Keracunan Jajanan Viral, Belasan Anak Sidoarjo Dirawat di RSUD RT Notopuro
loading...
A
A
A
SIDOARJO - Belasan anak menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R.T. Notopuro, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Diduga anak tersebut mengalami gangguan pencernaan akibat mengonsumsi jajanan viral dijual bebas di sekolah.
Pantauan iNews Media Group, belasan anak-anak itu menderita gangguan pencernaan setelah mengonsumsi jajanan viral yang banyak digemari oleh anak-anak. Mereka mengeluhkan sering buang air besar beberapa jam setelah mengonsumsi jajanan tersebut.
Gejala diare muncul sekitar dua hingga tiga jam setelah makan, dan berlanjut hingga mereka harus dibawa ke rumah sakit. “Anak saya mau berangkat sekolah mengeluh pusing dan sakit perut,” kata orang tua siswa, Ike Nurohmah, Sabtu (10/8/2024).
Beruntung, para orang tua segera membawa anak-anak mereka ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis secepatnya. Berdasarkan data pemerintah setempat, pasien anak-anak banyak dirawat akibat diare, ISPA, dan demam berdarah.
Dokter Spesialis Anak RSUD RT Notopuro Bagus Samsu Tri Nugroho mengatakan, anak-anak ini umumnya sering membeli jajanan yang sedang viral, yang dijual bebas di sekolah atau tempat umum lainnya.
”Mereka terganggu saluran pencernaan karena jajan sembarangan,” kata bagus.
Menurut dia, diduga kuat jajanan ini tidak memiliki izin edar dari Departemen Kesehatan, dan ironisnya, dapat menyebabkan diare pada siapa saja yang mengonsumsi jajanan yang tidak memiliki izin edar, terutama yang dalam bentuk permen dan sejenisnya.
”Kami mengimbau untuk selalu menjaga kebersihan makanan, terutama para orang tua agar lebih cermat dalam mengawasi jajanan yang dikonsumsi anak-anak. Selain itu, para orang tua diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada anak-anak,” ungkapnya.
Pantauan iNews Media Group, belasan anak-anak itu menderita gangguan pencernaan setelah mengonsumsi jajanan viral yang banyak digemari oleh anak-anak. Mereka mengeluhkan sering buang air besar beberapa jam setelah mengonsumsi jajanan tersebut.
Gejala diare muncul sekitar dua hingga tiga jam setelah makan, dan berlanjut hingga mereka harus dibawa ke rumah sakit. “Anak saya mau berangkat sekolah mengeluh pusing dan sakit perut,” kata orang tua siswa, Ike Nurohmah, Sabtu (10/8/2024).
Beruntung, para orang tua segera membawa anak-anak mereka ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis secepatnya. Berdasarkan data pemerintah setempat, pasien anak-anak banyak dirawat akibat diare, ISPA, dan demam berdarah.
Dokter Spesialis Anak RSUD RT Notopuro Bagus Samsu Tri Nugroho mengatakan, anak-anak ini umumnya sering membeli jajanan yang sedang viral, yang dijual bebas di sekolah atau tempat umum lainnya.
”Mereka terganggu saluran pencernaan karena jajan sembarangan,” kata bagus.
Menurut dia, diduga kuat jajanan ini tidak memiliki izin edar dari Departemen Kesehatan, dan ironisnya, dapat menyebabkan diare pada siapa saja yang mengonsumsi jajanan yang tidak memiliki izin edar, terutama yang dalam bentuk permen dan sejenisnya.
”Kami mengimbau untuk selalu menjaga kebersihan makanan, terutama para orang tua agar lebih cermat dalam mengawasi jajanan yang dikonsumsi anak-anak. Selain itu, para orang tua diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada anak-anak,” ungkapnya.
(ams)