Budidaya Cabai Terintegrasi Sapi Jadi Klaster Pertanian Baru di Blora
loading...
A
A
A
BLORA - Inovasi untuk mengembangkan hasil pertanian terus dilakukan agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Terbaru, budidaya cabai merah terintegrasi peternakan sapi menjadi pilihan petani sekaligus peternak di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Apalagi, para petani juga mendapatkan pendampingan dari Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah. Bahkan, kersajama pengembangan klaster pertanian dengan peternakan di Kabupaten Blora yang diawali sejak 2017, akan diperpanjang. Tentu ini menjadi angin segar bagih petani di tengah krisis pandemi COVID-19.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Suko Wardoyo mengutarakan, cabai merah masih menjadi komoditas yang berpotensi dikembangkan di Kabupaten Blora.
Terlebih banyak petani cabai di Blora yang belum maksimal dalam mengelola sistem pengelolaan hasil pertanian pasca-panen.
“Kami ingin kerjasama pengembangan klaster pertanian cabai merah yang terintegrasi dengan peternakan sapi potong di Kabupaten Blora bisa berlanjut dan dikembangkan lebih luas lagi,” kata Suko saat video conference (vicon) dengan Bupati Blora Djoko Nugroho, Selasa (7/7/2020).
“Sebelumnya kita sudah melakukan pendampingan pada kelompok tani di Desa Purworejo Kecamatan Blora dan Desa Dringo Kecamatan Todanan, kedepan akan kita kembangkan di Desa Palon, Kecamatan Jepon,” ujarnya.
Tidak hanya pendampingan tentang teknik pertanian, pihaknya juga akan menggandeng tim ahli untuk pendampingan pengolahan pasca-panen sehingga harga komoditas tidak jatuh ketika puncak musim panen.
Baik secara kelembagaan seperti pembentukan koperasi, maupun bantuan alat pengeringan cabai untuk diolah menjadi produk UKM lainnya.
Bupati Blora Djoko Nugroho menyambut baik rencana perpanjangan kerjasama tersebut. Bahkan dia meminta Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, bersama Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan, dan Bagian Tata Pemerintahan Setda Blora untuk segera membuat draf perpanjangan kerjasama ini.
“Alhamdulillah ini sinyal bagus untuk para petani cabai kita, tolong nanti OPD terkait bisa segera menindaklanjuti persiapannya. Kita akui memang Blora punya potensi besar pada pertanian cabai merah,” jelas Djoko. (Baca juga: Teganya, 2 Sapi Kurban di Banyumas Dipotong Ekornya)
Menurutnya, terjadi permasalahan klasik ketika panen raya karena harga cabai jatuh bebas. Stok yang berlebihan di pasaran mengakibatkan komoditas cabai tak laku. Akibatnya, banyak petani merugi karena tak bisa menutup biaya selama masa tanam.
“Sering harganya anjlok saat musim panen, sehingga kita gerakkan seluruh ASN untuk ikut membeli dengan harga pasar agar petani tidak rugi. Dengan adanya kerjasama ini kami berharap nantinya banyak manfaat yang diperoleh para petani cabai,” ucapnya.
Terbaru, budidaya cabai merah terintegrasi peternakan sapi menjadi pilihan petani sekaligus peternak di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Apalagi, para petani juga mendapatkan pendampingan dari Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah. Bahkan, kersajama pengembangan klaster pertanian dengan peternakan di Kabupaten Blora yang diawali sejak 2017, akan diperpanjang. Tentu ini menjadi angin segar bagih petani di tengah krisis pandemi COVID-19.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Suko Wardoyo mengutarakan, cabai merah masih menjadi komoditas yang berpotensi dikembangkan di Kabupaten Blora.
Terlebih banyak petani cabai di Blora yang belum maksimal dalam mengelola sistem pengelolaan hasil pertanian pasca-panen.
“Kami ingin kerjasama pengembangan klaster pertanian cabai merah yang terintegrasi dengan peternakan sapi potong di Kabupaten Blora bisa berlanjut dan dikembangkan lebih luas lagi,” kata Suko saat video conference (vicon) dengan Bupati Blora Djoko Nugroho, Selasa (7/7/2020).
“Sebelumnya kita sudah melakukan pendampingan pada kelompok tani di Desa Purworejo Kecamatan Blora dan Desa Dringo Kecamatan Todanan, kedepan akan kita kembangkan di Desa Palon, Kecamatan Jepon,” ujarnya.
Tidak hanya pendampingan tentang teknik pertanian, pihaknya juga akan menggandeng tim ahli untuk pendampingan pengolahan pasca-panen sehingga harga komoditas tidak jatuh ketika puncak musim panen.
Baik secara kelembagaan seperti pembentukan koperasi, maupun bantuan alat pengeringan cabai untuk diolah menjadi produk UKM lainnya.
Bupati Blora Djoko Nugroho menyambut baik rencana perpanjangan kerjasama tersebut. Bahkan dia meminta Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, bersama Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan, dan Bagian Tata Pemerintahan Setda Blora untuk segera membuat draf perpanjangan kerjasama ini.
“Alhamdulillah ini sinyal bagus untuk para petani cabai kita, tolong nanti OPD terkait bisa segera menindaklanjuti persiapannya. Kita akui memang Blora punya potensi besar pada pertanian cabai merah,” jelas Djoko. (Baca juga: Teganya, 2 Sapi Kurban di Banyumas Dipotong Ekornya)
Menurutnya, terjadi permasalahan klasik ketika panen raya karena harga cabai jatuh bebas. Stok yang berlebihan di pasaran mengakibatkan komoditas cabai tak laku. Akibatnya, banyak petani merugi karena tak bisa menutup biaya selama masa tanam.
“Sering harganya anjlok saat musim panen, sehingga kita gerakkan seluruh ASN untuk ikut membeli dengan harga pasar agar petani tidak rugi. Dengan adanya kerjasama ini kami berharap nantinya banyak manfaat yang diperoleh para petani cabai,” ucapnya.
(boy)