Penampakan Macan Tutul Tertangkap Kamera di TNGGP Situ Gunung Sukabumi
loading...
A
A
A
SUKABUMI - Keberlangsungan habitat macan tutul yang hidup di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) masih terjaga baik. Hal tersebut seiring tertangkapnya foto hewan jenis mamalia tersebut di kamera pengintai milik Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Balai Besar TNGGP.
Selain hewan dengan nama ilmiahnya Panthera Pardus ini, kamera pengintai juga berhasil mengabadikan hewan liar lainnya yang merupakan siklus makanan dari macan tutul tersebut seperti Kijang, Musang dan Landak. Hal tersebut membuktikan masih terjaganya habitat Macan Tutul yang ada di sana.
Baca juga: Putranya Tewas di Jurang Curug Cigentis, Orang Tua Siswa SMK Karawang Pasrah
Kepala Resort Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Situgunung, Asep Suganda mengatakan bahwa kronologinya berawal dari pihaknya menemukan atau mendapatkan foto macan tutul tersebut pada Juni-Agustus 2021 pada kamera pengintai yang dipasangnya.
"Kami memasang kamera trap pada lokasi yang ada jejak, tapak, cakaran bahkan kotoran, dan kami bersyukur pada tiga bulan tersebut kami mendapatkan fotonya, hal tersebut artinya populasi macan tutul di TNGGP masih terjaga," ujar Asep kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (11/2/2022).
Asep menampik dengan adanya Situgunung dijadikan kawasan wisata akan menjadi merusak habitat kelestarian hewan yang ada di TNGGP. Ia menjelaskan bahwa hal tersebut malah menjadi terbalik, dengan adanya kawasan wisata habitat lebih terjaga.
"Ini yang menarik, ketika ekowisata di zona pemanfaatan dimanfaatkan untuk kegiatan wisata, maka kita (pengelola) aktif mengawasi zona inti di wilayah kerja Resort Situgunung, untuk mengetahui apakah habitatnya terganggu atau tidak, ternyata dengan didapatinya foto ini maka kami bersyukur satwa predator ini masih terjaga kelestariannya," ujar Asep.
Asep mencontohkan hal yang konkretnya adalah dengan adanya kawasan wisata, kegiatan perburuan satwa liar tidak ada, semua jenis satwa liar merasa nyaman dan berkembang biak di zona inti yang berjarak sekitar 2,4 kilometer dari kawasan zona pemanfaatan, dan tidak pernah turun ke zona pemanfaatan dikarenakan sudah nyaman tersebut.
"Pada Januari 2022, kami masih menemukan cakaran dan kotoran macan tutul di sekitar kamera pengintai, adapun untuk mencegah adanya perusakan habitat satwa liar di TNGGP, yang kami lakukan selain memantau dengan kamera pengintai kami juga melakukan patroli darat untuk identifikasi kelestarian satwa liar dan juga melihat ada atau tidaknya perburuan terhadap satwa liar," pungkas Asep.
Selain hewan dengan nama ilmiahnya Panthera Pardus ini, kamera pengintai juga berhasil mengabadikan hewan liar lainnya yang merupakan siklus makanan dari macan tutul tersebut seperti Kijang, Musang dan Landak. Hal tersebut membuktikan masih terjaganya habitat Macan Tutul yang ada di sana.
Baca juga: Putranya Tewas di Jurang Curug Cigentis, Orang Tua Siswa SMK Karawang Pasrah
Kepala Resort Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Situgunung, Asep Suganda mengatakan bahwa kronologinya berawal dari pihaknya menemukan atau mendapatkan foto macan tutul tersebut pada Juni-Agustus 2021 pada kamera pengintai yang dipasangnya.
"Kami memasang kamera trap pada lokasi yang ada jejak, tapak, cakaran bahkan kotoran, dan kami bersyukur pada tiga bulan tersebut kami mendapatkan fotonya, hal tersebut artinya populasi macan tutul di TNGGP masih terjaga," ujar Asep kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (11/2/2022).
Asep menampik dengan adanya Situgunung dijadikan kawasan wisata akan menjadi merusak habitat kelestarian hewan yang ada di TNGGP. Ia menjelaskan bahwa hal tersebut malah menjadi terbalik, dengan adanya kawasan wisata habitat lebih terjaga.
"Ini yang menarik, ketika ekowisata di zona pemanfaatan dimanfaatkan untuk kegiatan wisata, maka kita (pengelola) aktif mengawasi zona inti di wilayah kerja Resort Situgunung, untuk mengetahui apakah habitatnya terganggu atau tidak, ternyata dengan didapatinya foto ini maka kami bersyukur satwa predator ini masih terjaga kelestariannya," ujar Asep.
Asep mencontohkan hal yang konkretnya adalah dengan adanya kawasan wisata, kegiatan perburuan satwa liar tidak ada, semua jenis satwa liar merasa nyaman dan berkembang biak di zona inti yang berjarak sekitar 2,4 kilometer dari kawasan zona pemanfaatan, dan tidak pernah turun ke zona pemanfaatan dikarenakan sudah nyaman tersebut.
"Pada Januari 2022, kami masih menemukan cakaran dan kotoran macan tutul di sekitar kamera pengintai, adapun untuk mencegah adanya perusakan habitat satwa liar di TNGGP, yang kami lakukan selain memantau dengan kamera pengintai kami juga melakukan patroli darat untuk identifikasi kelestarian satwa liar dan juga melihat ada atau tidaknya perburuan terhadap satwa liar," pungkas Asep.
(msd)