Ahli ITB Angkat Bicara Penanganan Polusi Udara Indonesia Terus Memburuk
loading...
A
A
A
Indonesia sendiri mempunyai lapisan gambut yang cukup dalam sampai belasan meter, dan lahannya penting peranannya sebagai salah satu carbon pool terbesar di dunia sebesar 57 Gigaton. Namun, lahan gambut di Indonesia saat ini sedang mengalami degradasi, di mana lahan tersebut yang seharusnya mengikat karbon justru melepaskannya ke atmosfer.
Gangguan terhadap lahan gambut Indonesia ini dimulai sekitar tahun 1970 yang penuh dengan aktivitas penggundulan hutan dan peralihan fungsi kawasan. Selain itu, pembangunan drainase sekitar kawasan menyebabkan muka air lahan gambut turun dan bagian atasnya terekspos kepada oksigen. Ini mengakibatkan degradasi mikroorganisme secara aerobik dan mengemisikan karbon dioksida lebih besar ke atmosfer.
Kondisi lahan gambut yang bertambah kering juga menyebabkan lahan lebih rentan terhadap kebakaran. Diakibatkan oleh kejadian alam dan ulah manusia, kebakaran lahan gambut tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan manusia, tetapi juga bagi kesehatan bumi. Dampak lokalnya mengganggu berbagai aktivitas masyarakat sekitar dalam segi ekonomi maupun kesehatan. Asap kebakaran lahan gambut dapat tertiup ke negara-negara tetangga dan menyebabkan permasalahan regional. Secara skala global, pelepasan karbon dioksida dari kebakaran ini menambah risiko perubahan iklim.
Meskipun krisis situasinya berbahaya, pengukuran emisi lahan gambut saat ini masih terbatas dan dihalangi oleh berbagai tantangan. Biasanya, pengukuran dan prediksi emisi karbon dilakukan melalui satelit dan secara langsung. Tetapi, karakteristik lahan gambut bervariasi secara temporal dan spasial. Metode-metode pengukuran sekarang pun masih ada beberapa kendala di sisi biaya, pengelolaan dan pemeliharaan alatnya.
Menurut Dr. Windy, untuk mendapatkan pengukuran akurat, berbagai metode-metode harus digabung sehingga penilaiannya dapat dilakukan dengan cakupan luas dan kontinu. Hasil pengukuran emisi lahan gambut akan sangat berguna untuk mengevaluasi program restorasi lahan gambut, merencanakan mitigasi resiko, dan menetapkan peraturan lahan gambut.
Ia menegaskan bahwa sorotan publik terhadap kondisi lahan gambut menjadi hal penting untuk melanjutkan dan memasifkan pengukuran emisi karbon lahan gambut di Indonesia.
“Semakin ramai desakan publik pada penanganan karbon akibat gambut, semakin besar sumber daya yang akan dikerahkan untuk menangani masalah kita, masalah Indonesia yang kini sudah menjadi masalah dunia." imbuh dia.
Lihat Juga: Dapatkan Data Kebakaran Hutan dan Pembalakan Liar di Kaltim, AEI Gandeng Perusahaan Belanda
Gangguan terhadap lahan gambut Indonesia ini dimulai sekitar tahun 1970 yang penuh dengan aktivitas penggundulan hutan dan peralihan fungsi kawasan. Selain itu, pembangunan drainase sekitar kawasan menyebabkan muka air lahan gambut turun dan bagian atasnya terekspos kepada oksigen. Ini mengakibatkan degradasi mikroorganisme secara aerobik dan mengemisikan karbon dioksida lebih besar ke atmosfer.
Kondisi lahan gambut yang bertambah kering juga menyebabkan lahan lebih rentan terhadap kebakaran. Diakibatkan oleh kejadian alam dan ulah manusia, kebakaran lahan gambut tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan manusia, tetapi juga bagi kesehatan bumi. Dampak lokalnya mengganggu berbagai aktivitas masyarakat sekitar dalam segi ekonomi maupun kesehatan. Asap kebakaran lahan gambut dapat tertiup ke negara-negara tetangga dan menyebabkan permasalahan regional. Secara skala global, pelepasan karbon dioksida dari kebakaran ini menambah risiko perubahan iklim.
Meskipun krisis situasinya berbahaya, pengukuran emisi lahan gambut saat ini masih terbatas dan dihalangi oleh berbagai tantangan. Biasanya, pengukuran dan prediksi emisi karbon dilakukan melalui satelit dan secara langsung. Tetapi, karakteristik lahan gambut bervariasi secara temporal dan spasial. Metode-metode pengukuran sekarang pun masih ada beberapa kendala di sisi biaya, pengelolaan dan pemeliharaan alatnya.
Menurut Dr. Windy, untuk mendapatkan pengukuran akurat, berbagai metode-metode harus digabung sehingga penilaiannya dapat dilakukan dengan cakupan luas dan kontinu. Hasil pengukuran emisi lahan gambut akan sangat berguna untuk mengevaluasi program restorasi lahan gambut, merencanakan mitigasi resiko, dan menetapkan peraturan lahan gambut.
Ia menegaskan bahwa sorotan publik terhadap kondisi lahan gambut menjadi hal penting untuk melanjutkan dan memasifkan pengukuran emisi karbon lahan gambut di Indonesia.
“Semakin ramai desakan publik pada penanganan karbon akibat gambut, semakin besar sumber daya yang akan dikerahkan untuk menangani masalah kita, masalah Indonesia yang kini sudah menjadi masalah dunia." imbuh dia.
Lihat Juga: Dapatkan Data Kebakaran Hutan dan Pembalakan Liar di Kaltim, AEI Gandeng Perusahaan Belanda
(msd)