Kisah Jenderal Sudirman, Santri yang Jadi Panglima Besar
loading...
A
A
A
Oleh pamannya, Sudirman juga dimasukkan ke Hollandsch Inlandsche School. Dua tahun, pada pada 3 Juli 1922 M, Sudirman pindah ke Sekolah Tamansiswa, yaitu sekolah nasionalis yang didirikan oleh Ki hadjar Dewantara.
Tamat dari Tamansiswa, Sudirman melanjutkan pendidikannya di sebuah Sekolah Menengah Pertama di Wirotomo. Setelah lulus, Sudirman melanjutkan pendidikannya di Sekolah Guru milik Persyarikatan Muhammadiyah di Solo dan tidak sampai tamat.
Selanjutnta, setelah pamannya pensiun sebagai camat, Sudirman dan keluarganya hijrah ke Manggisan, Cilacap. Di sana dia ikut merintis pendirian Hizbul Wath, sebuah organisasi Kepanduan Putra yang didirikan oleh Persyarikatan Muhammadiyah.
Di Cilacap ini, Sudirman diangkat menjadi guru oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah untuk mengajar di HIS Muhammadiyah. Sudirman dikenal sebagai sosokyang adil dan sabar dalam mendidik muridnya. Pada 1937, Sudirman diangkat menjadi Ketua Kelompok Pemuda Muhammadiyah.
Ketika Jepang mulai menduduki Indonesia pada 1942 dan membentuk pasukan Pembela Tanah Air (Peta) pada 1944, Sudirman juga ikut dalam barisan PETA. Dala PETA ini Sudirman mendapat kesempatan mengikuti pendidikan Militer di Bogor. Setelah tamat, Sudirman langsung diangkat menjadi Komandan Batalyon yang bertugas di daerah Kroya, Jawa Tengah.
Pergolakan perang dunia selalu membawa dinamika baru. Ketika pada 1945, Kota Hiroshima dan Nagasaki hancur dibom sekutu dan Jepang menyerah, Bung Karno dan Bung Hatta, atas desakan kaum muda Indonesia, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 Masehi.
Situasi ini dimanfaatkan dengan baik oleh Sudirman untuk membawa pasukannya lari dari Pusat Pertahanan PETA di Bogor, Jawa Barat. Dikisahkan bahwa Sudirman juga sempat bertemu dengan Bung Karno di Jakarta. Sudirman menyampaikan niatnya kepada Bung Karno untuk bergabung kembali dengan pasukannya yang masih bertahan di Kroya. Permintaan Sudirman dikabulkan, sehingga pada 19 Agustus 1945 kembali ke Kroya.
Sayang, Batalyon PETA yang berkedudukan di Kroya sudah dibubarkan Jepang. Akhir Agustus 1945, Sudirman dan teman-teman alumni PETA mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Banyumas, Jawa Tengah.
Pada 5 Oktober 1945 Bung Karno mengeluarkan dekrit pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang terdiri dari, TKR Darat, TKR Laut, dan TKR Jawatan Penerbangan. TKR dibentuk untuk menjalankan beberapa tugas, yaitu untuk mempertahankan kemerdekaan.
Ketika pasukan Sekutu datang ke Indonesia dan mempersenjatai kembali tentara Belanda yang menjadi tawanan perang , Sudirman mengirim pasukan yang dipimpin Letnan Kolonel Isdiman untuk mengusir pasukan sekutu. Misi berhasil, dan pasukan penjajah mundur ke Ambarawa.
Tamat dari Tamansiswa, Sudirman melanjutkan pendidikannya di sebuah Sekolah Menengah Pertama di Wirotomo. Setelah lulus, Sudirman melanjutkan pendidikannya di Sekolah Guru milik Persyarikatan Muhammadiyah di Solo dan tidak sampai tamat.
Selanjutnta, setelah pamannya pensiun sebagai camat, Sudirman dan keluarganya hijrah ke Manggisan, Cilacap. Di sana dia ikut merintis pendirian Hizbul Wath, sebuah organisasi Kepanduan Putra yang didirikan oleh Persyarikatan Muhammadiyah.
Di Cilacap ini, Sudirman diangkat menjadi guru oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah untuk mengajar di HIS Muhammadiyah. Sudirman dikenal sebagai sosokyang adil dan sabar dalam mendidik muridnya. Pada 1937, Sudirman diangkat menjadi Ketua Kelompok Pemuda Muhammadiyah.
Ketika Jepang mulai menduduki Indonesia pada 1942 dan membentuk pasukan Pembela Tanah Air (Peta) pada 1944, Sudirman juga ikut dalam barisan PETA. Dala PETA ini Sudirman mendapat kesempatan mengikuti pendidikan Militer di Bogor. Setelah tamat, Sudirman langsung diangkat menjadi Komandan Batalyon yang bertugas di daerah Kroya, Jawa Tengah.
Pergolakan perang dunia selalu membawa dinamika baru. Ketika pada 1945, Kota Hiroshima dan Nagasaki hancur dibom sekutu dan Jepang menyerah, Bung Karno dan Bung Hatta, atas desakan kaum muda Indonesia, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 Masehi.
Situasi ini dimanfaatkan dengan baik oleh Sudirman untuk membawa pasukannya lari dari Pusat Pertahanan PETA di Bogor, Jawa Barat. Dikisahkan bahwa Sudirman juga sempat bertemu dengan Bung Karno di Jakarta. Sudirman menyampaikan niatnya kepada Bung Karno untuk bergabung kembali dengan pasukannya yang masih bertahan di Kroya. Permintaan Sudirman dikabulkan, sehingga pada 19 Agustus 1945 kembali ke Kroya.
Sayang, Batalyon PETA yang berkedudukan di Kroya sudah dibubarkan Jepang. Akhir Agustus 1945, Sudirman dan teman-teman alumni PETA mendirikan Badan Keamanan Rakyat (BKR) di Banyumas, Jawa Tengah.
Pada 5 Oktober 1945 Bung Karno mengeluarkan dekrit pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang terdiri dari, TKR Darat, TKR Laut, dan TKR Jawatan Penerbangan. TKR dibentuk untuk menjalankan beberapa tugas, yaitu untuk mempertahankan kemerdekaan.
Ketika pasukan Sekutu datang ke Indonesia dan mempersenjatai kembali tentara Belanda yang menjadi tawanan perang , Sudirman mengirim pasukan yang dipimpin Letnan Kolonel Isdiman untuk mengusir pasukan sekutu. Misi berhasil, dan pasukan penjajah mundur ke Ambarawa.