Memilukan! Dibelenggu Kemiskinan, Bapak dan Anak di Batam Sering Didera Kelaparan

Selasa, 25 Januari 2022 - 18:13 WIB
loading...
Memilukan! Dibelenggu...
Di tengah gemerlap kehidupan di Kota Batam, Yanto hidup bersama anaknya yang masih kecil dalam belenggu kemiskinan. Foto/iNews TV/Gusti Yennosa
A A A
BATAM - Di antara gemerlap kehidupan Kota Batam, Yanto harus berjibaku mengais barang-barang bekas dan mengumpulkannya di gubuknya yang telah reyot. Di gubuk kumuh itu, dia hidup bersama anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.



Tak jarang, kelaparan sering menerpa bapak dan anak yang tinggal di gubuk di tengah Kampung Utama, Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam. Tak ada bantuan dari pemerintah yang mengalir ke keluarga miskin ini, bahkan Yanto kesulitan mengurus surat keterangan miskin di kelurahan.



Gubuk kumuh itu bukan milik Yanto, namun dia harus menyewanya kepada seseorang dengan biaya Rp400 ribu per bulan. Tempat tinggal Yanto sangat kontras dengan rumah tetangganya, yang menjulang tinggi dan mewah.



Pria kelahiran Malang, 72 tahun silam ini, sehari-hari hanya memungut barang bekas untuk dijual kembali. Memulung barang bekas ini, sudah dilakukannya sejak 10 tahun terakhir. Hasil memulung barang bekas itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama anaknya, Dewi.

Sejak empat tahun lalu, Yanto harus kehilangan istrinya dan anaknya menjadi piatu. "Sebagai pemulung, penghasilan saya paling hanya Rp10 ribu-20 ribu per hari. Jadinya kami sering tak bisa makan dengan layak. Sering harus puasa dan hanya minum air kran," ujar Yanto menahan pilu.

Mata pria lansia ini, terlihat menitikkan air mata saat menceritakan kehidupan yang harus dijalaninya bersama buah hatinya. Beruntung, Dewi yang duduk di kelas tiga sekolah dasar tergolong anak cerdas dan berprestasi di sekolah.



Gadis mungil itu, sering kali harus meninggalkan belajarnya demi membantu ayahnya memulung barang bekas di wilayah Winsor, dan Penuin. Namun Dewi tak pernah mengeluh, bahkan Dewi yang selalu menjadi penyemangat Yanto.

Yanto pernah mengajukan permohonan surat miskin untuk mengurus Kartu Indonesia Sehat (KIS), sesuai program pemerintah ke Kantor Kelurahan Baloi, namun niatnya tak mendapat respons dari petugas kelurahan.

Kisah Yanto yang tak pernah tersentuh bantuan dari pemerintah ini, juga dibenarkan oleh tetangganya, Desta. Selama bertetanga dengan Yanto, Desta mengaku tak pernah melihat ada perangkat RT atau RW dan pemerintah yang memberikan bantuan. "Beliau sudah lansi, tetapi masih harus bekerja keras menghidupi dirinya dan anak semata wayang yang masih kecil," tuturnya.
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2861 seconds (0.1#10.140)