Pasien COVID-19 Meninggal di Bandung Lebih Banyak Terjadi Sebelum PSBB
loading...
A
A
A
BANDUNG - Sebagian besar pasien positif terpapar virus Corona (COVID-19) yang meninggal di Kota Bandung, terjadi pada saat sebelum Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan.
Sedangkan saat PSBB diterapkan mulai pertengahan April hingga Juni 2020 ini, jumlah pasien COVID-19 yang meninggal justru sedikit. Ini membuktikan, tingkat fatalitas wabah COVID-19 di Kota Bandung saat PSBB diterapkan, tidak lagi ganas. (BACA JUGA: 190 Anak Terpapar COVID-19, Pengunjung Mal di Kota Bandung Tak Ada Batas Usia )
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, selain karena penerapan PSBB, penanganan terhadap pasien COVID-19 pun semakin baik. Sehingga tak terjadi gelombang kasus kematian beruntun sejak PSBB diterapkan.
"Dulu di Bandung itu, virus itu begitu cepat menuju (menyebabkan) kematian. Sekarang, justru kematian menjauh. Kebanyakan (pasien COVID-19) sembuh. Jadi dulu ganas, sekarang tidak lagi ganas," kata Ema di Balai Kota Bandung, Selasa (23/6/2020). (BACA JUGA: 190 Anak Terpapar Corona, Berli: Terbanyak di Bodebek dan Bandung Raya )
Menurut Ema, tingkat imunitas masyarakat semakin baik dibandingkan fase awal wabah Corona merebak. Masyarakat sudah tak rentan terpapar virus Corona karena mulai disiplin menerapkan protokol kesehatan.
"Artinya, tingkat kesembuhan dan pengendalian wabah di Bandung cukup baik. Saya yakin, suatu waktu, cepat atau lambat, kita akan kembali kepada situasi yang diharapkan (new normal)," ujar dia. (BACA JUGA: Update COVID-19 Kota Bandung, Landai Tak Ada Kasus Meninggal Baru )
Berdasarkan data Pusat Informasi COVID-19 (Pusicov) Kota Bandung, setelah PSBB diterapkan mulai 22 April hingga Senin 22 Juni 2020, jumlah kematian hanya enam.
Sedangkan sebelum PSBB, sejak 17 Maret hingga 22 April, jumlah kasus kematian mencapai 34 hanya dalam waktu satu bulan lebih.
Meski begitu, tutur Sekda, Pemkot Bandung tetap mengantisipasi gelombang kedua kasus COVID-19 meski grafik kasus positif kumulatif saat ini melandai.
"Untuk antisipasi gelombang kedua, bahwa yang namanya surveilans itu tidak akan berhenti. Penanganan COVID-19 terus berlangsung, artinya pelacakan akan terus kami lakukan," tutur Ema.
Sedangkan saat PSBB diterapkan mulai pertengahan April hingga Juni 2020 ini, jumlah pasien COVID-19 yang meninggal justru sedikit. Ini membuktikan, tingkat fatalitas wabah COVID-19 di Kota Bandung saat PSBB diterapkan, tidak lagi ganas. (BACA JUGA: 190 Anak Terpapar COVID-19, Pengunjung Mal di Kota Bandung Tak Ada Batas Usia )
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, selain karena penerapan PSBB, penanganan terhadap pasien COVID-19 pun semakin baik. Sehingga tak terjadi gelombang kasus kematian beruntun sejak PSBB diterapkan.
"Dulu di Bandung itu, virus itu begitu cepat menuju (menyebabkan) kematian. Sekarang, justru kematian menjauh. Kebanyakan (pasien COVID-19) sembuh. Jadi dulu ganas, sekarang tidak lagi ganas," kata Ema di Balai Kota Bandung, Selasa (23/6/2020). (BACA JUGA: 190 Anak Terpapar Corona, Berli: Terbanyak di Bodebek dan Bandung Raya )
Menurut Ema, tingkat imunitas masyarakat semakin baik dibandingkan fase awal wabah Corona merebak. Masyarakat sudah tak rentan terpapar virus Corona karena mulai disiplin menerapkan protokol kesehatan.
"Artinya, tingkat kesembuhan dan pengendalian wabah di Bandung cukup baik. Saya yakin, suatu waktu, cepat atau lambat, kita akan kembali kepada situasi yang diharapkan (new normal)," ujar dia. (BACA JUGA: Update COVID-19 Kota Bandung, Landai Tak Ada Kasus Meninggal Baru )
Berdasarkan data Pusat Informasi COVID-19 (Pusicov) Kota Bandung, setelah PSBB diterapkan mulai 22 April hingga Senin 22 Juni 2020, jumlah kematian hanya enam.
Sedangkan sebelum PSBB, sejak 17 Maret hingga 22 April, jumlah kasus kematian mencapai 34 hanya dalam waktu satu bulan lebih.
Meski begitu, tutur Sekda, Pemkot Bandung tetap mengantisipasi gelombang kedua kasus COVID-19 meski grafik kasus positif kumulatif saat ini melandai.
"Untuk antisipasi gelombang kedua, bahwa yang namanya surveilans itu tidak akan berhenti. Penanganan COVID-19 terus berlangsung, artinya pelacakan akan terus kami lakukan," tutur Ema.