Misteri 3 Sungai Besar yang Konon Mengapit Ibu Kota Kerajaan Pajajaran
loading...
A
A
A
LOKASI Ibu Kota Kerajaan Pajajaran hingga kini masih menjadi misteri, namun beragam tafsiran mengenai lokasi ibu kota Kerajaan Pajajaran pun muncul. Banyak yang mengatakan ibu kota Pajajaran terkuat yakni Pakuan Pajajaran.
Konon, ibu kota Kerajaan Pajajaran berlokasi tak jauh dari aliran sungai besar di Jawa Barat. Lokasinya cukup strategis karena kedua sungai ini menjadi salah satu penghubung transportasi di masanya kala itu.
C.P. Rouffaer misalnya mencoba memisahkan kata Pakuan dan Pajajaran dan masing masing diberi makan simbolis. Sebagaimana dikutip dari buku "Melacak Sejarah Pakuan Pajajaran dan Prabu Siliwangi" dari Saleh Danasasmita, Pakuan diartikan oleh Rouffaer sebagai kota Paku, atau bisa diartikan "kota pusat", ibu kota, yaitu kota tempat kedudukan Pakuning Jagat (pakunya alam) atau raja.
Sementara ten Dam beranggapan mengartikan lokasi ibu kota Kerajaan Pajajaran berada di Sungai Cisadane dan Ciliwung dinilai tepat, untuk menjadi pusat Kerajaan Pajajaran. Sebab kedua sungai itu digunakan sebagai lalu lintas dagang antara kawasan pusat dan pesisir - pantai utara.
Pendeknya, kedua sungai itu menjadi urat nadi kehidupan ekonomi Pajajaran. Ditambah dengan Sungai Cipakancilan yang melewati tengah-tengah ibu kota kerajaan, yang pasti memiliki peran besar dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari bagi penduduk kota.
Karena ketika sungai ini betul-betul mengalir di ibu kota dan sejajar beberapa kilometer, maka wilayahnya dinamakan Pajajaran, artinya tanah dua tiga aliran. Begitulah ten Dam menafsirkan wilayah ibu kota Pajajaran.
Nama kota umumnya kerap menjadi nama negara, sedangkan kata Pakuan, menurutnya bukan nama tetapi kata jenis yang berarti kota. Pendek kata, ten Dam mengartikan Pakuan sebagai kota dan keraton disebut kedatuan. Adapun nama ibu kotanya Pajajaran, yang kemudian digunakan sebagai nama kerajaan.
Melihat penafsiran ten Dam ini, lokasi identik dengan Kota Bogor. Pasalnya keberadaan Pakuan yang diapit oleh Sungai Ciliwung dan Cisadane, di mana bagian yang melewati Kota Bogor sejajar. Kedua sungai itu ketahuan sejajar apabila diamati peta Kota Bogor.
Padahal sehari-harinya bahkan orang Bogor sekarang pun yang mengetahui peta kotanya tidak merasakan kesejajarannya. Kedua sungai itu juga berkelok-kelok di bilangan Kota Bogor, selain itu di antara kedua sungai itu ada satu sungai lagi yang cukup besar bernama Sungai Cipakancilan, yang tak kalah berkelok-keloknya.
Konon, ibu kota Kerajaan Pajajaran berlokasi tak jauh dari aliran sungai besar di Jawa Barat. Lokasinya cukup strategis karena kedua sungai ini menjadi salah satu penghubung transportasi di masanya kala itu.
C.P. Rouffaer misalnya mencoba memisahkan kata Pakuan dan Pajajaran dan masing masing diberi makan simbolis. Sebagaimana dikutip dari buku "Melacak Sejarah Pakuan Pajajaran dan Prabu Siliwangi" dari Saleh Danasasmita, Pakuan diartikan oleh Rouffaer sebagai kota Paku, atau bisa diartikan "kota pusat", ibu kota, yaitu kota tempat kedudukan Pakuning Jagat (pakunya alam) atau raja.
Sementara ten Dam beranggapan mengartikan lokasi ibu kota Kerajaan Pajajaran berada di Sungai Cisadane dan Ciliwung dinilai tepat, untuk menjadi pusat Kerajaan Pajajaran. Sebab kedua sungai itu digunakan sebagai lalu lintas dagang antara kawasan pusat dan pesisir - pantai utara.
Pendeknya, kedua sungai itu menjadi urat nadi kehidupan ekonomi Pajajaran. Ditambah dengan Sungai Cipakancilan yang melewati tengah-tengah ibu kota kerajaan, yang pasti memiliki peran besar dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari bagi penduduk kota.
Karena ketika sungai ini betul-betul mengalir di ibu kota dan sejajar beberapa kilometer, maka wilayahnya dinamakan Pajajaran, artinya tanah dua tiga aliran. Begitulah ten Dam menafsirkan wilayah ibu kota Pajajaran.
Nama kota umumnya kerap menjadi nama negara, sedangkan kata Pakuan, menurutnya bukan nama tetapi kata jenis yang berarti kota. Pendek kata, ten Dam mengartikan Pakuan sebagai kota dan keraton disebut kedatuan. Adapun nama ibu kotanya Pajajaran, yang kemudian digunakan sebagai nama kerajaan.
Melihat penafsiran ten Dam ini, lokasi identik dengan Kota Bogor. Pasalnya keberadaan Pakuan yang diapit oleh Sungai Ciliwung dan Cisadane, di mana bagian yang melewati Kota Bogor sejajar. Kedua sungai itu ketahuan sejajar apabila diamati peta Kota Bogor.
Padahal sehari-harinya bahkan orang Bogor sekarang pun yang mengetahui peta kotanya tidak merasakan kesejajarannya. Kedua sungai itu juga berkelok-kelok di bilangan Kota Bogor, selain itu di antara kedua sungai itu ada satu sungai lagi yang cukup besar bernama Sungai Cipakancilan, yang tak kalah berkelok-keloknya.
(nic)