Perang Paregreg, Perebutan Kekuasaan Berujung Pertumpahan Darah Pemicu Keruntuhan Majapahit

Senin, 10 Oktober 2022 - 07:00 WIB
loading...
A A A
Dituliskan setelah Kaisar Ch’eng-tsu bertakhta pada 1403, Ming Shih mengadakan hubungan diplomatik dengan Jawa. Dia mengirim utusan kepada raja “bagian barat”, Tu-ma-pan dan kepada raja “bagian timur”, Put-ling-ta-hah atau P’i-ling-da-ha.

Nama asli Bhre Wirabhumi tidak diketahui. Menurut Pararaton, ia adalah putra Hayam Wuruk dari selir, dan menjadi anak angkat Bhre Daha istri Wijayarajasa, yaitu Rajadewi.

Bhre Wirabhumi kemudian menikah dengan Bhre Lasem sang Alemu, putri Bhre Pajang (adik Hayam Wuruk).

Dalam Nagarakretagama dituliskan bahwa istri Bhre Wirabhumi adalah Nagarawardhani, putri Bhre Lasem alias Indudewi. Indudewi adalah putri Rajadewi dan Wijayarajasa..

Bhre Wirabhumi yang lahir dari selir Hayam Wuruk, menjadi anak angkat Rajadewi (bibi Hayam Wuruk), dan kemudian dinikahkan dengan Nagarawardhani, cucu Rajadewi.

Karena tentara dan dana kerajaan banyak tersedot untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan, akhirnya raja-raja di luar Jawa memisahkan dari ketergantungan terhadap Majapahit.

Wikramawarddhana memerintah Majapahit sampai meninggal pada 1429. Sepeninggal Wikramawarddhana, maka Suhita naik tahta Kerajaan Majapahit. Suhita yang merupakan putri dari Wikramawarddhana memerintah pada 1429-1447.

Karena Suhita belum memiliki anak, akhirnya takhta Raja Majapahit digantikan oleh adiknya, Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya. Setelah Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya mangkat, posisinya sebagai raja digantikan oleh Bhre Pamotan, dengan gelar Sri Rajasawardhana, dan lebih dikenal dengan nama Sang Sinagara.

Dalam Kitab Pararaton, Sri Rajasawardhana menjadi raja Majapahit yang berkedudukan di Keling-Kahuripan. Dalam tulisannya, Riboet Darmosoetopo menyebutkan, ada dugaan pada masa kepemimpinan Sri Rajasawardhana, terjadi pemindahan pusat kerajaan ke Keling-Kahuripan.

Kondisi ini diperkirakan akibat masih terjadinya pertentangan dua keluarga di pusat kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit, sempat mengalami kekosongan kepemimpinan selama tiga tahun. Tepatnya, saat Sri Rajasawardhana mangkat pada tahun 1453 masehi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5891 seconds (0.1#10.140)