Tangkal Radikalisme, Ormas Keagamaan Jadi Garda Terdepan
loading...
A
A
A
Dalam survei Setara Institute, lanjut Nurwakhid, selama ini konten keagamaan intoleran dan radikal di media sosial atau dunia maya berada di kisaran lebih dari 67 persen. Akan tetapi sejak tahun lalu jumlah itu terus menurun setelah diimbangi konten keagamaan moderat yang dilakukan oleh para ulama, kiai, guru, dan anak muda yang selama ini tidak aktif di media sosial.
Dia melanjutkan, pentingnya peran ormas keagamaan juga dilandasi dengan bahayanya ideologi radikal terorisme sebagai gerakan politik yang kerap memanipulasi agama untuk mengganti ideologi negara.
Ia menegaskan bahwa tindakan, watak dan aksi terorisme yang terjadi selama ini tentunya sangat bertentangan dengan nilai agama dan nilai kearifan lokal bangsa yang sangat multikultural.
"Terorisme adalah gerakan politik kekuasaan dengan memanipulasi agama yang bertujuan mengganti ideologi negara dengan ideologi transnasional. Wataknya adalah intoleran terhadap perbedaan dan ekslusif terhadap perubahan," tandas mantan Kapolres Gianyar ini.
Tak lupa, Nurwakhid juga mengingatkan kepada para peserta untuk terus meningkatkan upaya dan kewaspadaannya. Karena meskipun kelompok seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Jamaah Islamiyah (JI) dan Jamaah Ansyorut Daulah (JAD) sudah dibubarkan dan menunjukkan tren penurunan pasca ditetapkannya UU No 5 Tahun 2018, namun ideologinya masih tersisa dan mengintai siapapun yang lengah.
"Sehingga penting kedepannya, untuk dibuat payung hukum atau peraturan yang melarang eksistensi setiap ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Meskipun Pancasila sudah teruji dengan 15 kali pemberontakan yang gagal seperti PKI, DI/TII, PRRI-Permesta, RMS, dan lainya," tuturnya.
Nurwakhid mengajak seluruh seluruh staheholder untuk terlibat aktif memutus celah dikotomi antara bernegara dan agama melalui kesiapsiagaan ideologi yang ditanamkan oleh para ulama, tokoh masyarakat, ormas, maupun pemerintah daerah.
Khusus kepada semua anggota Mathla’ul Anwar sebagai ormas terbesar ke tiga di Indonesia untuk bersama melakukan perlawanan semesta dalam mencegah penyebaran radikal terorisme dan untuk menata umat merekat bangsa seperti tema Rakernas kali ini.
"Matha’ul Anwar bisa aktif terlibat mendukung kesiapsiagaan ideologi, melalui vaksinasi ideologi dengan menanamkan nasionalisme dengan pendekatan agama (yang Kaffah) kepada umat sehingga celah dikotomi antara bernegara dan agama hilang,” tandas mantan Kabag Banops Densus 88 ini.
Dia melanjutkan, pentingnya peran ormas keagamaan juga dilandasi dengan bahayanya ideologi radikal terorisme sebagai gerakan politik yang kerap memanipulasi agama untuk mengganti ideologi negara.
Ia menegaskan bahwa tindakan, watak dan aksi terorisme yang terjadi selama ini tentunya sangat bertentangan dengan nilai agama dan nilai kearifan lokal bangsa yang sangat multikultural.
"Terorisme adalah gerakan politik kekuasaan dengan memanipulasi agama yang bertujuan mengganti ideologi negara dengan ideologi transnasional. Wataknya adalah intoleran terhadap perbedaan dan ekslusif terhadap perubahan," tandas mantan Kapolres Gianyar ini.
Tak lupa, Nurwakhid juga mengingatkan kepada para peserta untuk terus meningkatkan upaya dan kewaspadaannya. Karena meskipun kelompok seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Jamaah Islamiyah (JI) dan Jamaah Ansyorut Daulah (JAD) sudah dibubarkan dan menunjukkan tren penurunan pasca ditetapkannya UU No 5 Tahun 2018, namun ideologinya masih tersisa dan mengintai siapapun yang lengah.
"Sehingga penting kedepannya, untuk dibuat payung hukum atau peraturan yang melarang eksistensi setiap ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Meskipun Pancasila sudah teruji dengan 15 kali pemberontakan yang gagal seperti PKI, DI/TII, PRRI-Permesta, RMS, dan lainya," tuturnya.
Nurwakhid mengajak seluruh seluruh staheholder untuk terlibat aktif memutus celah dikotomi antara bernegara dan agama melalui kesiapsiagaan ideologi yang ditanamkan oleh para ulama, tokoh masyarakat, ormas, maupun pemerintah daerah.
Khusus kepada semua anggota Mathla’ul Anwar sebagai ormas terbesar ke tiga di Indonesia untuk bersama melakukan perlawanan semesta dalam mencegah penyebaran radikal terorisme dan untuk menata umat merekat bangsa seperti tema Rakernas kali ini.
"Matha’ul Anwar bisa aktif terlibat mendukung kesiapsiagaan ideologi, melalui vaksinasi ideologi dengan menanamkan nasionalisme dengan pendekatan agama (yang Kaffah) kepada umat sehingga celah dikotomi antara bernegara dan agama hilang,” tandas mantan Kabag Banops Densus 88 ini.