Kisah Awang Garang, Panglima Bermata Satu Penguasa Laut Riau

Sabtu, 20 Agustus 2022 - 05:00 WIB
loading...
Kisah Awang Garang, Panglima Bermata Satu Penguasa Laut Riau
Ilustrasi Awang Garang, panglima bermata satu.Foto/Youtube
A A A
Awang Garang adalah seorang pemuda miskin yang hidup di sebuah daerah pesisir Riau. Kesehariannya, Awang Garang menangkap ikan di pantai. Awang Garang mempunyai cita-cita sejak kecil ingin menguasai laut.

Awang Garang harus berjuang keras untuk mewujudkan mimpinya ini. Dia rela menjadi tukang masak di kapal. Meski tak dibayar, Amang Garang tak keberatan membantu menjadi tukang masak kapal yang berlayar mengarungi lautan di kawasan Kepulauan Segantang Lada.

Awang Garang disukai para Datuk dan Batin karena dia mempunyai sifat rajin. Karena sifatnya ini, Awang Garang dipercaya untuk menjadi pembantu tukang kapal.

Baca juga: Untung Surapati, Sosok Budak yang Menggerakkan Teman Seperjuangannya Lawan Belanda

Mengutip ceritarakyatnusantara.com, kisah tentang Awang Garang ini terjadi beberapa abad silam. Dalam sebuah cerita rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat Riau, pada zaman dahulu kala, untuk menghalau lanun-lanun (bajak laut) tersebut, para Datuk dan Batin dibantu Awang Garang. Atas idenya, para Datuk dan Batin berhasil membuat sebuah kapal perang untuk menumpas para lanun.

Dikisahkan, Sultan Riau memerintahkan para Datuk dan Batin untuk membuat penjajap (kapal perang). Pembuatan penjajap itu Sultan mempercayakannya kepada tujuh Datuk dan Batin di Temiang, Moro Sulit, Sugi, Bulang, Pekaka, Sekanan, dan Mepar. Tidak ketinggalan pula Awang Garang dalam kegiatan itu. Tempat pembuatannya disepakati bersama di sebuah pulau antara Bulang Rempang dan Bintan.

Sudah tiga bulan pembuatan kapal itu berlangsung, namun tidak ada tanda-tanda kapal itu akan berbentuk. Bahan kayu sudah berkali-kali diganti, dari kayu medang tanduk berganti kayu medang tembaga, namun tetap juga tidak menampakkan hasil. Para Datuk dan Batin mulai cemas. Mereka khawatir Sultan akan murka mendengar kegagalan tersebut.

Di tengah rasa cemas itu, tiba-tiba Awang Garang angkat bicara. "Maaf, Tuan-tuan! Sepengetahuan saya, pembuatan kapal perang itu harus memakai tiga jenis kayu untuk satu kapal," ucapan Awang Garang mengejutkan semua Datuk dan Batin.

"Hai Awang, janganlah asal bicara! Apakah kata-katamu itu dapat dipertanggungjawabkan?? tanya seorang Datuk. ?Apabila kata-katamu tidak terbukti, maka hukuman berat akan kamu terima,? sambung seorang Batin dengan nada mengancam. "Baiklah, Tuan-tuan. Akan saya buktikan bahwa perkataan saya benar," kata Awang Garang dengan penuh keyakinan.

Keesokan harinya, para tukang sibuk mempersiapkan tiga jenis kayu seperti yang diusulkan oleh Awang Garang. Papan kapal mereka buat dari kayu medang sirai. Kerangka dalam perahu yang berbentuk seperti gading, mereka buat dari kayu penaga. Sementara lunas kapal itu mereka buat dari kayu keledang. Setelah tiga bulan, pembuatan kapal itu tampak mendekati selesai. Sultan yang menerima kabar itu sangat senang dan melipatgandakan pembayarannya. Tukang-tukang pun semakin giat bekerja.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0866 seconds (0.1#10.140)