Ketua KPU RI Hasyim Asy’ari: Sifat Nabi Muhammad SAW Patut Jadi Teladan

Minggu, 25 Desember 2022 - 07:23 WIB
loading...
Ketua KPU RI Hasyim...
Ketua KPU Republik Indonesia H. Hasyim Asy’ari, Ph.D, ketika mengisi ceramah Pengajian Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Syafruddin Perumahan Plamongan Hijau, Pedurungan Kidul, Kota Semarang
A A A
SEMARANG - Seorang pemimpin hendaknya memiliki rasa kasih sayang dan kejujuran kepada mereka yang dipimpinnya. Seperti dicontohkan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan umat Muslim.

Hal itu dikatakan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia H. Hasyim Asy’ari, Ph.D, ketika mengisi ceramah kegiatan Pengajian Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Syafruddin Perumahan Plamongan Hijau, Pedurungan Kidul, Kota Semarang, Sabtu (24/12/2022) malam.

Dia mengisahkan kehidupan Nabi Muhammad SAW sebagai manusia biasa namun yang membedakan adalah Nabi SAW diberikan wahyu oleh Allah SWT. Kitab Suci Alquran adalah wahyu yang dibawa Nabi SAW.

“Nabi Muhammad SAW sama seperti manusia biasa, punya bapak, ibu. Lahir, tumbuh, berkembang dari balita, remaja sampai dewasa sampai akhirnya di bagian akhir, ada batasnya kembali pulang ke Rahmatullah alias wafat,” katanya.

Baca juga: 5 Teror Brutal KKB di Tanah Papua Sepanjang Tahun 2022

Proses yang dialami Nabi SAW, pernah menggembala ternak. Sebagaimana beberapa Nabi lainnya juga mengalami. Inilah yang akhirnya ketika sampai pada risalah kenabian, sering disebut sebagai penggembala. Menggembala umatnya. Artinya sebelum sampai ke titik itu, sudah ada pengalamannya.

Tentunya dalam menuntun umatnya harus dengan kasih sayang. Akhlak mulia Nabi itu juga dikenal sebagai seorang amanah alias jujur. Ini juga terlihat pada perjalanan hidup Nabi SAW, ketika sampai pada fase berdagang. Setelah menikah dengan Khadijah.

Ada riwayat menyebutkan “sebaik-baiknya tempat adalah masjid, sejelek-jelek tempat adalah pasar”. Sebab, di pasar itu terjadi transaksional. Inilah dibutuhkan kejujuran, baik pembeli khususnya pedagang.

“Kejujuran yang riil bukan di masjid, tapi yang riil di pasar. Kalau Bapak Ibu berbelanja, itu ada timbangan, seringkali timbangan dengan bobotnya yang ditimbang tidak seimbang. Pasar bukan hanya yang kita kenali misalnya Pasar Pedurungan. Pom bensin itu juga pasar, timbangannya itu ditera ada kecurangan atau tidak, kalau tidak hati-hati akan terjerumus,” lanjutnya.

Contoh selanjutnya yang diceritakan Hasyim Asy’ari adalah ketika ada renovasi Kakbah di Kota Mekah. Saat akan menempatkan Hajar Aswad jadi rebutan suku-suku di Mekah. Kemudian mereka bersepakat menunjuk Nabi Muhammad SAW yang memimpin penempatan Hajar Aswad itu. Nabi menggunakan sorban untuk mengangkatnya yang masing-masing ujungnya dipegang para pemimpin suku di Mekah itu. Jadi semuanya merasa terwakili.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2046 seconds (0.1#10.140)