FEB Unisma Ingatkan Bahaya Narkoba di Masa Pandemi COVID-19
loading...
A
A
A
MALANG - Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang ( BEM FEB Unisma ) menggelar webinar bertajuk "Alumni Talk Series: Waspada Narkoba Bagi Generasi Milenial di Era New Normal".
(Baca juga: 300 Orang Tenaga Medis di Sidoarjo Tepapar COVID-19, 5 Meninggal )
Acara yang menghadirkan narasumber Dekan Fakultas Kedonketarn (FK) Unisma, HRM. Hardadi Airlangga, bersama Bahrul Ulum, yang merupakan alumni FEB Unisma , dan aktif di LKNU, serta aktivis anti narkoba ini, diikuti 900 mahasiswa baik dari dalam maupun luar Unisma.
Dekan FEB Unisma , Nur Diana menyampaikan, mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa harus selalu ingat pada perannya dalam pembangunan bangsa ini. "Mahasiswa berperan sebagai Agent of Change atau agen perubahan. Mahasiswa sebagai kaum intelektual yang menjadi motor perubahan bangsa," ungkapnya.
Sebagai pengontrol sosial, lanjut Diana mahasiswa sebagai penyalur aspirasi masyarakat kepada pemerintah. Mahasiwa juga sebagai iron stock, yaitu mahasiswa sebagai penerus atau aset cadangan bangsa untuk melakukan perubahan.
"Dari semua peran tersebut, dapat disimpulkan mahasiwa berperan dalam melakukan perubahan dan pembangungan bangsa ke arah yang lebih baik," tegasnya. (Baca juga: Kejari Pandanglawas Utara Selidiki Dugaan Korupsi Dana Desa )
Selanjutnya Diana menegaskan, dengan peran yang sangat kompleks tersebut, tugas institusi dan semua perangkatnya yaitu pimpinan, dosen, dan seluruh civitas akademika untuk membentengi mahasiswa agar mereka tidak terjerumus narkoba. Mahasiwa merupakan aset dan penerus bangsa, jika mereka rusak karena narkoba, maka hancur sudah harapan bangsa ini untuk membangun peradaban.
Apalagi masa pandemi COVID-19 yang berkepanjangan. Segala aktivitas pendidikan, bisnis dan lain-lain dilakukan secara virtual. Hal ini menimbulkan kejenuhan dan secara psikologi mereka itu kemudian berhadapan dengan kevakuman yang ada, mereka kemudian mencoba hal-hal yang baru dengan narkoba.
Diana berharap, dengan adanya pemahaman tentang kewaspadaan terhadap bahaya narkoba yang diangkat di seminar ini, mampu meningkatkan kesadaran mahasiswa dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, serta meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam bentuk pencegahan penyalahgunaan narkoba, mengajak dan mendorong para mahasiswa untuk menjalani kehidupan dengan baik secara sejahtera, damai, dan bahagia.
(Baca juga: Di Tengah Pandemi COVID-19, FEB Unisma Gelar Sekolah Pasar Modal )
Sementara itu ketua BEM FEB Unisma , Mat Bahri mengatakan, sangat mengapreasiasi kepedulian alumni FEB Unisma yang turut mendukung program kerjanya untuk selalu produktif di masa pandemi COVID-19.
Ia berharap, kegiatan ini bisa memberikan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa agar tidak mencoba-coba barang haram yang akan mampu merusak masa depan bangsa. Ke depan BEM FEB Unisma akan meningkatkan produktifitas program kerjanya meskipun pandemi COVID-19 belum berakhir.
Dalam paparannya Bahrul Ulum menjabarkan, bahwa Napza itu meliputi Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat-zat Adiktif. Digolongkan sebagai aat-zat yang ketika dikonsumsi akan mempengaruhi sistem syaraf pusat, dan karenanya akan mempengaruhi perasaan serta cara berpikir orang yang menggunakannya Napza.
"Ada tiga strategi penanganan narkoba, yakni meliputi Demand Reduction, dengan memutus mata rantai para pengguna. Kedua dengan Harm Reduction melalui pengurangan dampak buruk terhadap narkoba, serta Suply Reduction yang dilaksanakan dengan memutus mata rantai pemasok narkotika mulai dari produsen sampai pada jaringan pengedarnya," tegasnya.
(Baca juga: Silatnas IKA Unisma: Penguatan Entrepreneurship di Kampus Merdeka )
HRM. Hardadi Airlangga dalam penjelasannya mengatakan, faktor penyebab penyalahgunaan narkoba ada tiga, yaitu faktor pendorong; berupa pengendalian diri lemah, keluarga, gangguan perilaku, pemberontak, tidak berprestasi di sekolah, tidak diterima di kelompok, berteman dengan pemakai.
Selain itu ada faktor individu, yakni periode remaja (ingin tahu, coba-coba, ingin diakui oleh teman). Dan faktor lingkungan; keluarga dan pergaulan. Selanjutnya dokter yang sehari-hari juga sebagai dosen di FK Unisma ini mengajak mahaiswa FEB Unisma untuk mewaspadai Napza yang memberikan efek berbeda-beda kepada penggunanya.
"Ada jenis halusinogen yang menyebabkan perasaan halusinasi, sehingga menyebabkan perilaku yang memalukan atau membahayakan bagi penggunanaya. Ada lagi jenis stimulan yang merangsang sistem syaraf pusat hingga menimbulkan perasaan segar, bersemangat, tidak lelah, tidak lapar, rasa nikmat, bahagia, disorientasimental, rasa cemas tinggi, mudah tersinggung, gugup, sulit tidur, mual-mual, merasa haus terus-menerus, keringat dingin, hipertensi, memberikan rasa nikmat, dan bahagia," ujarnya.
