Kisah Eyang Bintulu Aji, Pelarian Majapahit yang Menjaga Wahyu Kelapa Gagak Emprit Kerajaan Mataram
loading...
A
A
A
Ki Ageng Pemanahan yang meminum kepala gagak emprit kemudian menahbiskan anak kandungnya, Danang Sutowijoyo sebagai raja pertama Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senopati.
Saat ini, makam Eyang Bintulu Aji dan juga petilasannya berada di Dusun Jamburejo, Kalurahan Sodo, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul. Lokasi ini berada sekitar 1 Km sisi timur makam Ki Ageng Giring.
"Eyang Bintulu Aji adalah tokoh besar yang menjaga wahyu gagak emprit," tutur sesepuh Kalurahan Sodo, Paliyan, Gunungkidul, mbah Wir Ngatiman beberapa waktu lalu.
Mbah Wir Ngatiman menuturkan bahwa Eyang Bintulu Aji merupakan salah satu bangsawan asal Majapahit yang ikut pelarian Brawijaya V dan tiba di Gunungkidul. Kemudian Eyang Bintulu Aji memeluk Islam.
Dia menjadi tokoh yang dipercaya untuk menjaga wahyu gagak emprit yang sebelumnya sudah diperkirakan oleh para bangsawan Majapahit yang melarikan diri di Gunungkidul. Sebagai pamomong, Eyang Bintulu Aji juga tinggal tidak jauh dari rumah Ki Ageng Giring.
"Beliau sangat khusuk beribadah dan seringkali menjalankan salat di atas lempengan batu di sudut rumahnya," lanjutnya.
Hingga kini lempengan batu itu menjadi saksi sejarah Bintulu Aji. Ada dua buah lempengan batu yang berada di bawah pohon beringin. Lempengan batu tersebut saat ini masih sering didatangi warga masyarakat.
Di dekatnya makam Eyang BintuluAji juga menjadi lokasi ziarah selain makam Ki Ageng Giring. "Biasanya makam dan petilasan ramai saat malam Selasa Kliwon dan malam Jumat banyak yang ziarah," lanjut Mbah Wir Ngatiman.
Suryanto salah satu pelaku spiritual mengaku sering berzikir di empat lokasi di sekitar Kalurahan Giring dan Sodo.
Saat ini, makam Eyang Bintulu Aji dan juga petilasannya berada di Dusun Jamburejo, Kalurahan Sodo, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul. Lokasi ini berada sekitar 1 Km sisi timur makam Ki Ageng Giring.
"Eyang Bintulu Aji adalah tokoh besar yang menjaga wahyu gagak emprit," tutur sesepuh Kalurahan Sodo, Paliyan, Gunungkidul, mbah Wir Ngatiman beberapa waktu lalu.
Mbah Wir Ngatiman menuturkan bahwa Eyang Bintulu Aji merupakan salah satu bangsawan asal Majapahit yang ikut pelarian Brawijaya V dan tiba di Gunungkidul. Kemudian Eyang Bintulu Aji memeluk Islam.
Dia menjadi tokoh yang dipercaya untuk menjaga wahyu gagak emprit yang sebelumnya sudah diperkirakan oleh para bangsawan Majapahit yang melarikan diri di Gunungkidul. Sebagai pamomong, Eyang Bintulu Aji juga tinggal tidak jauh dari rumah Ki Ageng Giring.
"Beliau sangat khusuk beribadah dan seringkali menjalankan salat di atas lempengan batu di sudut rumahnya," lanjutnya.
Hingga kini lempengan batu itu menjadi saksi sejarah Bintulu Aji. Ada dua buah lempengan batu yang berada di bawah pohon beringin. Lempengan batu tersebut saat ini masih sering didatangi warga masyarakat.
Di dekatnya makam Eyang BintuluAji juga menjadi lokasi ziarah selain makam Ki Ageng Giring. "Biasanya makam dan petilasan ramai saat malam Selasa Kliwon dan malam Jumat banyak yang ziarah," lanjut Mbah Wir Ngatiman.
Suryanto salah satu pelaku spiritual mengaku sering berzikir di empat lokasi di sekitar Kalurahan Giring dan Sodo.