Kisah Pilu Anak Belia di Kobar, Tak Bisa Jalan dan Bicara

Selasa, 30 Juni 2020 - 07:41 WIB
loading...
Kisah Pilu Anak Belia di Kobar, Tak Bisa Jalan dan Bicara
Kondisi Ikhsana Nurmaliana saat disambangi di kediamannya jalan Jenderal Ahmad Yani KM 26 Desa Sumber Agung, Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat. Foto/iNews TV/Sigit Dzakwan
A A A
KOTAWARINGIN BARAT - Teman sebayanya sudah kelas tiga Sekolah Dasar (SD), namun karena keterbasan fisik sejak lahir Ikhsana Nurmalia (9) harus menghabiskan waktu berbaring di tempat tidurnya.

(Baca juga: Pecah Pembuluh Darahnya, Buruh Bangunan di Medan Tewas )

Mulutnya kerap mengeluarkan liur, kakinya lunglai kecil tak berdaya, tak mampu menopang tubuh mungilnya itu, hingga sepanjang sembilan tahun ia sangat bergantung dengan orangtuanya dalam beraktifitas.

Gadis belia ini lahir kembar, namun kembarannya meninggal pada saat setelah lahir. Ia kini tinggal bersama ayahnya Yusuf Paidi (60) dan Ibunya Sri Utami. Pasangan ini tinggal di rumah kontrakan di jalan Jenderal Ahmad Yani Kilometer 26 masuk Desa Sumber Agung, Kecamatan Pangkalan Lada.

Faktor ekonomi membuat kedua orangtua bocah ini tak berdaya. Untuk kebutuhan sehari-hari saja pas-pasan dengan hanya mengandalkan jualan kopi yang digelar dirumah seadanya. Ada juga berjualan bibit lele itupun nyaris tak terurus lagi saat ini.

Penglihatan Yusuf Paidi yang sudah kabur membuat ia tak mampu berbuat banyak dan memilih pasrah atas keadaan tersebut. "Mata saya sudah kabur sekali, jadi susah mau bergerak apalagi mencari nafkah untuk kerja keluar rumah udah tak bisa," keluh Paidi.

Hingga dikaruniai anak iapun tak berdaya melihat kondisinya. Mau meminta bantuan kepada pemerintah ia menyadari bahwa administrasi kependudukannya tidak diurus. Sehingga sulit untuk berurusan apalagi semua mensyaratkan adanya Kartu Tanda Penduduk (KTP) setempat atau administrasi kependudukan lainnya.

"Saya sadar ini salah, tapi saya juga bingung mau mengurus takutnya saya di sini hanya menumpang sewaktu-waktu jika digunakan oleh pemiliknya saya pasti akan pindah lagi. Di sini saya hanya numpang tinggal kalau ada uang saya bayar kalau tidak juga tidak apa-apa kata pemiliknya," tutur Paidi.

(Baca juga: Tangisnya Pecah Saat Sujud di Kaki Dokter, Ini Ungkapan Hati Risma )

Bahkan ia juga tak melapor ke RT setempat terkait keberadaannya, padahal sudah sembilan tahun tinggal dikontrakan tersebut. Iapun menyadari jika selama ini tidak pernah tersentuh bantuan karena tidak mengurus administrasi kependudukan. Namun dalam hati kecilnya ia akan sangat bersyukur jika ada yang membantu untuk kesembuhan anaknya karena ia juga memiliki hak atas masa depan yang baik.

Tanda-tanda adanya kelainan sebenarnya tidak dirasakan namun pada saat usia kehamilan enam bulan ketuban pecah. "Katanya ketuban pecah tapi apakah benar atau tidak saya kurang tau, hanya itu saja keanehan yang saya alami," timpal Sri Utami.

Secara fisik memang tidak normal tetapi Ikhsana Nurmalia ini mengerti apa yang dikomunikasikan orang hanya tidak bisa berbicara. "Kami hanya pasrah mas, mau bagaimana lagi, tetapi harapan kami jika memang bisa sembuh pasti akan sangat bahagia," harapnya.

Menghadapi cobaan hidup yang dijalaninya pasangan Paidi dan Sri Utami seolah hanya bisa memasrahkan kepada yang maha kuasa, karena upaya untuk terus bekerja keras masih belum mampu menopang biaya berobat.

(Baca juga: Tenggelam di Sungai Kuto, Warga Ungaran Ditemukan Tak Bernyawa )

Bahkan tanah garapan yang dulu didapatkan dengan bertukar bibit ikan lele dengan seseorang di Kabupaten Lamandau juga sudah hilang diklaim orang. "Kelemahan saya sekarang karena mata kabur jadi sulit mau berurusan, semoga masih ada yang peduli dengan nasib kami ini," kata Paidi pasrah.

Tetangga Paidi, Bambang juga menimpali apa yang disampaikan Paidi, bahwa Paidi orangnya jujur dan tidak pernah macam-macam. Bambang selaku tetangga merasa kasihan melihat anak Paidi dengan kondisi memprihatinkan. "Anak itu masih memiliki masa depan jadi harapan saya bisa di sebar luaskan supaya mendapat pertolongan agar kelak bisa mandiri," harap Bambang.

Sementara itu, Kepala Desa Sumber Agung, Lilik saat dihubungi mengaku belum mengetahui karena secara geografis memang lokasinya berada di luar pemukiman desa. Tetapi ia mengakui lokasi masih masuk wilayahnya. "Nanti kita akan mencoba menelusuri dan akan melihat kondisinya, karena memang tidak ada laporan ke desa," terang Lilik.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2387 seconds (0.1#10.140)