Ilmu Komunikasi UMM Lahirkan 10 Judul Buku Dalam Sekali Terbit
loading...
A
A
A
MALANG - Masa pandemi COVID-19, tidak menyurutkan langkah Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mereka tetap mampu produktif membangun budaya ilmiah.
(Baca juga: 2 Dokter RSU Tabanan Positif COVID-19, Penerapan New Normal Ditunda )
Buktinya, dalam sekali penerbitan, mereka mampu melahirkan 10 judul buku. Kesepuluh buku itu merupakan proyek tugas akhir dari mata kuliah Media dan Masyarakat yang diampu dosen Ilmu Komunikasi, Nurudin.
Setiap mengawali perkuliahan, Nurudin selalu menawarkan kepada mahasiswa yang diajarnya untuk membuat proyek kepenulisan. Hal itu tidak melulu menerbitkan buku. Tradisi literasi ini sudah dimulainya sejak tahun 2009.
"Pokoknya harus ada publikasi. Kuliah jalan, nilai didapat, publikasi kampus juga ada. Pulang tidak hanya membawa ijasah tetapi juga kenang-kenangan buku," terang Nurudin via daring.
Tahun 2020 ini, dosen yang dikenal sebagai provokator menulis ini memberikan opsi menulis buku atau kuliah biasa saja. Empat kelas yang dia ampu memilih membuat buku, sementara sisanya memilih kuliah biasa.
(Baca juga: Lima Kisah Pengkhianatan dalam Sepak Bola (Bagian Kedua) )
"Karena pandemi Covid-19, yang milih kuliah biasa saya sarankan tugas UAS-nya menulis di media. Boleh media cetak, online atau paling ringan nulis di blog," kata dosen yang telah menerbitkan puluhan buku ini.
Penentuan tugas akhir apa yang diambil pun dilakukan secara demokratis. Dimusyawarahkan oleh seluruh mahasiswanya di kelas. Kemudian mereka voting, lewat Line atau langsung memutuskan di kelas.
"Saat memilih buku tentu saya, kan, harus memenuhi keinginan mereka. Lagian, itu sesuatu yang sangat baru bagi mereka. Ternyata mereka antusias dan bisa menulis," ungkap Nurudin.
(Baca juga: 2 Dokter RSU Tabanan Positif COVID-19, Penerapan New Normal Ditunda )
Buktinya, dalam sekali penerbitan, mereka mampu melahirkan 10 judul buku. Kesepuluh buku itu merupakan proyek tugas akhir dari mata kuliah Media dan Masyarakat yang diampu dosen Ilmu Komunikasi, Nurudin.
Setiap mengawali perkuliahan, Nurudin selalu menawarkan kepada mahasiswa yang diajarnya untuk membuat proyek kepenulisan. Hal itu tidak melulu menerbitkan buku. Tradisi literasi ini sudah dimulainya sejak tahun 2009.
"Pokoknya harus ada publikasi. Kuliah jalan, nilai didapat, publikasi kampus juga ada. Pulang tidak hanya membawa ijasah tetapi juga kenang-kenangan buku," terang Nurudin via daring.
Tahun 2020 ini, dosen yang dikenal sebagai provokator menulis ini memberikan opsi menulis buku atau kuliah biasa saja. Empat kelas yang dia ampu memilih membuat buku, sementara sisanya memilih kuliah biasa.
(Baca juga: Lima Kisah Pengkhianatan dalam Sepak Bola (Bagian Kedua) )
"Karena pandemi Covid-19, yang milih kuliah biasa saya sarankan tugas UAS-nya menulis di media. Boleh media cetak, online atau paling ringan nulis di blog," kata dosen yang telah menerbitkan puluhan buku ini.
Penentuan tugas akhir apa yang diambil pun dilakukan secara demokratis. Dimusyawarahkan oleh seluruh mahasiswanya di kelas. Kemudian mereka voting, lewat Line atau langsung memutuskan di kelas.
"Saat memilih buku tentu saya, kan, harus memenuhi keinginan mereka. Lagian, itu sesuatu yang sangat baru bagi mereka. Ternyata mereka antusias dan bisa menulis," ungkap Nurudin.