Korut-Korsel Diambang Perang, Kim Jong-un Justru Tinggalkan Pyongyang
loading...
A
A
A
SEOUL - Pesawat Air Koryo, yang diidentifikasi sebagai pesawat pribadi Kim Jong-un diidentifikasi membawa pemimpin Korea Utara (Korut) itu keluar ibu kota. Flightradar24, pelacak penerbangan online yang berbasis di Swedia, menunjukkan data real-time tentang pergerakan pesawat diktator muda Pyongyang tersebut.
Kepergian Kim Jong-un saat hubungan Korut dan Korsel diambang perang ini pun menimbulkan banyak spekulasi. Yonha, salah satu media yang berbasis di Seoul, bespekulasi bahwa Kim kemungkinan menuju Sinpo Shipyard, tempat rezim Korut membangun senjata, termasuk rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM). Baca : Pasukan Militer Korut Disebar, Bersiap Tugas Tempur Kelas Tinggi
Di Sinpo, Korea Utara telah melakukan beberapa tes SLBM. Kapal selam juga dibangun di galangan kapal tersebut. Pemimpin Korea Utara itu telah menahan diri untuk tidak mengeluarkan pernyataan publik ketika adik perempuannya; Kim Yo-jong, terus mengumbar ancaman nyaris setiap hari terhadap Korea Selatan (Kosel).
Kim Yo-jong telah tampil garang dalam sepekan terakhir. Perempuan muda yang diyakini sebagai perempuan terkuat Korut ini telah mengancam meluncurkan aksi militer terhadap Korsel. Alasannya, Seoul dianggap tidak bertindak untuk menghentikan ulah para pembelot Korut yang berbasis di Korea Selatan menerbangkan materi propaganda anti-Kim Jong-un ke wilayah Korea Utara.
Baca Juga : Ancaman Adik Kim Jong-un Direspon, Pasukan Militer Siap Dikerahkan
Di bawah arahan Kim Yo-jong, Korea Utara telah memutuskan seluruh jalur komunikasi dengan Korea Selatan dan menyatakan tetangganya tersebut sebagai musuh. Militer Pyongyang bahkan telah meledakkan kantor penghubung dua Korea di wilayah Kaesong pada hari Selasa. Tak hanya itu, tentara Pyongyang juga disiagakan di perbatasan Korut dan Korsel.
Sementara itu, militer Korea Selatan tak mau kalah. Mereka memperingatkan Pyongyang akan membayar mahal jika nekat menyerang Seoul.
"Pasukan kami menyatakan keprihatinan mendalam bahwa Staf Umum Korea Utara memublikasikan berbagai jenis rencana militer yang bertentangan dengan perjanjian intra-Korea, Deklarasi Panmunjom dan perjanjian militer 19 September 2018," kata Kepala Staf Gabungan Korsel.
"Tindakan semacam itu membatalkan semua hasil bersama-sama tercapai selama lebih dari 20 tahun dan upaya di bidang kemajuan hubungan intra-Korea dan pelestarian perdamaian di Semenanjung Korea. Jika pihak Korut melanjutkan ke tindakan nyata, mereka pasti akan membayar harga yang sesuai," lanjutnya, kemarin.
Kepergian Kim Jong-un saat hubungan Korut dan Korsel diambang perang ini pun menimbulkan banyak spekulasi. Yonha, salah satu media yang berbasis di Seoul, bespekulasi bahwa Kim kemungkinan menuju Sinpo Shipyard, tempat rezim Korut membangun senjata, termasuk rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM). Baca : Pasukan Militer Korut Disebar, Bersiap Tugas Tempur Kelas Tinggi
Di Sinpo, Korea Utara telah melakukan beberapa tes SLBM. Kapal selam juga dibangun di galangan kapal tersebut. Pemimpin Korea Utara itu telah menahan diri untuk tidak mengeluarkan pernyataan publik ketika adik perempuannya; Kim Yo-jong, terus mengumbar ancaman nyaris setiap hari terhadap Korea Selatan (Kosel).
Kim Yo-jong telah tampil garang dalam sepekan terakhir. Perempuan muda yang diyakini sebagai perempuan terkuat Korut ini telah mengancam meluncurkan aksi militer terhadap Korsel. Alasannya, Seoul dianggap tidak bertindak untuk menghentikan ulah para pembelot Korut yang berbasis di Korea Selatan menerbangkan materi propaganda anti-Kim Jong-un ke wilayah Korea Utara.
Baca Juga : Ancaman Adik Kim Jong-un Direspon, Pasukan Militer Siap Dikerahkan
Di bawah arahan Kim Yo-jong, Korea Utara telah memutuskan seluruh jalur komunikasi dengan Korea Selatan dan menyatakan tetangganya tersebut sebagai musuh. Militer Pyongyang bahkan telah meledakkan kantor penghubung dua Korea di wilayah Kaesong pada hari Selasa. Tak hanya itu, tentara Pyongyang juga disiagakan di perbatasan Korut dan Korsel.
Sementara itu, militer Korea Selatan tak mau kalah. Mereka memperingatkan Pyongyang akan membayar mahal jika nekat menyerang Seoul.
"Pasukan kami menyatakan keprihatinan mendalam bahwa Staf Umum Korea Utara memublikasikan berbagai jenis rencana militer yang bertentangan dengan perjanjian intra-Korea, Deklarasi Panmunjom dan perjanjian militer 19 September 2018," kata Kepala Staf Gabungan Korsel.
"Tindakan semacam itu membatalkan semua hasil bersama-sama tercapai selama lebih dari 20 tahun dan upaya di bidang kemajuan hubungan intra-Korea dan pelestarian perdamaian di Semenanjung Korea. Jika pihak Korut melanjutkan ke tindakan nyata, mereka pasti akan membayar harga yang sesuai," lanjutnya, kemarin.
(sri)