Kisah Mpu Sindok, Pendiri Kerajaan Medang Mataram yang Memindahkan Pusat Pemerintahan ke Jawa Timur
loading...
A
A
A
Bergelar Sri Itsyana Wikramadharmottumggadewa, Mpu Sindok dinobatkan menjadi Raja Medang Mataram. Pendiri Wangsa Itsyana sebagai penerus dari Wangsa Sanjaya itu, memerintah kerajaan Medang Mataram pada tahun 929-949 Masehi.
Dalam buku berjudul "Pararaton: Wangsa Itsyana Mpu Sendok dan Kerajaan Kahuripan" karya Otto Sukatno CR, dan Untung Mulyono, disebutkan, Wangsa Itsyana berasal dari gelar abiseka Mpu Sindok.
Silsilah Wangsa Itsyana muncul dalam Prasasti Pucangan, berangka tahun 1041 Masehi, yang dikeluarkan oleh Airlangga. Airlangga yang merupakan pendiri Kerajaan Kahuripan, mengaku sebagai keturunan Mpu Sindok.
Dalam bukunya, Otto Sukatno CR, dan Untung Mulyono menyebutkan, Mpu Sindok yang memindahkan pusat kerajaan Medang Mataram dari Jawa bagian Tengah, ke Jawa bagian Timur. Pusat kerajaan, dibangun di lembah Sungai Brantas.
Pada kuartal pertama abad 10, ibu kota Medang Mataram berada di Watu Galuh, diperkirakan sekarang berada di wilayah Kabupaten Jombang. Agama yang dianut pada masa Kerajaan Medang Mataram adalah Syiwabuddha.
Aliran Syiwabuddha ini, merupakan aliran keagaman yang mulai muncul di Medang Mataram semasa diimpin Rakai Pikatan Dyah Saladu tahun 847-855 Masehi. Mpu Sindok merupakan keturunan Wangsa Sanjaya, pendiri kerajaan Medang Mataram periode Jawa bagian Tengah.
Ada pula yang berpendapat Mpu Sindok merupakan cucu Raja Daksa yang memerintah sekitar tahun 910 Masehi. Mpu Daksa memperkenalkan pemakaian Sanjayawarsa atau kalender Sanjaya, untuk menunjukkan dirinya keturunan asli Sanjaya.
Sebelum menempati Watugaluh, pusat Kerajaan Medang Mataram, sempat berada di wilayah Tamwlang. Tamwlang dan Watugaluh, lokasinya diperkirakan berada di wilayah Kediri sampai Madiun. Di mana, di masa Kerajaan Majapahit, wilayah tersebut masuk dalam Kerajaan Wengker.
Dari silsilah yang muncul di Prasasti Pucangan, Mpu Sindok disebut memiliki putri bernama Sri Itsyanatunggawijaya yang menikah dengan pangeran dari Kerajaan Bedahulu atau Bali bernama Sri Lokapala. Keduanya memerintah Medang Mataram, menggantikan Mpu Sindok.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Mataram. Foto/Tangkapan Layar dari Buku Pararaton: Wangsa Itsyana Mpu Sendok dan Kerajaan Kahuripan
Dari perkawinan Sri Itsyanatunggawijaya dengan Sri Lokapala, lahir Makutawangsawardhana, yang juga akhirnya meneruskan pemerintahan Medang Mataram. Makutawangsawardhana, memiliki dua anak, yakni Teguh Dharmawangsa, dan Mahendradatta Gunapriya Dharmapatni.
Mahendradatta Gunapriya Dharmapatni menikah dengan Raja Kerajaan Bedahulu, Udayana Warmadewa. Dari pernikahan ini, lahirlah pangeran bernama Airlangga. Sementara itu, Teguh Dharmawangsa yang memimpin Medang Mataram, memindahkan pusat kerajaannya lebih ke timur, yakni ke Watan di kaki Gunung Penanggungan, sekarang di sekitar Sidoarjo.
Untuk mempererat hubungan antara Medang Mataram dengan Bedahulu, Teguh Dharmawangsa menikahkan puterinya dengan Airlangga. Airlangga sendiri, tercatat masih sebagai keponakan Teguh Dharmawangsa.
Saat berlangsung pesta pernikahan antara Airlangga dengan puteri Teguh Dharmawangsa, kerajaan Medang Mataram tiba-tiba diserang pasukan Wurawari dari Lwaram yang mendapatkan bantuan dari Kerajaan Sriwijaya.