(Baca juga: 300 Orang Tenaga Medis di Sidoarjo Tepapar COVID-19, 5 Meninggal )
Acara yang menghadirkan narasumber Dekan Fakultas Kedonketarn (FK) Unisma, HRM. Hardadi Airlangga, bersama Bahrul Ulum, yang merupakan alumni FEB Unisma , dan aktif di LKNU, serta aktivis anti narkoba ini, diikuti 900 mahasiswa baik dari dalam maupun luar Unisma.
Dekan FEB Unisma , Nur Diana menyampaikan, mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa harus selalu ingat pada perannya dalam pembangunan bangsa ini. "Mahasiswa berperan sebagai Agent of Change atau agen perubahan. Mahasiswa sebagai kaum intelektual yang menjadi motor perubahan bangsa," ungkapnya.
Sebagai pengontrol sosial, lanjut Diana mahasiswa sebagai penyalur aspirasi masyarakat kepada pemerintah. Mahasiwa juga sebagai iron stock, yaitu mahasiswa sebagai penerus atau aset cadangan bangsa untuk melakukan perubahan.
"Dari semua peran tersebut, dapat disimpulkan mahasiwa berperan dalam melakukan perubahan dan pembangungan bangsa ke arah yang lebih baik," tegasnya. (Baca juga: Kejari Pandanglawas Utara Selidiki Dugaan Korupsi Dana Desa )
Selanjutnya Diana menegaskan, dengan peran yang sangat kompleks tersebut, tugas institusi dan semua perangkatnya yaitu pimpinan, dosen, dan seluruh civitas akademika untuk membentengi mahasiswa agar mereka tidak terjerumus narkoba. Mahasiwa merupakan aset dan penerus bangsa, jika mereka rusak karena narkoba, maka hancur sudah harapan bangsa ini untuk membangun peradaban.
Apalagi masa pandemi COVID-19 yang berkepanjangan. Segala aktivitas pendidikan, bisnis dan lain-lain dilakukan secara virtual. Hal ini menimbulkan kejenuhan dan secara psikologi mereka itu kemudian berhadapan dengan kevakuman yang ada, mereka kemudian mencoba hal-hal yang baru dengan narkoba.
Diana berharap, dengan adanya pemahaman tentang kewaspadaan terhadap bahaya narkoba yang diangkat di seminar ini, mampu meningkatkan kesadaran mahasiswa dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba, serta meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam bentuk pencegahan penyalahgunaan narkoba, mengajak dan mendorong para mahasiswa untuk menjalani kehidupan dengan baik secara sejahtera, damai, dan bahagia.
(Baca juga: Di Tengah Pandemi COVID-19, FEB Unisma Gelar Sekolah Pasar Modal )
Sementara itu ketua BEM FEB Unisma , Mat Bahri mengatakan, sangat mengapreasiasi kepedulian alumni FEB Unisma yang turut mendukung program kerjanya untuk selalu produktif di masa pandemi COVID-19.
Ia berharap, kegiatan ini bisa memberikan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa agar tidak mencoba-coba barang haram yang akan mampu merusak masa depan bangsa. Ke depan BEM FEB Unisma akan meningkatkan produktifitas program kerjanya meskipun pandemi COVID-19 belum berakhir.
Dalam paparannya Bahrul Ulum menjabarkan, bahwa Napza itu meliputi Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat-zat Adiktif. Digolongkan sebagai aat-zat yang ketika dikonsumsi akan mempengaruhi sistem syaraf pusat, dan karenanya akan mempengaruhi perasaan serta cara berpikir orang yang menggunakannya Napza.
"Ada tiga strategi penanganan narkoba, yakni meliputi Demand Reduction, dengan memutus mata rantai para pengguna. Kedua dengan Harm Reduction melalui pengurangan dampak buruk terhadap narkoba, serta Suply Reduction yang dilaksanakan dengan memutus mata rantai pemasok narkotika mulai dari produsen sampai pada jaringan pengedarnya," tegasnya.
(Baca juga: Silatnas IKA Unisma: Penguatan Entrepreneurship di Kampus Merdeka )
HRM. Hardadi Airlangga dalam penjelasannya mengatakan, faktor penyebab penyalahgunaan narkoba ada tiga, yaitu faktor pendorong; berupa pengendalian diri lemah, keluarga, gangguan perilaku, pemberontak, tidak berprestasi di sekolah, tidak diterima di kelompok, berteman dengan pemakai.
Selain itu ada faktor individu, yakni periode remaja (ingin tahu, coba-coba, ingin diakui oleh teman). Dan faktor lingkungan; keluarga dan pergaulan. Selanjutnya dokter yang sehari-hari juga sebagai dosen di FK Unisma ini mengajak mahaiswa FEB Unisma untuk mewaspadai Napza yang memberikan efek berbeda-beda kepada penggunanya.
"Ada jenis halusinogen yang menyebabkan perasaan halusinasi, sehingga menyebabkan perilaku yang memalukan atau membahayakan bagi penggunanaya. Ada lagi jenis stimulan yang merangsang sistem syaraf pusat hingga menimbulkan perasaan segar, bersemangat, tidak lelah, tidak lapar, rasa nikmat, bahagia, disorientasimental, rasa cemas tinggi, mudah tersinggung, gugup, sulit tidur, mual-mual, merasa haus terus-menerus, keringat dingin, hipertensi, memberikan rasa nikmat, dan bahagia," ujarnya.
(eyt)