Tak Perpanjang PSBB, Ini Alasan Pemkot Bandung Mulai Terapkan AKB

Jum'at, 26 Juni 2020 - 19:50 WIB
loading...
Tak Perpanjang PSBB, Ini Alasan Pemkot Bandung Mulai Terapkan AKB
Foto ilustrsi
A A A
BANDUNG - Gugus Tugas COVID-19 Kota Bandung memutuskan tidak memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berakhir Jumat, 26 Juni 2020, hari ini. Pemkot Bandung kemudian mulai menerapkan adaptasi kebiasaan baru (AKB).

Diputuskannya mulai AKB, setelah Tim Gugus Tugas COVID-19 Kota Bandung melakukan rapat evaluasi, bersama unsur terkait, Jumat (26/6/2020). "Bismillahirrahmanirrahim, kita akan bergeser dari PSBB proporsional menjadi fase Adaptasi Kebiasaan Baru," kata Wali Kota Bandung Oded M Danial. (Baca: Gara-gara Corona, 19 Raperda Majalengka Tertunda )

Menurut dia, berakhirnya PSBB karena selama pelaksanaan telah mencapai hasil yang cukup menggembirakan. Dimulai dengan tren kasus positif yang menurun dari 5,6 orang per hari menjadi 2,2 orang per hari. Angka reproduksi berada di 0,53 berdasarkan hasil perhitungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Jumlah ruang isolasi di rumah sakit, kata dia, juga masih sangat memadai. Tempat tidur pada ruang isolasi di RS dan fasilitas lain terisi 118 tempat tidur (24,23%) dari total 487 tempat tidur. Angka tersebut menurun dari periode sebelumnya sebesar 32%. Hal ini menunjukkan perbaikan tingkat kesembuhan. "Angka kesembuhan kita sebesar 62,98%, meningkat 13,4% dari periode sebelumnya," jelas dia. (Baca: PSBB Dihentikan, IDI Jabar Imbau Warga Waspadai OTG )

Sedangkan pelaksanaan rapid test sudah mencapai 21.340 rapid test. Ini berarti sudah mengetes 0,86% penduduk, melebihi standar 0,6%. Sedangkan pengetesan PCR sudah mencapai 0,42% atau 10.457 spesimen. Ke depannya, PCR akan terus ditingkatkan karena 80 puskesmas sudah bisa melaksanakan pengetesan PCR dan hasilnya tetap diproses di BSL 2 milik Pemkot Bandung.

Kemudian, jika lihat dari sisi ekonomi, Kota Bandung masih mengalami penurunan daya beli sekitar 30%. Keluarga dengan pendapatan tidak tetap yang terkena dampak paling besar, yakni hingga 80%. Sehingga diperlukan AKB dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4492 seconds (0.1#10.140)