Sulsel Kejar Target Imunisasi Harian 24.295 Orang Anak
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Provinsi Sulawesi Selatan masih harus bekerja keras untuk mengejar target capaian imunisasi dalam Bulan Imunisasi Anak Nasional atau BIAN. Pasalnya, batas akhir perpanjangan BIAN hanya sampai 13 September 2022.
Hingga 18 Agustus 2022, Sulawesi Selatan telah memberikan imunisasi campak dan rubella kepada 1.269.337 anak atau sebanyak 69,74 persen dari total sasaran 1.820.100. Sementara, minimum target yang harus dicapai adalah 95 persen atau sekitar 1.729.095 anak.
Dengan capaian itu, secara nasional Sulawesi Selatan saat ini berada di urutan ke-2 cakupan tertinggi untuk imunisasi campak rubella setelah provinsi Lampung.
Kendati demikian, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sulsel, Erwan Tri Sulistyo mengatakan, pihaknya masih harus memberikan imunisasi sebanyak 24.295 anak dalam sehari untuk mencapai target yang ditetapkan.
"Untuk mencapai target 95% cakupan di akhir masa perpanjangan BIAN, maka kami harus mampu mengejar target harian sebanyak 24.295 anak yang diimunisasi Campak Rubella setiap harinya. Oleh karena itu diperlukan strategi tersendiri dalam mengakselerasi pelayanan BIAN dan cakupan harian imunisasi campak rubella sesuai target tersebut," ungkap Erwan.
Di sisi lain, cakupan imunisasi lain masih tergolong rendah. Sejak launching BIAN pada tanggal 18 Mei 2022, imunisasi kejar IPV (inactivated polio vaccine) atau polio injeksi baru di angka 7,91%, kemudian imunisasi OPV (Oral Polio Vaccine) atau polio tetes baru 12.66%, dan imunisasi DPT-HB-Hib atau Pentabio masih di angka 8.34%.
Erwan menyebutkan, besarnya selisih capaian imunisasi tersebut dengan imunisasi campak rubella disebabkan banyaknya kabupaten kota yang menganggap bahwa cakupan anak dengan IDL (Imunisasi Dasar Lengkap), sudah cukup bagus sehingga dianggap tidak ada lagi imunisasi yang perlu.
Di samping itu, beberapa daerah juga ada yang memang lebih mengutamakan mengejar capaian imunisasi campak rubella.
"Jadi yang OPV dan lain-lain itu belum dikerjakan. Padahal ini imunisasi oral, bukan suntik. Kader posyandu pun bisa meneteskan vaksinnya ke anak," ucapnya.
Lebih lanjut, ada tantangan dan hambatan lain yang juga ditemui dalam memaksimalkan capaian imunisasi ini. Sebut saja persepsi masyarakat yang masih menganggap bahwa yang diberikan kepada anak-anak adalah vaksin Covid-19 sehingga mereka tidak bersedia anaknya divaksinasi terutama anak yang berumur kurang dari 6 tahun.
"Untuk anak usia sekolah yang telah mendapatkan vaksin Covid-19, orang tua mereka juga enggan anaknya diimunisasi lagi karena memikirkan anaknya disuntik berulang-ulang," tutur Erwan.
Di samping itu, sosialisasi tentang BIAN juga belum merata menyasar semua kalangan masyarakat. Sehingga memang diperlukan dukungan dan kerja sama lintas sektor untuk mengejar anak-anak sasaran MR dan sasaran imunisasi kejar.
Dokter Ahli Tumbuh Kembang Anak, Martira Maddeppungeng menjelaskan pentingnya imunisasi bagi anak. Kata dia, bayi muda sangat rentan dengan infeksi yang berbahaya seperti difteri, pertussis, polio.hepatitis B, pneumokokus, dan Hib.
Jika terkena penyakit tersebut, sistem imun anak tidak akan cukup untuk menghadapi penyakit itu sehingga timbul penyakit yang lebih berat.
"Sistem imun bayi sebenarnya sudah siap merespon terhadap antigen secara alami namun jumlahnya sangat sedikit, maka pemberian berbagai antigen melalui imunisasi akan membantu respon tubuh untuk merangsang pembentukan anti bodi," jelasnya.
Dia menyebut, Pemerintah menyediakan vaksin campak rubela untuk anak usia 9-59 bulan dan 12-59 bulan untuk imunisasi kejar OPV, IPV, dan Pentabio (DPT-HB-Hib).
Namun, tidak jarang imunisasi pada anak juga terlewat karena berbagai hal. Bisa dikarenakan kondisi anak yang belum memungkinkan untuk diimunisasi. Jika hal itu terjadi, maka perlu segera dilakukan catch up imunisasi setelah kondisi memungkinkan.
