KH Abdul Wahab Hasbullah dan Bung Karno Penggagas Halalbihalal di Indonesia
loading...
A
A
A
"Begini, para elite politik kan tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak dosa, maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga, silaturahmi nanti kita pakai istilah halal bihalal," jelas KH Wahab.
Sejak itu, istilah halalbihalal masih tetap dikenal. Bahkan telah menjadi budaya bagi umat Muslim di Indonesia.
Budaya ini tidak dikenal di negara-negara Islam, seperti di Timur Tengah misalnya. Setelah salat Idul Fitri, tidak ada kegiatan salam-salaman dan maaf-memaafkan secara massal seperti yang ada di Indonesia.
Yang ada hanya beberapa orang yang saling berjabatan tangan, sebagai tanda keakraban satu dengan yang lainnya.
Dengan kegiatan ini, diharapkan masyarakat kembali bersatu. Mereka yang awalnya bermusuhan kembali bisa saling maaf-memaafkan. Mereka yang awalnya tidak mau duduk bersama, mulai hidup rukun kembali.
Sumber tulisan:
1. Muhammad Izzul Islam An Najmim, Pluralitas dalam Bingkai Nasionalisme, Telaah atas Pemikiran & Perjuangan KH. Abdul Wahab Hasbullah, CV Jejak (Jejak Publisher), Buku Elektronik.
2. Seto Galih Pratomo, Nasionalisme Pemuda, Pemikiran-pemikiran KH. Hasyim Asyari, Literasi Bangsa, 2021.
3. Rosidin, Mata Air Dakwah, Media Surya Atiga Malang, Buku Elektronik.
Sejak itu, istilah halalbihalal masih tetap dikenal. Bahkan telah menjadi budaya bagi umat Muslim di Indonesia.
Budaya ini tidak dikenal di negara-negara Islam, seperti di Timur Tengah misalnya. Setelah salat Idul Fitri, tidak ada kegiatan salam-salaman dan maaf-memaafkan secara massal seperti yang ada di Indonesia.
Yang ada hanya beberapa orang yang saling berjabatan tangan, sebagai tanda keakraban satu dengan yang lainnya.
Dengan kegiatan ini, diharapkan masyarakat kembali bersatu. Mereka yang awalnya bermusuhan kembali bisa saling maaf-memaafkan. Mereka yang awalnya tidak mau duduk bersama, mulai hidup rukun kembali.
Sumber tulisan:
1. Muhammad Izzul Islam An Najmim, Pluralitas dalam Bingkai Nasionalisme, Telaah atas Pemikiran & Perjuangan KH. Abdul Wahab Hasbullah, CV Jejak (Jejak Publisher), Buku Elektronik.
2. Seto Galih Pratomo, Nasionalisme Pemuda, Pemikiran-pemikiran KH. Hasyim Asyari, Literasi Bangsa, 2021.
3. Rosidin, Mata Air Dakwah, Media Surya Atiga Malang, Buku Elektronik.
(san)