Kisah Karomah Abah Guru Sekumpul Mendengar Suara Hati Habib Maksum

Kamis, 20 Oktober 2022 - 05:05 WIB
loading...
Kisah Karomah Abah Guru Sekumpul Mendengar Suara Hati Habib Maksum
Abah Guru Sekumpul. Foto: Istimewa
A A A
Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Guru Ijai yang dikenal juga dengan Abah Guru Sekumpul, merupakan ulama asal Kalimantan Selatan yang dinilai sebagai Wali Allah dengan sejumlah karomah.

Meski memiliki karomah, ia Abah Guru Sekumpul selalu berpesan agar jangan tertipu dengan segala keanehan dan keunikan. Ketawadhuan dan kesederhanaan lah yang telah membuatnya mencapai maqom yang tinggi.

Abah Guru Sekumpul lahir, pada 11 Februari 1942 (27 Muharram 1361 H), di Kampung Tunggul Irang Seberang, Martapura, Kalimantan Selatan, dan wafat dalam usia 63 tahun, di Martapura, pada 10 Agustus 2005.



Selain dikenal dengan sebutan Abah Guru Sekumpul, Muhammad Zaini juga memiliki julukan lain, seperti Qusyairi (nama kecil), Guru Ijai (Guru Izai), Guru Ijai Sekumpul, Tuan Guru, Abah Guru, dan Kiai Haji.

Keistimewaan putra pasangan Abdul Ghani dan Masliah binti Haji Mulya, ini sudah terlihat sejak kecil. Dia tidak pernah mimpi basah, dan pada usia 10 tahun dikaruniai kemampuan melihat dan mendengar hal-hal gaib.

Sejak kecil, Abah Guru Sekumpul telah mendapatkan pendidikan agama Islam yang ketat dari kedua orangtuanya.

Saat remaja, dia masuk ke Pondok Pesantren Datu Kalampian Bangil, Jawa Timur, dan berguru kepada Syekh Falah, di Bogor. Dia lalu mendalami syariat dan tarekat kepada Syekh Muhammad Yasin Padang, di Makkah.



Kemudian, kepada Syekh Hasan Masysyath, Syekh Ismail Yamani, Syekh Abdul Qadir al-Baar, Syekh Sayyid Muhammad Amin Kutby, dan Allamah Ali Junaidi (Berau) ibn Jamaluddin ibn Muhammad Arsyad.

Atas petunjuk Syekh Ali Junaidi, Abah Guru Sekumpul belajar kepada Syekh Fadhil Muhammad (Guru Gadung).

Dia mendapatkan ijazah Maulid Simthud Durar dari sahabat karibnya Habib Anis ibn Alwi ibn Ali al-Habsyi dari Solo, Jawa Tengah. Setelah itu, dia mengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura selama lima tahun.

Baru pada 1970-an, dia membuka pengajian di rumahnya sendiri dengan didampingi Guru Salman Bujang. Pada 1988, dia pindah ke Kampung Sekumpul dan membuka kompleks perumahan ar-Raudhah atau Dalam Regol.



Sejak itulah kewibawaan dan kharismanya, mulai terkenal luas. Para tamu pun berdatangan, seperti Amien Rais, Gus Dur, dan KH AA Gym. Bahkan, ada juga tamu luar, seperti dari Malaysia, Singapura dan Brunei.

Di antara karomah Abah Guru Sekumpul yang tersebar luas adalah saat terjadi musim kemarau panjang, dan banyak sumur-sumur mengering. Dia bisa menurunkan hujan, hanya dengan menggoyang-goyangkan pohon pisang.

Meski banyak yang mempercayai karomahnya, tetapi tidak sedikit dari golongan ulama juga yang meragukannya.

Salah satu ulama yang awalnya meragukan karomah Abah Guru Sekumpul adalah Habib Maksum dari Pasuruan. Dia datang menemui Abah Guru Sekumpul untuk membuktikan karomah Wali Allah itu.



Dalam perjalanan ke rumah Abah Guru Sekumpul, Habib Maksum bergumam di dalam hatinya, "jika guru Zaini itu betul-betul Wali Allah, maka utangku Rp21 juta lunas." Ternyata benar, tiba-tiba saja utangnya lunas.

Saat itu, di rumah Abah Guru Sekumpul, Habib Maksum sedang berbincang. Tiba-tiba datang seseorang uang cek kepada Abah Guru Sekumpul yang langsung diserahkan kepada Habib Maksum. "Untuk melunasi utang," katanya.

Habib Maksum pun terkejut bukan kepalang. Sebab, gumaman soal utang Rp21 juta itu hanya dia saja yang tahu dan diucapkan di dalam hati. Namun, Abah Guru Sekumpul bisa mengetahui hal itu.
(san)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1720 seconds (0.1#10.140)