"Bila belum pernah imunisasi dan jadwal terlewatkan, berikan segera imunisasi dan ikuti interval pemberian minimal 4 pekan, dan apabila saat yang bersamaan terlewatkan 2 atau 3 jenis vaksin, maka boleh diberikan simultan pada tempat yang berbeda," tandasnya.
Hingga 18 Agustus 2022, Sulawesi Selatan telah memberikan imunisasi campak dan rubella kepada 1.269.337 anak atau sebanyak 69,74 persen dari total sasaran 1.820.100. Sementara, minimum target yang harus dicapai adalah 95 persen atau sekitar 1.729.095 anak.
Dengan capaian itu, secara nasional Sulawesi Selatan saat ini berada di urutan ke-2 cakupan tertinggi untuk imunisasi campak rubella setelah provinsi Lampung.
Kendati demikian, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Sulsel, Erwan Tri Sulistyo mengatakan, pihaknya masih harus memberikan imunisasi sebanyak 24.295 anak dalam sehari untuk mencapai target yang ditetapkan.
"Untuk mencapai target 95% cakupan di akhir masa perpanjangan BIAN, maka kami harus mampu mengejar target harian sebanyak 24.295 anak yang diimunisasi Campak Rubella setiap harinya. Oleh karena itu diperlukan strategi tersendiri dalam mengakselerasi pelayanan BIAN dan cakupan harian imunisasi campak rubella sesuai target tersebut," ungkap Erwan.
Di sisi lain, cakupan imunisasi lain masih tergolong rendah. Sejak launching BIAN pada tanggal 18 Mei 2022, imunisasi kejar IPV (inactivated polio vaccine) atau polio injeksi baru di angka 7,91%, kemudian imunisasi OPV (Oral Polio Vaccine) atau polio tetes baru 12.66%, dan imunisasi DPT-HB-Hib atau Pentabio masih di angka 8.34%.
Erwan menyebutkan, besarnya selisih capaian imunisasi tersebut dengan imunisasi campak rubella disebabkan banyaknya kabupaten kota yang menganggap bahwa cakupan anak dengan IDL (Imunisasi Dasar Lengkap), sudah cukup bagus sehingga dianggap tidak ada lagi imunisasi yang perlu.
Di samping itu, beberapa daerah juga ada yang memang lebih mengutamakan mengejar capaian imunisasi campak rubella.
"Jadi yang OPV dan lain-lain itu belum dikerjakan. Padahal ini imunisasi oral, bukan suntik. Kader posyandu pun bisa meneteskan vaksinnya ke anak," ucapnya.
Lebih lanjut, ada tantangan dan hambatan lain yang juga ditemui dalam memaksimalkan capaian imunisasi ini. Sebut saja persepsi masyarakat yang masih menganggap bahwa yang diberikan kepada anak-anak adalah vaksin Covid-19 sehingga mereka tidak bersedia anaknya divaksinasi terutama anak yang berumur kurang dari 6 tahun.
"Untuk anak usia sekolah yang telah mendapatkan vaksin Covid-19, orang tua mereka juga enggan anaknya diimunisasi lagi karena memikirkan anaknya disuntik berulang-ulang," tutur Erwan.
Di samping itu, sosialisasi tentang BIAN juga belum merata menyasar semua kalangan masyarakat. Sehingga memang diperlukan dukungan dan kerja sama lintas sektor untuk mengejar anak-anak sasaran MR dan sasaran imunisasi kejar.
Dokter Ahli Tumbuh Kembang Anak, Martira Maddeppungeng menjelaskan pentingnya imunisasi bagi anak. Kata dia, bayi muda sangat rentan dengan infeksi yang berbahaya seperti difteri, pertussis, polio.hepatitis B, pneumokokus, dan Hib.
Jika terkena penyakit tersebut, sistem imun anak tidak akan cukup untuk menghadapi penyakit itu sehingga timbul penyakit yang lebih berat.
"Sistem imun bayi sebenarnya sudah siap merespon terhadap antigen secara alami namun jumlahnya sangat sedikit, maka pemberian berbagai antigen melalui imunisasi akan membantu respon tubuh untuk merangsang pembentukan anti bodi," jelasnya.
Dia menyebut, Pemerintah menyediakan vaksin campak rubela untuk anak usia 9-59 bulan dan 12-59 bulan untuk imunisasi kejar OPV, IPV, dan Pentabio (DPT-HB-Hib).
Namun, tidak jarang imunisasi pada anak juga terlewat karena berbagai hal. Bisa dikarenakan kondisi anak yang belum memungkinkan untuk diimunisasi. Jika hal itu terjadi, maka perlu segera dilakukan catch up imunisasi setelah kondisi memungkinkan.
"Bila belum pernah imunisasi dan jadwal terlewatkan, berikan segera imunisasi dan ikuti interval pemberian minimal 4 pekan, dan apabila saat yang bersamaan terlewatkan 2 atau 3 jenis vaksin, maka boleh diberikan simultan pada tempat yang berbeda," tandasnya.
(agn)