Teguh Dharmawangsa tewas dalam peristiwa serangan mendadak tersebut, dan kerajaan Medang Mataram hancur. Usai kehancuran Medang Mataram, Airlangga membangun kerajaan baru di Wwtan Mas, kerajaan baru itu bernama Kahuripan.
Dalam buku berjudul "Pararaton: Wangsa Itsyana Mpu Sendok dan Kerajaan Kahuripan" karya Otto Sukatno CR, dan Untung Mulyono, disebutkan, Wangsa Itsyana berasal dari gelar abiseka Mpu Sindok.
Silsilah Wangsa Itsyana muncul dalam Prasasti Pucangan, berangka tahun 1041 Masehi, yang dikeluarkan oleh Airlangga. Airlangga yang merupakan pendiri Kerajaan Kahuripan, mengaku sebagai keturunan Mpu Sindok.
Dalam bukunya, Otto Sukatno CR, dan Untung Mulyono menyebutkan, Mpu Sindok yang memindahkan pusat kerajaan Medang Mataram dari Jawa bagian Tengah, ke Jawa bagian Timur. Pusat kerajaan, dibangun di lembah Sungai Brantas.
Pada kuartal pertama abad 10, ibu kota Medang Mataram berada di Watu Galuh, diperkirakan sekarang berada di wilayah Kabupaten Jombang. Agama yang dianut pada masa Kerajaan Medang Mataram adalah Syiwabuddha.
Aliran Syiwabuddha ini, merupakan aliran keagaman yang mulai muncul di Medang Mataram semasa diimpin Rakai Pikatan Dyah Saladu tahun 847-855 Masehi. Mpu Sindok merupakan keturunan Wangsa Sanjaya, pendiri kerajaan Medang Mataram periode Jawa bagian Tengah.
Ada pula yang berpendapat Mpu Sindok merupakan cucu Raja Daksa yang memerintah sekitar tahun 910 Masehi. Mpu Daksa memperkenalkan pemakaian Sanjayawarsa atau kalender Sanjaya, untuk menunjukkan dirinya keturunan asli Sanjaya.
Sebelum menempati Watugaluh, pusat Kerajaan Medang Mataram, sempat berada di wilayah Tamwlang. Tamwlang dan Watugaluh, lokasinya diperkirakan berada di wilayah Kediri sampai Madiun. Di mana, di masa Kerajaan Majapahit, wilayah tersebut masuk dalam Kerajaan Wengker.
Dari silsilah yang muncul di Prasasti Pucangan, Mpu Sindok disebut memiliki putri bernama Sri Itsyanatunggawijaya yang menikah dengan pangeran dari Kerajaan Bedahulu atau Bali bernama Sri Lokapala. Keduanya memerintah Medang Mataram, menggantikan Mpu Sindok.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Mataram. Foto/Tangkapan Layar dari Buku Pararaton: Wangsa Itsyana Mpu Sendok dan Kerajaan Kahuripan
Dari perkawinan Sri Itsyanatunggawijaya dengan Sri Lokapala, lahir Makutawangsawardhana, yang juga akhirnya meneruskan pemerintahan Medang Mataram. Makutawangsawardhana, memiliki dua anak, yakni Teguh Dharmawangsa, dan Mahendradatta Gunapriya Dharmapatni.
Mahendradatta Gunapriya Dharmapatni menikah dengan Raja Kerajaan Bedahulu, Udayana Warmadewa. Dari pernikahan ini, lahirlah pangeran bernama Airlangga. Sementara itu, Teguh Dharmawangsa yang memimpin Medang Mataram, memindahkan pusat kerajaannya lebih ke timur, yakni ke Watan di kaki Gunung Penanggungan, sekarang di sekitar Sidoarjo.
Baca Juga
Untuk mempererat hubungan antara Medang Mataram dengan Bedahulu, Teguh Dharmawangsa menikahkan puterinya dengan Airlangga. Airlangga sendiri, tercatat masih sebagai keponakan Teguh Dharmawangsa.
Saat berlangsung pesta pernikahan antara Airlangga dengan puteri Teguh Dharmawangsa, kerajaan Medang Mataram tiba-tiba diserang pasukan Wurawari dari Lwaram yang mendapatkan bantuan dari Kerajaan Sriwijaya.
Teguh Dharmawangsa tewas dalam peristiwa serangan mendadak tersebut, dan kerajaan Medang Mataram hancur. Usai kehancuran Medang Mataram, Airlangga membangun kerajaan baru di Wwtan Mas, kerajaan baru itu bernama Kahuripan.
(eyt)