BNN Sita 239,5 Kg Sabu di Sulsel Sepanjang 2021-2022
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia (RI) mencatat ada 239,5 kilogram (kg) sabu yang telah disita dari Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Hasil itu diperoleh dari sejumlah operasi yang dilakukan sejak tahun 2021 sampai Agustus 2022.
Kepala BNN RI , Petrus Reinhard Golose, menyebut jumlah itu belum termasuk dari operasi yang dilakukan oleh Kepolisian Daerah (Polda) Sulsel. Juga belum termasuk jenis narkotika lainnya.
"Saya lihat penangkapan BNN 2021-2022 di Sulsel sekitar 239,5 kilogram. Itu termasuk besar untuk sabu. Polda lapor sekitar 180-an kilogram. Kalau ditotal menjadi 400 kilogram lebih," ungkap Reinhard saat dijumpai di Hotel Claro Makassar, Selasa (30/8/2022).
Berdasarkan data pengungkapan kasus pada tahun 2022 ini, BNN Provinsi Sulsel diketahui telah mengamankan sebanyak 129,3 kilogram sabu dan 10,3 kilogram ganja. Reinhard menyatakan, banyaknya peredaran narkotika di Sulsel ditengarai tingginya permintaan dari para pengguna.
Akibat hal itu, lebih dari 70 persen penghuni lembaga pemasyarakatan atau lapas di Sulsel ditempati oleh mereka yang tersandung kasus narkotika. Bahkan lebih parahnya lagi, mereka didominasi para pengguna.
"Khusus Sulsel, kami melihat bahwa banyak supply (pasokan) yang datang karena demand (permintaan) yang lumayan, dan lebih dari 70 persen penghuni lapas itu ditempati pengguna narkotika. Artinya, kejahatan narkotika masih lebih banyak dari kejahatan umum," tuturnya.
"Saya juga cek ke jajaran rehabilitasi, terutama yang dipunyai BNNP dan yang rawat jalan, siapa yang paling banyak direhabilitasi di Sulsel, semua pengguna sabu," imbuh Reinhard.
Secara nasional, penggunaan narkotika di Indonesia didominasi oleh konsumsi ganja yang mencapai 41,4 persen, disusul sabu 25,7 persen, serta dextro dan pil koplo sebanyak 11,8 persen.
Reinhard menuturkan, masuknya peredaran narkotika di Indonesia banyak berasal Panama, lalu negara-negara Amerika Selatan seperti Argentina, Kolombia, dan Ekuador. Kemudian dari Golden Triangle, yakni Myanmar, Laos, dan Thailand.
"Di Argentina baru saja ditangkap sekitar 70-an ton lebih, Panama 134 ton, Kolombia 1.200 ton, dan Ekuador 78 ton. Ada kurir Indonesia tertangkap di Ekuador tapi tidak dihukum, hanya dideportasi karena saking banyaknya kartel yang terlibat," bebernya.
Untuk menekan peredaran narkotika di tanah air, sambung Reinhard, pihaknya menyusun strategi war on drugs yang menekankan pada pendekatan yang lebih humanis. Oleh karena itu, juga diperlukan sinergitas semua pihak untuk memberantas penyalahgunaan narkotika.
"Saya buat strategi dengan tagline war on drugs. Strateginya adalah bagaimana soft power approach yaitu kegiatan pencegahan, kemudian empowering dengan mengedepankan pemberdayaan masyarakat, dan tentunya yang paling penting adalah rehabilitasi," tandas Reinhard.
Sementara itu, Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman menyatakan, pihaknya berkomitmen penuh untuk memberantas penyalahgunaan narkotika di Indonesia, khsusunya di Sulawesi Selatan. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya program Gerakan Cari Mantu Bersih Narkoba.
"Dalam rangka preventif, kami punya program tes narkoba gratis bagi calon pengantin. Itu penting karena kami punya visi ada represif, ada preventif. Represif itu menangkap beberapa pengedar dan sebagainya. Tentu ini harus diimbangi dengan beberapa pencegahan dengan menutup akses-akses. Kami sudah anggarkan tahun ini Rp1 miliar untuk 3.400 tes narkoba," jelas Andi Sudirman.
