Diduga Terkena Antraks, Dua Ekor Sapi Milik Warga Mati Mendadak
loading...
A
A
A
MAROS - Diduga terkena antraks, dua ekor sapi milik warga di desa Marumpa, Kecamatan Mandai, Maros, Sulawesi Selatan mendadak mati. Dua ekor sapi yang mati itu hanya berselang tiga pekan dan ditemukan sudah dalam kondisi kaku.
Mendapatkan laporan itu, petugas dari Puskeswan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Maros, turun melakukan pemeriksaan. Mereka mengambil sejumlah sampel, seperti tanah dan potongan telinga dari bangkai sapi tersebut.
"Untuk sementara karena sapi yang kami dapati sudah lewat dua hari badannya sudah membengkak semua. Jadi kami ambil sampel dulu berupa tanah dan potongan telinga," ujar drh Nana Juwita kepada wartawan saat mengambil sampel sapi yang mati, Kamis, (23/6/2022).
Meski hasilnya belum diketahui, namun petugas dari Puskeswan ini mencurigai kematian sapi secara mendadak ini mengarah ke antraks. Mengingat daerah Marumpa merupakan kawasan endemik antraks.
Dia menuturkan, seluruh sampel yang diambil oleh petugas ini, nantinya akan dibawa ke laboratorium Balai Veteriner Maros untuk dilakukan pengujian guna memastikan penyebab dari kematian dua ekor sapi itu.
“Jadi kami ambil dulu sampelnya karena inikan sudah ditemukan mati dua hari lalu. Kita akan bawa ke laboratorium untuk diuji. Kita tunggu dua sampai tiga hari ke depan untuk hasil pengujian,” lanjutnya.
Sementara itu, pemilik sapi Hanapiah mengaku, kedua sapinya itu dalam keadaan baik-baik saja sebelum ditemukan mati. Tak ada sama sekali tanda-tanda jika sapinya itu sakit. Namun, dua bulan sebelum kejadian, satu ekor sapinya memang pernah sakit dan tak bisa jalan.
“Sehat-sahat saja. Pernah memang sakit, tapi itu sudah lama sekali. Ada sekitar 2 bulan lalu, itu dia tidak bisa berdiri. Tapi habis itu sehat dan normal,” ujar Hanapiah.
Awalnya, pemilik sapi itu curiga jika kedua ekor sapi miliknya itu sengaja diracuni oleh orang lain. Namun dari tanda-tandanya, sapi itu tidak mengeluarkan busa sama sekali saat ditemukan mati.
“Tidak ada busa dimulutnya waktu mati. Kita curiga itu diracun atau kena PMK. Tapi mudah-mudahan bukanlah,” ujarnya.
Sejak dulu, sejumlah warga di wilayah itu memang banyak yang beternak sapi. Hanya saja, sapi-sapi mereka tidak dikandangkan dan hanya dilepas begitu saja. Petugas Kesehatan hewan juga mengaku terkendala melakukan pemeriksaan rutin karena warga kurang memperhatikan kondisi ternak mereka.
Mendapatkan laporan itu, petugas dari Puskeswan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Maros, turun melakukan pemeriksaan. Mereka mengambil sejumlah sampel, seperti tanah dan potongan telinga dari bangkai sapi tersebut.
"Untuk sementara karena sapi yang kami dapati sudah lewat dua hari badannya sudah membengkak semua. Jadi kami ambil sampel dulu berupa tanah dan potongan telinga," ujar drh Nana Juwita kepada wartawan saat mengambil sampel sapi yang mati, Kamis, (23/6/2022).
Meski hasilnya belum diketahui, namun petugas dari Puskeswan ini mencurigai kematian sapi secara mendadak ini mengarah ke antraks. Mengingat daerah Marumpa merupakan kawasan endemik antraks.
Dia menuturkan, seluruh sampel yang diambil oleh petugas ini, nantinya akan dibawa ke laboratorium Balai Veteriner Maros untuk dilakukan pengujian guna memastikan penyebab dari kematian dua ekor sapi itu.
“Jadi kami ambil dulu sampelnya karena inikan sudah ditemukan mati dua hari lalu. Kita akan bawa ke laboratorium untuk diuji. Kita tunggu dua sampai tiga hari ke depan untuk hasil pengujian,” lanjutnya.
Sementara itu, pemilik sapi Hanapiah mengaku, kedua sapinya itu dalam keadaan baik-baik saja sebelum ditemukan mati. Tak ada sama sekali tanda-tanda jika sapinya itu sakit. Namun, dua bulan sebelum kejadian, satu ekor sapinya memang pernah sakit dan tak bisa jalan.
“Sehat-sahat saja. Pernah memang sakit, tapi itu sudah lama sekali. Ada sekitar 2 bulan lalu, itu dia tidak bisa berdiri. Tapi habis itu sehat dan normal,” ujar Hanapiah.
Awalnya, pemilik sapi itu curiga jika kedua ekor sapi miliknya itu sengaja diracuni oleh orang lain. Namun dari tanda-tandanya, sapi itu tidak mengeluarkan busa sama sekali saat ditemukan mati.
“Tidak ada busa dimulutnya waktu mati. Kita curiga itu diracun atau kena PMK. Tapi mudah-mudahan bukanlah,” ujarnya.
Sejak dulu, sejumlah warga di wilayah itu memang banyak yang beternak sapi. Hanya saja, sapi-sapi mereka tidak dikandangkan dan hanya dilepas begitu saja. Petugas Kesehatan hewan juga mengaku terkendala melakukan pemeriksaan rutin karena warga kurang memperhatikan kondisi ternak mereka.
(agn)