Sosok Kakek Pemulung Miskin di Madiun yang Tolak Terima BLT
loading...
A
A
A
MADIUN - Seorang kakek di Madiun menolak bantuan BLT BBM viral di media sosial. Meski hanya hanya seorang pemulung rongsokan dan jauh dari sejahtera, namun sang kakek tetap menolak. Alasannya masih bisa mencari kerja.
Video penolakan itu terekam saat petugas Babinkamtibmas Madiun mengantarkan bantuan BLT BBM ke rumah sang kakek. Saat itu juga sang kakek menolak dan meminta petugas membawa kembali bantuan itu.
Hasil penelusuran iNews.id, kakek tersebut bernama Sukadi, warga Kelurahan Munggut, Kabupaten Madiun. Sehari-hari, kakek Sukadi tinggal sebatangkara di sebuah gubuk kumuh"Mpun mboten usah pak. Kulo tasih saget nyambut damel. (Tidak usah, saya masih bisa bekerja)," katanya.
Baca juga: RPA Perindo Daftarkan Korban Pencabulan Anak di Kediri ke Pondok Pesantren
Pantauan di lokasi, rumah kakek Sukadi hanya berdinding papan bekas yang disusun tak beraturan. Sementara bagian atapnya hanya ditutup plastik yang ditindih kayu dan potongan bambu di mana-mana.
Pekerjaan sehari-hari Sukadi hanyalah mencari barang bekas untuk dijual dengan pendapatan maksimal Rp15.000-Rp20.000. Meski begitu jumlah tersebut dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup seorang diri di hari tuanya.
Aksi penolakan itu dilakukan sang kakek kepada petugas Babinkamtibmas dan Babinsa desa yang mengantarkan bantuan. Penolakan sang kakek ini pun viral di media sosial dan menuai banyak pujian.
Video penolakan itu terekam saat petugas Babinkamtibmas Madiun mengantarkan bantuan BLT BBM ke rumah sang kakek. Saat itu juga sang kakek menolak dan meminta petugas membawa kembali bantuan itu.
Hasil penelusuran iNews.id, kakek tersebut bernama Sukadi, warga Kelurahan Munggut, Kabupaten Madiun. Sehari-hari, kakek Sukadi tinggal sebatangkara di sebuah gubuk kumuh"Mpun mboten usah pak. Kulo tasih saget nyambut damel. (Tidak usah, saya masih bisa bekerja)," katanya.
Baca juga: RPA Perindo Daftarkan Korban Pencabulan Anak di Kediri ke Pondok Pesantren
Pantauan di lokasi, rumah kakek Sukadi hanya berdinding papan bekas yang disusun tak beraturan. Sementara bagian atapnya hanya ditutup plastik yang ditindih kayu dan potongan bambu di mana-mana.
Pekerjaan sehari-hari Sukadi hanyalah mencari barang bekas untuk dijual dengan pendapatan maksimal Rp15.000-Rp20.000. Meski begitu jumlah tersebut dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup seorang diri di hari tuanya.
Aksi penolakan itu dilakukan sang kakek kepada petugas Babinkamtibmas dan Babinsa desa yang mengantarkan bantuan. Penolakan sang kakek ini pun viral di media sosial dan menuai banyak pujian.
(msd)