Kepala BNN RI , Petrus Reinhard Golose, menyebut jumlah itu belum termasuk dari operasi yang dilakukan oleh Kepolisian Daerah (Polda) Sulsel. Juga belum termasuk jenis narkotika lainnya.
"Saya lihat penangkapan BNN 2021-2022 di Sulsel sekitar 239,5 kilogram. Itu termasuk besar untuk sabu. Polda lapor sekitar 180-an kilogram. Kalau ditotal menjadi 400 kilogram lebih," ungkap Reinhard saat dijumpai di Hotel Claro Makassar, Selasa (30/8/2022).
Berdasarkan data pengungkapan kasus pada tahun 2022 ini, BNN Provinsi Sulsel diketahui telah mengamankan sebanyak 129,3 kilogram sabu dan 10,3 kilogram ganja. Reinhard menyatakan, banyaknya peredaran narkotika di Sulsel ditengarai tingginya permintaan dari para pengguna.
Akibat hal itu, lebih dari 70 persen penghuni lembaga pemasyarakatan atau lapas di Sulsel ditempati oleh mereka yang tersandung kasus narkotika. Bahkan lebih parahnya lagi, mereka didominasi para pengguna.
"Khusus Sulsel, kami melihat bahwa banyak supply (pasokan) yang datang karena demand (permintaan) yang lumayan, dan lebih dari 70 persen penghuni lapas itu ditempati pengguna narkotika. Artinya, kejahatan narkotika masih lebih banyak dari kejahatan umum," tuturnya.
"Saya juga cek ke jajaran rehabilitasi, terutama yang dipunyai BNNP dan yang rawat jalan, siapa yang paling banyak direhabilitasi di Sulsel, semua pengguna sabu," imbuh Reinhard.
Secara nasional, penggunaan narkotika di Indonesia didominasi oleh konsumsi ganja yang mencapai 41,4 persen, disusul sabu 25,7 persen, serta dextro dan pil koplo sebanyak 11,8 persen.
Reinhard menuturkan, masuknya peredaran narkotika di Indonesia banyak berasal Panama, lalu negara-negara Amerika Selatan seperti Argentina, Kolombia, dan Ekuador. Kemudian dari Golden Triangle, yakni Myanmar, Laos, dan Thailand.
"Di Argentina baru saja ditangkap sekitar 70-an ton lebih, Panama 134 ton, Kolombia 1.200 ton, dan Ekuador 78 ton. Ada kurir Indonesia tertangkap di Ekuador tapi tidak dihukum, hanya dideportasi karena saking banyaknya kartel yang terlibat," bebernya.
Untuk menekan peredaran narkotika di tanah air, sambung Reinhard, pihaknya menyusun strategi war on drugs yang menekankan pada pendekatan yang lebih humanis. Oleh karena itu, juga diperlukan sinergitas semua pihak untuk memberantas penyalahgunaan narkotika.
"Saya buat strategi dengan tagline war on drugs. Strateginya adalah bagaimana soft power approach yaitu kegiatan pencegahan, kemudian empowering dengan mengedepankan pemberdayaan masyarakat, dan tentunya yang paling penting adalah rehabilitasi," tandas Reinhard.
Sementara itu, Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman menyatakan, pihaknya berkomitmen penuh untuk memberantas penyalahgunaan narkotika di Indonesia, khsusunya di Sulawesi Selatan. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya program Gerakan Cari Mantu Bersih Narkoba.
"Dalam rangka preventif, kami punya program tes narkoba gratis bagi calon pengantin. Itu penting karena kami punya visi ada represif, ada preventif. Represif itu menangkap beberapa pengedar dan sebagainya. Tentu ini harus diimbangi dengan beberapa pencegahan dengan menutup akses-akses. Kami sudah anggarkan tahun ini Rp1 miliar untuk 3.400 tes narkoba," jelas Andi Sudirman.
(tri)