Kisah Sunan Gresik Selamatkan Gadis Yatim Piatu dari Ritual Kurban Minta Hujan
loading...
A
A
A
Lalu dengan tenang Syeh membuka dialog. Syeh bertanya, "Sudah berapa kali melakukan ritual minta hujan kepada dewa dengan kurban nyawa manusia?" Mereka menjawab, "Sudah tiga kali". "Apakah hujan sudah turun?" "Belum," jawab warga kompak.
Kemudian Syeh melakukan negosiasi dengan menawarkan dirinya saja yang berdoa minta hujan, asalkan gadis yatim piatu itu tidak dibunuh. Permintaan Syeh diterima. Syeh Maulana kemudian memimpin shalat Istisqa' untuk memohon hujan kepada Allah.
Saat Syeh memimpin shalat, langit tampak mendung dan menjadi gelap. Hujan lebat kemudian mengguyur wilayah itu. Warga sangat gembira atas hujan itu karena apa yang merekam rindukan sungguh terpenuhi.
Gadis yatim piatu itu pun diselamatkan. Pada kesempatan itulah Syeh menyampaikan dakwah, menyampaikan ajaran agar anak yatim piatu harus dilindungi, bukan malah dijadikan kurban persembahan bagi dewa.
"Dalam ajaran agama kami, seorang anak yang ditinggal mati kedua orang tuanya, disebut yatim piatu. Tidak boleh disia-siakan dan ditelantarkan, melainkan harus disantuni dan diperhatikan nasibnya. Bukannya dikorbankan kepada Dewa Hujan,” kata Syeh Maulana.
Warga yang menyaksikan peristiwa itu tertegun dan meminta kepada Syeh Maulana untuk diajarkan doa meminta hujan tanpa mengorbankan jiwa.
"Kalau kalian ingin diajari cara minta hujan seperti tadi, maka kalian harus mengenal dan mempelajari dulu agama Islam. Maukah kalian?" Mereka kemudian masuk Islam.
Syeh Maulana wafat pada 12 Rabi’ul Awwal tahun 822 H atau bertepatan dengan 7 April 1419. Syeh dimakamkan di Desa Gapurosukolilo, Gresik.
Diolah dari berbagai sumber
Kemudian Syeh melakukan negosiasi dengan menawarkan dirinya saja yang berdoa minta hujan, asalkan gadis yatim piatu itu tidak dibunuh. Permintaan Syeh diterima. Syeh Maulana kemudian memimpin shalat Istisqa' untuk memohon hujan kepada Allah.
Saat Syeh memimpin shalat, langit tampak mendung dan menjadi gelap. Hujan lebat kemudian mengguyur wilayah itu. Warga sangat gembira atas hujan itu karena apa yang merekam rindukan sungguh terpenuhi.
Gadis yatim piatu itu pun diselamatkan. Pada kesempatan itulah Syeh menyampaikan dakwah, menyampaikan ajaran agar anak yatim piatu harus dilindungi, bukan malah dijadikan kurban persembahan bagi dewa.
"Dalam ajaran agama kami, seorang anak yang ditinggal mati kedua orang tuanya, disebut yatim piatu. Tidak boleh disia-siakan dan ditelantarkan, melainkan harus disantuni dan diperhatikan nasibnya. Bukannya dikorbankan kepada Dewa Hujan,” kata Syeh Maulana.
Warga yang menyaksikan peristiwa itu tertegun dan meminta kepada Syeh Maulana untuk diajarkan doa meminta hujan tanpa mengorbankan jiwa.
"Kalau kalian ingin diajari cara minta hujan seperti tadi, maka kalian harus mengenal dan mempelajari dulu agama Islam. Maukah kalian?" Mereka kemudian masuk Islam.
Syeh Maulana wafat pada 12 Rabi’ul Awwal tahun 822 H atau bertepatan dengan 7 April 1419. Syeh dimakamkan di Desa Gapurosukolilo, Gresik.
Diolah dari berbagai sumber
(don)