Lahan Terbatas, Petani Teh di Purwakarta Tingkatkan Produksi dan Kualitas
loading...
A
A
A
PURWAKARTA - Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kabupupaten Purwakarta mamksimalkan lahan terbatas untuk mengenjot produksi teh degan mengandalkan sektor perkebunan rakyat dan swasta sebagai penopang produktivitas tersebut.
Data Dispangtan Kabupaten Purwakarta, lahan perkebunan rakyat seluas 4.508 hektare dengan kemampuan produksi sebesar 5.863 ton per tahun. Ditambah sektor swasta seluas 185 hektare yang menghasilkan 120 ton per tahun.
“Dari luasan teh rakyat ada yang sudah memiliki sertifikat teh organik yaitu untuk jenis teh gelang, teh gelang jabrug, white tea dan powder tea. Dengan adanya sertifikat ini, tentunya bukan hanya produksi yang digenjot, melainkan juga kualitas,” ungkap Kepala Dispangtan Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan kepada SINDONEWS, Kamis (25/6/2020).
Terlebih, lanjut dia, bidikannya bukan sekadar pasar domestik, melainkan juga bisa tembus ke mancanegara.
Selama ini dua kelompok petani (poktan) teh menjadi memiliki andil cukup besar dalam produktivitas dan kualitas teh di Purwakarta, antara lain Poktan Teh Organik Sindangpanon, Kecamatan Bojong dan Poktan Teh Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes.
Kedua poktan ini juga sudah mendapat sertifikat organik SNI, yakni sertifikat untuk legalitas pemasaran teh organik di seluruh Indonesia serta sertifikat organik EU atau sertifikat untuk pemasaran Eropa. Ditambah sertifikat UTZ, yakni sertifikat untuk pemasaran global seluruh negara.
Sementara itu, salah satu perajin teh Ahmad Jaenudin (48) di Kampung Babakan Cinangka RT 10/24, Desa Sindangpanon, Kecamatan Bojong, menggeluti teh merupakan sudah menjadi tradisi di kampungnya.
Memanfaatkan sumber perkebunan teh yang ada, dia bersama kelompoknya mampu menghidupi keluarga secara ekonomi meski pegolahannya masih manual dan sangat sederhana.
Tak heran, produksinya belumlah besar. Pasarnya pun sebatas untuk pemenuhan konsumen di sekitar Kecamatan Bojong dan Wanayasa. (Baca juga: Ventilator Inovasi Unpad-ITB Mulai Disebar ke Seluruh Indonesia)
“Kelompok tani kami dinamai Kelompok Sindangpanon dengan jumlah anggota 10 orang. Kami sudah menggeluti usaha teh sejak lima tahun lalu. Produksinya juga hanya sekitar 30 pak per bulan. Kami berencana mulai menggarap teh putih sebagai komoditas andalan,” jelas Ahmad.
Data Dispangtan Kabupaten Purwakarta, lahan perkebunan rakyat seluas 4.508 hektare dengan kemampuan produksi sebesar 5.863 ton per tahun. Ditambah sektor swasta seluas 185 hektare yang menghasilkan 120 ton per tahun.
“Dari luasan teh rakyat ada yang sudah memiliki sertifikat teh organik yaitu untuk jenis teh gelang, teh gelang jabrug, white tea dan powder tea. Dengan adanya sertifikat ini, tentunya bukan hanya produksi yang digenjot, melainkan juga kualitas,” ungkap Kepala Dispangtan Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan kepada SINDONEWS, Kamis (25/6/2020).
Terlebih, lanjut dia, bidikannya bukan sekadar pasar domestik, melainkan juga bisa tembus ke mancanegara.
Selama ini dua kelompok petani (poktan) teh menjadi memiliki andil cukup besar dalam produktivitas dan kualitas teh di Purwakarta, antara lain Poktan Teh Organik Sindangpanon, Kecamatan Bojong dan Poktan Teh Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes.
Kedua poktan ini juga sudah mendapat sertifikat organik SNI, yakni sertifikat untuk legalitas pemasaran teh organik di seluruh Indonesia serta sertifikat organik EU atau sertifikat untuk pemasaran Eropa. Ditambah sertifikat UTZ, yakni sertifikat untuk pemasaran global seluruh negara.
Sementara itu, salah satu perajin teh Ahmad Jaenudin (48) di Kampung Babakan Cinangka RT 10/24, Desa Sindangpanon, Kecamatan Bojong, menggeluti teh merupakan sudah menjadi tradisi di kampungnya.
Memanfaatkan sumber perkebunan teh yang ada, dia bersama kelompoknya mampu menghidupi keluarga secara ekonomi meski pegolahannya masih manual dan sangat sederhana.
Tak heran, produksinya belumlah besar. Pasarnya pun sebatas untuk pemenuhan konsumen di sekitar Kecamatan Bojong dan Wanayasa. (Baca juga: Ventilator Inovasi Unpad-ITB Mulai Disebar ke Seluruh Indonesia)
“Kelompok tani kami dinamai Kelompok Sindangpanon dengan jumlah anggota 10 orang. Kami sudah menggeluti usaha teh sejak lima tahun lalu. Produksinya juga hanya sekitar 30 pak per bulan. Kami berencana mulai menggarap teh putih sebagai komoditas andalan,” jelas Ahmad.
(boy)