Berbasis Sinar UV, Robot VIOLETA Bisa Sterilisasi Corona
loading...
A
A
A
SURABAYA - Kehadiran teknologi kembali diandalkan untuk membantu menangani wabah Corona (COVID-19). Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas Airlangga (Unair) melalui Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) menghasilkan teknologi inovasi berupa robot Ultra Violet ITS – Airlangga (VIOLETA).
Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD menuturkan, ide diciptakannya robot VIOLETA ini bermula saat beberapa dosen ITS berhasil melakukan riset penggunaan sinar ultraviolet (UV) untuk menghilangkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Hasil riset ini bisa memiliki arti besar bagi masyarakat.
Alasan lain diciptakannya robot ini juga untuk menghindari kontak fisik dengan paparan sinar UV karena sangat berbahaya apabila mengenai manusia secara langsung. “ITS pun melakukan inovasi dengan menciptakan robot VIOLETA ini,” kata Bambang, Jumat (24/4/2020).
Ia melanjutkan, cara kerja VIOLETA ini menggunakan lampu UV yang dikendalikan melalui jarak jauh berbasis wireless control. Robot ini efektif digunakan pada jarak 1 – 2 meter terhadap objek dengan membutuhkan waktu 10 – 15 menit untuk melakukan sterilisasi secara sempurna.
Salah satu tim peneliti VIOLETA, Endarko MSi PhD mengatakan, secara umum lampu UV yang digunakan robot yang dikendalikan dengan remote control ini memiliki panjang gelombang sebesar 200 – 300 nanometer. “Secara praktik dan teori, kisaran panjang gelombang tersebut dapat membunuh mikroorganisme dengan baik,” kata ahli Fisika Medis ini.
Dosen Departemen Fisika ITS ini juga menerangkan, lampu UV yang sebesar 30 watt ini lebih aman secara kesehatan daripada menggunakan bahan disinfektan. Hal ini dikarenakan tidak adanya residu atau sisa bahan kimia yang tertinggal setelah dilakukannya proses sterilisasi. “Tetapi, waktu sterilisasi ruangan harus dalam keadaan kosong,” katanya.
Adapun dalam penerapan pada kasus Corona, robot VIOLETA ini memiliki manfaat mampu mensterilkan ruang isolasi yang telah digunakan atau area yang pernah dipakai dalam penanganan Covid-19 dan tanpa melibatkan manusia secara langsung. “Jadi, untuk risiko keamanannya juga lebih baik pastinya,” ucapnya.
Sementara itu, salah satu programmer tim robot VIOLETA Achmad Zidan Akbar mengatakan, robot yang memiliki berat sebesar 30 kilogram ini menggunakan platform dasar dari robot sepakbola ITS yang bernama IRIS seperti halnya yang digunakan pada robot RAISA sebelumnya.
Tidak hanya itu, VIOLETA juga menggunakan inverter untuk mengubah arus searah dari baterai menjadi arus bolak-balik yang nantinya akan menghidupkan lampu UV.
“Robot ini dapat digunakan selama 4 – 6 jam ketika lampunya dinyalakan,” jelasnya.
Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD menuturkan, ide diciptakannya robot VIOLETA ini bermula saat beberapa dosen ITS berhasil melakukan riset penggunaan sinar ultraviolet (UV) untuk menghilangkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Hasil riset ini bisa memiliki arti besar bagi masyarakat.
Alasan lain diciptakannya robot ini juga untuk menghindari kontak fisik dengan paparan sinar UV karena sangat berbahaya apabila mengenai manusia secara langsung. “ITS pun melakukan inovasi dengan menciptakan robot VIOLETA ini,” kata Bambang, Jumat (24/4/2020).
Ia melanjutkan, cara kerja VIOLETA ini menggunakan lampu UV yang dikendalikan melalui jarak jauh berbasis wireless control. Robot ini efektif digunakan pada jarak 1 – 2 meter terhadap objek dengan membutuhkan waktu 10 – 15 menit untuk melakukan sterilisasi secara sempurna.
Salah satu tim peneliti VIOLETA, Endarko MSi PhD mengatakan, secara umum lampu UV yang digunakan robot yang dikendalikan dengan remote control ini memiliki panjang gelombang sebesar 200 – 300 nanometer. “Secara praktik dan teori, kisaran panjang gelombang tersebut dapat membunuh mikroorganisme dengan baik,” kata ahli Fisika Medis ini.
Dosen Departemen Fisika ITS ini juga menerangkan, lampu UV yang sebesar 30 watt ini lebih aman secara kesehatan daripada menggunakan bahan disinfektan. Hal ini dikarenakan tidak adanya residu atau sisa bahan kimia yang tertinggal setelah dilakukannya proses sterilisasi. “Tetapi, waktu sterilisasi ruangan harus dalam keadaan kosong,” katanya.
Adapun dalam penerapan pada kasus Corona, robot VIOLETA ini memiliki manfaat mampu mensterilkan ruang isolasi yang telah digunakan atau area yang pernah dipakai dalam penanganan Covid-19 dan tanpa melibatkan manusia secara langsung. “Jadi, untuk risiko keamanannya juga lebih baik pastinya,” ucapnya.
Sementara itu, salah satu programmer tim robot VIOLETA Achmad Zidan Akbar mengatakan, robot yang memiliki berat sebesar 30 kilogram ini menggunakan platform dasar dari robot sepakbola ITS yang bernama IRIS seperti halnya yang digunakan pada robot RAISA sebelumnya.
Tidak hanya itu, VIOLETA juga menggunakan inverter untuk mengubah arus searah dari baterai menjadi arus bolak-balik yang nantinya akan menghidupkan lampu UV.
“Robot ini dapat digunakan selama 4 – 6 jam ketika lampunya dinyalakan,” jelasnya.
(zil)