Kharisma Raden Asnawi, Ulama Kudus yang Mampu Usir Musuh dari Jarak Jauh

Selasa, 27 Juni 2023 - 05:05 WIB
loading...
Kharisma Raden Asnawi,...
Bagi warga Kudus, khususnya dan masyarakat Jawa umumnya, Kiai Haji Raden Asnawi merupakan sosok paling dikenal. Namanya tercatat dalam deretan kiai-kiai besar lainnya. Foto ilustrasi
A A A
JAKARTA - Bagi warga Kudus, khususnya dan masyarakat Jawa umumnya, Kiai Haji Raden Asnawi merupakan sosok paling dikenal. Namanya tercatat dalam deretan kiai-kiai besar lainnya seperti Kiai H Irsyad Naib Mayong, Kiai H Saleh Darat Semarang, Kiai H Mahfudz Termas dan Sayid Umar Shatha.

Selain sebagai tokoh NU, Kiai Haji Raden Asnawi juga dikenal lewat karyanya yang menjadi rujukan para pelajar dan mahasiswa yang mendalam ilmu agama.

Karya dan peninggalannya yang kini terus dijadikan rujukan antara lain Kitab Fashalatan, Kitab Soal Jawab Mu’takad Seket, Syair Nasionalisme Relijius, dan Shalawat Asnawiyah. Jejak keilmuan lewat karyanya itu yang kini dikenal banyak kalangan terpelajar. Baca Juga: Karomah Kiai Haji Raden Asnawi

Tidak hanya itu yang membuat dia terkenal. Cerita-cerita seputar karomahnya yang membuat para kolonial ketar-ketir dan lari meski dia masih jauh, memiliki daya pikat tersendiri. Kisah-kisah itu membuatnya dikagumi. Lantas, siapa sesungguhnya Kiai Haji Raden Asnawi ini?

KH Raden Asnawi lahir pada 1861, di Kudus, Jawa Tengah dengan nama Raden Ahmad Syamsi. Dia merupakan putra dari pasangan H Abdullah Husnin dan Raden Sarbinah.

Raden Ahmad Syamsi termasuk keturunan ke-14 dari Sunan Kudus (Raden Ja’far Shodiq) dan keturunan ke-lima dari Kiai Haji Mutamakin seorang wali di Desa Kajen, Margoyoso Pati, yang hidup pada zaman Sultan Agung Mataram.

Konon, sang ayah Abdullah Husnin menginginkan kelak Raden Ahmad Syamsi anaknya ahli di bidang agama dan piawai dalam berdagang.

Karena itu, sang ayah menggemblengnya sendiri dengan mengajari anaknya berdagang. Pada 1876, orang tuanya memboyong ke Tulungagung, Jawa Timur. Husnin mengajari Syamsi ilmu berdagang saat pagi hari, dan saat sore hingga malam mengaji di Pondok Pesantren Mangunsari Tulungagung.

Sesudah mendapat asuhan dari orang tuanya, dia kemudian mengaji di pondok pesantren Tulungagung, lalu berguru dengan Kiai H Irsyad Naib Mayong Jepara sebelum menunaikan ibadah haji.

Sewaktu umur 25 tahun dia menunaikan ibadah haji yang pertama. Di Mekkah dia berguru dengan Kiai H Saleh Darat Semarang, Kiai H Mahfudz Termas dan Sayid Umar Shatha.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2279 seconds (0.1#10.140)