Misteri Suara Menggelegar Gunung Merapi saat Sultan Agung Mangkat

Sabtu, 14 Januari 2023 - 07:47 WIB
loading...
Misteri Suara Menggelegar Gunung Merapi saat Sultan Agung Mangkat
Sultan Agung. Foto/Wikipedia/Basoeki Bawono
A A A
Kepiluan tak dapat dibendung lagi, saat kabar duka datang dari dalam Keraton Kesultanan Mataram. Rakyat Mataram, harus kehilangan pemimpin mereka, Sultan Agung Hanyokrokusumo untuk selamanya.



Sultan Agung mangkat pada tahun 1645, setelah memerintah Kesultanan Mataram, selama 32 tahun, yakni sejak tahun 1613. Kepergian sang sultan, ternyata juga diratapi oleh Gunung Merapi. Gunung keramat itu, mengeluarkan suara menggelegar saat melepas kepergian Sultan Agung untuk selamanya.



Sebelum mangkat, Sultan Agung mengalami sakit keras. Seluruh kerabat dan keluarga, menunggui Sultan Agung yang tengah terbaring sakit. Di antara orang-orang yang menunggui penguasa Mataram itu, juga nampak hadir putra-putra Sultan Agung.



Menurut "Babad Tanah Jawi" karya W. L. Olthof, Sultan Agung memiliki dua putra. Putra yang tertua bernama Adipati Arya Mataram, yang sudah menikah dengan putri Pangeran Pekik di Surabaya. Sedangkan putra kedua bernama Raden Mas Alit atau Pangeran Danu Paya.

Sebelum meninggal dunia, Sultan Agung berpesan untuk meneruskan tahta Mataram ke tangan anak tertuanya, Pangeran Adipati Arya Mataram. Usai menyampaikan wasiat terkait penerusnya sebagai penguasa Mataram, Sultan Agung wafat dengan iringan tangis pilu seluruh istana Mataram.

Suara gelegar dari Gunung Merapi, menambah rasa pilu tersebut. Selama ini, Gunung Merapi dipercaya sebagai tempat keramat dan penting bagi Mataram. Jenazah Sultan Agung disucikan dan disalatkan, lalu disemayamkan di Imogiri.



Di hari Soma, pasca meninggalnya Sultan Agung, Panembahan Purbaya bersama cucunya mengumpulkan orang-orang Mataram, dan menobatkan raja berikutnya, Pangeran Adipati Arya Mataram.

Penobatan itu raja baru di Mataram itu, disambut oleh rakyat Mataram, yang menyetujuinya. Suaranya laksana saur peksi, para pandita, para kaji berdoa mendukung penobatan Pangeran Adipati Arya Mataram.

Sang nata lalu masuk istana, sejak raja baru berkuasa negara Mataram gemah ripah, tata raharja, tegak adil, hukum yang berlaku, pemerintahan tidak berubah, masih seperti ketika Sultan lama yang sudah almarhum.

Di hari Respati atau Kamis, dikisahkan Sang Sultan mengundang pada bupati dan sentana atau pejabat istana.Ia memerintahkan untuk membuat istana baru, dari Kota Karta, menuju istana baru di Plered. Keputusan Sang Raja Mataram baru ini dipenuhi seluruh bala tentara dan pejabat Mataram.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2003 seconds (0.1#10.140)