panen relatif rendah. Karena itu kami berupaya menggandeng petani jagung sehingga dapat memberdayakan ekonomi masyarakat setempat,” ungkapnya.

Puspasari melakukan kerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Gresik untuk menggarap 1.000 hektare lahan percontohan jagung Gapoktan Pantenan di Desa Panceng sejak November 2014. Hasil panen tahun ini dari lahan percontohan tersebut diperkirakan 600-800 ton sekali panen dan akan ditampung PT Invivo Indonesia.

Menurut Muchdin, Puspa Agro juga melakukan pembelian cokelat secara tunai milik kelompok tani kakao dan memasarkan di dalam negeri dan diekspor. ”Puspa Agro juga berencana melakukan proses kakao menjadi cokelat dan memasarkan agar produk lebih memiliki nilai jual tinggi,” katanya.

Dirikan Trading House Dalam menghadapi pasar bebas, Pemprov Jatim melalui Puspo Agro akan memangkas peredaran tengkulak yang membuat petani tekor. Proses pemangkasan ini akan memiliki nilai efisien 2,5%. Pemangkasan ini dilakukan dengan mendirikan Devisi Trading House.

Tim ini akan turun ke petani-petani langsung untuk membeli barang, bukan melalui tengkulak yang selama ini terjadi. Dengan begitu keuntungan petani akan lebih besar dibandingkan dibeli tengkulak. ”Pembelian yang kami lakukan dimulai Juni-September 2014 sebesar Rp7 miliar dengan volume barang sebanyak 364 ton barang,” kata Direktur PT Puspo Agro, Abdullah Muchibudin, di Surabaya.

Dengan keberhasilan ini, Puspo Agro memutuskan menambah investasi. Sesuai rencana Puspo Agro akan menganggarkan dana sebesar Rp20 miliar untuk membeli barangbarang dari petani, mulai dari sayuran, kopi, ikan, dan ayam. Sistem ini bertujuan membangkitkan pertanian di Indonesia.

Saat ini, ungkap Udin, daya jual hasil pertanian Indonesia, khususnya Jawa Timur, kalah dengan negara-negara lain, seperti Thailand, Australia, Vietnam, dan Korea. Karena mereka sudah menata penjualan minimal 20 tahun ke belakang, sementara Jatim baru memulai penataan. ”Di luar negeri tidak ada tengkulak, maka harga bisa bersaing.

Untuk itu, kita akan melakukan apa yang dilakukan di Thailand maupun Vietnam,” ujarnya. Udin menuturkan, semangat dibuka divisi baru ini untuk memangkas mahalnya distribusi produk pertanian dan peternakan. Sebab petani dan peternak harus menjual produknya ke tengkulak yang memiliki mata rantai panjang sebelum ke end user .

”Semangat kami memberi nilai tambah kepada petani sekaligus menekan mahalnya produk pertanian dan peternakan,” kata dia. Puspa Agro, kata dia, mampu membeli produk pertanian dan peternakan lebih mahal dibanding dengan tengkulak. Puspo Agro juga mampu membayar tunai petani yang tidak pernah didapatkan jika menjual melalui tengkulak.

Dengan begitu nilai jual produk pertanian dan peternakan memiliki nilai ekonomi mencapai 2,5% dan produknya bisa bersaing dengan produk impor. Udin mencontohkan semangka dijual petani ke tengkulak hanya Rp2.300 per kg, tapi Puspa Agro berani membeli Rp4.500 per kg.

”Artinya, petani mendapat nilai tambah 29% dan kami menjual ke end user senilai Rp5.304 per kg atau kami meraup untung 2,5%,” katanya. Divisi baru ini telah menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan, seperti Carefour, Indocater, Invivo, dan Indokom.

Dengan Carefour, Puspa Agro telah menyuplai sayur, buah, telur, dan ayam, mencapai 168 ton dari periode Februari- Agustus. Sementara Muzayin, salah satu peternak ayam di Gresik mengatakan, belum mengetahui program Puspo Agro terkait pembelian hasil produksi petani.

Menurut dia, jika itu dilakukan maka kondisi pertanian akan jauh lebih baik. ”Kami tunggu janji manis Puspo Agro. Yang penting harganya stabil dan kami tidak dirugikan,” katanya. Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro di depan para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri mengingatkan bahwa daerahdaerah di Indonesia harus bertransformasi agar tidak lagi mengandalkan komoditas, namun menciptakan industri pengolahan.

”Ekonomi berkelanjutan bukan ekonomi yang mengandalkan komoditas,” ujar Bambang. Selain itu, pemerintah juga telah memfokuskan agenda infrastruktur. Ada 10 proyek infrastruktur prioritas sudah ditetapkan dan pembangunannya harus dimulai tahun ini.

Sebanyak 10 proyek itu menekankan jaminan ketersediaan energi dan perbaikan konektivitas. Dengan berbagai niat tersebut, setidaknya harapan merasakan manisnya pertumbuhan berkualitas yang digemborkan Presiden Joko Widodo masih besar. Target pertumbuhan ekonomi 5,7% pada tahun ini pun harus dibuktikan sebagai target yang tidak hanya ”memacu adrenalin.”

Arief ardliyanto
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7022 seconds (0.1#10.140)