Dokter Spesialis: Deteksi Dini Penyakit Memudahkan Proses Penyembuhan
loading...
A
A
A
BOGOR - Deteksi dini terhadap kehadiran suatu penyakit dalam tubuh akan sangat membantu seseorang dalam proses penyembuhan. Bahkan, mengetahui penyakit lebih awal akan menentukan langkah pencegahannya.
Hal ini disampaikan dr Pectra Wahjoepramono Sp.BS, B.med.Sci(Hons)F.I.C.S , dari Siloam Hospitals Lippo Village, saat kegiatan 'Indonesia Wellness & Health Tourism Expo 2022' yang dihelat di salah satu pusat perbelanjaan ternama di Jakarta, Sabtu (12/3/2022).
"Deteksi dini tentu menentukan langkah pencegahan. Deteksi dini termasuk melengkapi perjalanan wisata pun sebagai antisipasi yang akan erat kaitannya dengan perawatan, pengobatan bahkan tingkat kesembuhan," ungkap dr Pectra.
Dokter Pectra memberikan contoh, Aneurisma (aneurysm), suatu area yang membengkak dan lemah pada otak. Data menunjukkan, 'kelainan' pada otak ini ditemukan pada 5 persen manusia. "Aneurisma jika pecah dapat menyebabkan pendarahan internal, stroke dan fatalnya sering berujung pada kematian," tutur dr Pectra saat kegiatan Ekspo Wisata Kesehatan.
Pada kesempatan edukasi ini dokter menyampaikan kepada puluhan pengunjung, terkait pentingnya organ otak dan jantung. Karena itu, saat ini telah tersedia layanan 'Brain Check Up Plus' yang memeriksa kepala dan jantung serta semua keterkaitan fungsinya. " Siloam Hospitals menyediakan layanan tersebut termasuk bagi para turis lingkup wisata kesehatan," pungkasnya.
Dokter spesialis Jantung Pembuluh Darah, I Made Sakta Suryaguna dari Siloam Hospital Tb. Simatupang juga menggarisbawahi pentingnya melakukan pemeriksaan berkala sebelum beraktifitas fisik.
Dijelaskan Dr I Made, pada saat beraktifitas fisik atau juga berolahraga, tubuh manusia akan merespon dengan dua kemungkinan, yaitu respon adaptif dan respon maladaptif.
"Respon adaptif yaitu dimensi jantung akan lebih besar. Pompa darah dan 'kelistrikkan' jantung meningkat dan sejumlah pembuluh darah mengakomodasi peningkatan aktifitas yang tentunya resiko serangan jantung menjadi rendah," jelasnya.
Lanjut Made, respon yang maladaptif sesungguhnya terjadi karena aktifitas yang berlebihan. Jenis olahraga yang tidak cocok dengan penyakit yang beresiko menyebabkan ketidakseimbangan aliran dan tekanan darah. Bahkan jantung dapat berhenti mendadak. Ini dapat disebabkan oleh genetik, gangguan katup atau lain sebagainya.
Mengakhiri edukasinya, dokter Made mengingatkan masyarakat agar menyayangi organ jantung. "'Sayangi jantung Anda. Pahami apa yang dapat diubah atau dimodifikasi maupun yang tidak dapat diubah seperti gender dan genetik. Namun sesuatu dapat diubah adalah kurang beraktifitas dan rasa malas sebagai pencetus keluhan," pungkas dokter I Made.
Hal ini disampaikan dr Pectra Wahjoepramono Sp.BS, B.med.Sci(Hons)F.I.C.S , dari Siloam Hospitals Lippo Village, saat kegiatan 'Indonesia Wellness & Health Tourism Expo 2022' yang dihelat di salah satu pusat perbelanjaan ternama di Jakarta, Sabtu (12/3/2022).
"Deteksi dini tentu menentukan langkah pencegahan. Deteksi dini termasuk melengkapi perjalanan wisata pun sebagai antisipasi yang akan erat kaitannya dengan perawatan, pengobatan bahkan tingkat kesembuhan," ungkap dr Pectra.
Dokter Pectra memberikan contoh, Aneurisma (aneurysm), suatu area yang membengkak dan lemah pada otak. Data menunjukkan, 'kelainan' pada otak ini ditemukan pada 5 persen manusia. "Aneurisma jika pecah dapat menyebabkan pendarahan internal, stroke dan fatalnya sering berujung pada kematian," tutur dr Pectra saat kegiatan Ekspo Wisata Kesehatan.
Pada kesempatan edukasi ini dokter menyampaikan kepada puluhan pengunjung, terkait pentingnya organ otak dan jantung. Karena itu, saat ini telah tersedia layanan 'Brain Check Up Plus' yang memeriksa kepala dan jantung serta semua keterkaitan fungsinya. " Siloam Hospitals menyediakan layanan tersebut termasuk bagi para turis lingkup wisata kesehatan," pungkasnya.
Dokter spesialis Jantung Pembuluh Darah, I Made Sakta Suryaguna dari Siloam Hospital Tb. Simatupang juga menggarisbawahi pentingnya melakukan pemeriksaan berkala sebelum beraktifitas fisik.
Dijelaskan Dr I Made, pada saat beraktifitas fisik atau juga berolahraga, tubuh manusia akan merespon dengan dua kemungkinan, yaitu respon adaptif dan respon maladaptif.
"Respon adaptif yaitu dimensi jantung akan lebih besar. Pompa darah dan 'kelistrikkan' jantung meningkat dan sejumlah pembuluh darah mengakomodasi peningkatan aktifitas yang tentunya resiko serangan jantung menjadi rendah," jelasnya.
Lanjut Made, respon yang maladaptif sesungguhnya terjadi karena aktifitas yang berlebihan. Jenis olahraga yang tidak cocok dengan penyakit yang beresiko menyebabkan ketidakseimbangan aliran dan tekanan darah. Bahkan jantung dapat berhenti mendadak. Ini dapat disebabkan oleh genetik, gangguan katup atau lain sebagainya.
Mengakhiri edukasinya, dokter Made mengingatkan masyarakat agar menyayangi organ jantung. "'Sayangi jantung Anda. Pahami apa yang dapat diubah atau dimodifikasi maupun yang tidak dapat diubah seperti gender dan genetik. Namun sesuatu dapat diubah adalah kurang beraktifitas dan rasa malas sebagai pencetus keluhan," pungkas dokter I Made.
(don)