Kampung Jagir, Revolusi Karya Melawan Binasa

Kamis, 10 November 2022 - 11:37 WIB
loading...
A A A
Warga di Kelurahan Jagir juga mencoba untuk mandiri, mengola kebutuhan dari hulu sampai hilir dengan memaksimalkan apa yang ada di lingkungannya. Di kawasan yang terik dan di tengah bangunan yang menjulang Kota Surabaya, Kampung Jagir hadir sebagai sebuah anomali kota urban. Mereka masih bisa panen buah anggur, pisang, delima, telang, serta umbi-umbian. Bahkan, mereka memenuhi kebutuhan air secara mandiri.

Energi alternatif pun dikembangkan warga dengan memaksimalkan sampah. Mereka menyadari sampah domestik di Surabaya sangat tinggi, termasuk di Jagir. Dari limbah rumah tanga itu yang paling besar dari sisa makanan diubah oleh mereka menjadi biogas yang menjadi salah satu energi baru terbarukan.

"Biogas itu juga dipakai untuk berproduksi, kita menggoreng emping dan keripik singkong dengan energi baru itu," kata Fifie yang juga menjadi salah satu kader lingkungan di Jagir.

Setiap hari, sampah dari masing-masing rumah dikumpulkan dengan tabungan sampah yang bisa dinikmati oleh para warga. Sampah yang kerap dipandang sebelah mata diubah menjadi biogas yang bisa kembali dimanfaatkan oleh warga. "Ada juga maggot yang bisa dipakai untuk mengurai sampah. Sekaligus kami juga punya budidaya lele yang bisa diberikan makanan rutin dari maggot," sambungnya.



Produksi berbagai keripik yang digoreng dengan biogas itu juga memberikan efek domino bagi penghasilan warga. Mereka menjualnya ke berbagai marketplace serta toko kelontong yang ada di Surabaya. Aplikasi e-peken yang dibuat oleh pemerintah kota juga dimaksimalkan untuk menambah daya jual produk buatan Kampung Jagir.

Ketua RW 4 Kelurahan Jagir, Ambarwati menuturkan, ada banyak perjalanan yang harus dilalui ketika mengubah wajah kampung dari yang dulunya kumuh menjadi hijau seperti sekarang ini. Sebelum Pertamina masuk, kampungnya sudah mafhum dikenal sebagai kampung yang kumuh. Apalagi dekat dengan tempat prostitusi. "Tapi semenjak ada support dari Pertamina, kampung kita jadi kampung yang hijau dengan kemandirian mengelola sampah," kata Ambar.

Ambar mengakui memang tidak mudah ketika pertama kali menggerakkan warga. Pengurus kampung seperti dirinya harus mau aktif untuk turun langsung di setiap kegiatan dan menjaring masukan dari warga. "Sekarang di sini lengkap. Mulai dari kebun ketahanan pangan, biogas, biopori, hidroponik sampai pemadam kebakaran juga disiapkan. Apalagi kampungnya kan sempit, jadi mobil pemadam sulit masuk, tapi kami sudah siapkan jalur untuk airnya," ucapnya.

Bahkan, para lansia juga tetap diajak untuk menikmati masa senjanya dengan ceria. Mereka diajak serta dalam pengembangan karya berupa produk dan mengisi masa senjanya dengan bahagia. "Semua warga diajak serta, tak ada yang tertinggal," jelasnya.

Kampung Jagir, Revolusi Karya Melawan Binasa
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3371 seconds (0.1#10.140)