Bayi Dari Perawat yang Meninggal Akibat COVID-19 Masih Kritis
loading...
A
A
A
SURABAYA - Kabar duka kembali datang dari para pahlawan yang berada di garda depan penanganan COVID-19. Dua orang perawat di Kota Pahlawan, harus menghembuskan nafas terakhir setelah tertular virus Corona.
(Baca juga: Memilukan, Perawat Hamil 8 Bulan Meninggal Akibat COVID-19 )
Bahkan, salah satu dari perawat yang meninggal dunia sempat melahirkan anak dan kondisi si buah hatinya kini masih kritis serta tertular COVID-19. Kedua perawat yang meninggal itu menambah rentetan para tenaga kesehatan (nakes) yang meninggal dalam perjuangan mereka menanggani COVID-19.
Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur, Nursalam menuturkan, beberapa hari sebelumnya kedua perawat itu terkonfirmasi positif COVID-19.
Perawat pertama selama ini bekerja di Rumah Sakit (RS) Gotong Royong Surabaya. Perawat yang bernama Vivitra ini sedang hamil delapan bulan ketika dikonfirmasi COVID-19. "Sempat masuk ke Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) dr Ramelan sekitar pertengahan Juni dalam keadaan hamil," kata Nursalam, Rabu (24/6/2020) malam.
(Baca juga: Hendak Pulang, Pembantu Rumah Tangga di Rembang Tewas Kecelakaan )
Vivitra sendiri meninggalnya di RSAL pukul 03.00 WIB. Sementara bayinya masih dalam kondisi kritis. Menjelang siang, ada satu perawat lagi yang juga meninggal akibat COVID-19 di Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya.
Ia melanjutkan, bayi Vivitra dilahirkan dengan sectio dan berhasil diselamatkan. Namun, bayi ini juga tertular dan positif COVID-19. Setelah melahirkan, kondisi Vivitra memburuk dan meninggal dunia.
"Kondisi bayinya yang masih menjalani perawatan intensif di RSAL dr Ramelan Surabaya sampai saat ini," jelasnya. (Baca juga: Truk Seruduk Pikap di Jalur Malang-Surabaya, 2 Pengemudi Tewas )
Nursalam menambahkan, kondisi bayi belum stabil dan keadaannya masih kritis. Para dokter masih melakukan penanganan untuk menjaga kondisi bayi tersebut untuk bisa stabil. Beberapa alat bantu pernafasan juga diberikan. "Bayi masih di ruang NICU, pakai ventilator anak-anak untuk bisa lepas dari kondisi kritisnya," ucapnya.
Para dokter dan perawat memiliki potensi yang besar untuk tertular COVID-19. Selama ini ada 124 perawat yang terpapar COVID-19. Dari jumlah itu, 60 persennya bertugast di Puskesmas yang menjadi pusat layanan kesehatan pertama bagi masyarakat. "Pemeriksaan masif dan berkala harus dilakukan pada perawat dan dokter," jelasnya.
(Baca juga: Memilukan, Perawat Hamil 8 Bulan Meninggal Akibat COVID-19 )
Bahkan, salah satu dari perawat yang meninggal dunia sempat melahirkan anak dan kondisi si buah hatinya kini masih kritis serta tertular COVID-19. Kedua perawat yang meninggal itu menambah rentetan para tenaga kesehatan (nakes) yang meninggal dalam perjuangan mereka menanggani COVID-19.
Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur, Nursalam menuturkan, beberapa hari sebelumnya kedua perawat itu terkonfirmasi positif COVID-19.
Perawat pertama selama ini bekerja di Rumah Sakit (RS) Gotong Royong Surabaya. Perawat yang bernama Vivitra ini sedang hamil delapan bulan ketika dikonfirmasi COVID-19. "Sempat masuk ke Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) dr Ramelan sekitar pertengahan Juni dalam keadaan hamil," kata Nursalam, Rabu (24/6/2020) malam.
(Baca juga: Hendak Pulang, Pembantu Rumah Tangga di Rembang Tewas Kecelakaan )
Vivitra sendiri meninggalnya di RSAL pukul 03.00 WIB. Sementara bayinya masih dalam kondisi kritis. Menjelang siang, ada satu perawat lagi yang juga meninggal akibat COVID-19 di Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya.
Ia melanjutkan, bayi Vivitra dilahirkan dengan sectio dan berhasil diselamatkan. Namun, bayi ini juga tertular dan positif COVID-19. Setelah melahirkan, kondisi Vivitra memburuk dan meninggal dunia.
"Kondisi bayinya yang masih menjalani perawatan intensif di RSAL dr Ramelan Surabaya sampai saat ini," jelasnya. (Baca juga: Truk Seruduk Pikap di Jalur Malang-Surabaya, 2 Pengemudi Tewas )
Nursalam menambahkan, kondisi bayi belum stabil dan keadaannya masih kritis. Para dokter masih melakukan penanganan untuk menjaga kondisi bayi tersebut untuk bisa stabil. Beberapa alat bantu pernafasan juga diberikan. "Bayi masih di ruang NICU, pakai ventilator anak-anak untuk bisa lepas dari kondisi kritisnya," ucapnya.
Para dokter dan perawat memiliki potensi yang besar untuk tertular COVID-19. Selama ini ada 124 perawat yang terpapar COVID-19. Dari jumlah itu, 60 persennya bertugast di Puskesmas yang menjadi pusat layanan kesehatan pertama bagi masyarakat. "Pemeriksaan masif dan berkala harus dilakukan pada perawat dan dokter," jelasnya.
(eyt)