Kisah Sunan Gresik Selamatkan Gadis Yatim Piatu dari Ritual Kurban Minta Hujan

Senin, 24 Januari 2022 - 05:03 WIB
loading...
Kisah Sunan Gresik Selamatkan Gadis Yatim Piatu dari Ritual Kurban Minta Hujan
Dari sumber Babad Tanah Jawi diceritakan bahwa Sunan Gresik yang hidup pada 1419 M/882 H, merupakan seorang Walisongo, yang pertama dari Sembilan Walisongo terkenal. Foto Wikipedia
A A A
JAKARTA - Pada masa-masa akhir Kerajaan Majapahit menuju keruntuhan, alam menunjukkan tanda-tanda tidak bersahabat. Musim kemarau panjang membuat tanah menjadi kering kerontang, sumber air semakin berkurang di Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur. Alam yang tidak bersahabat membuat situasi sosial kala itu sangat rentan. Gejolak sosial, perang saudara, tawuran antar kelompok terjadi di mana-mana.

Di tengah situasi seperti ini, muncul seorang sosok santun, rendah hati dan peduli sesama. Bagai oase di tengah padang, ia hadir menghalau dahaga bagi mereka yang membutuhkan ketenangan, kedamaian dan keharmonisan. Dia adalah Maulana Malik Ibrahim atau lebih dikenal Sunan Gresik.

Dari sumber Babad Tanah Jawi diceritakan bahwa Sunan Gresik yang hidup pada 1419 M/882 H, merupakan seorang Walisongo, yang pertama dari Sembilan Walisongo terkenal karena kepiawaian mereka dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Sunan Gresik atau Syeh Maulana Malik Ibrahim berasal dari Persia. Dia adalah putra dari Syeh Maulana Ahmad Jumadil Kubro, atau Syeh Jumadil Qubro

Ia memulai dakwa di daerah Gresik, Jawa Timur dengan mendirikan masjid di Desa Pasucinan, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Di Jawa Timur di wilayah tempat dia berdakwah, kala itu, masih banyak masyarakat yang belum mengenal Islam. Mereka pada umumnya masih teguh dalam menghayati budaya dan tradisi mereka.



Dikisahkan bahwa Syeh Maulana Malik Ibrahim mendekati masyarakat dengan bahasan dan perangai yang santun. Kepercayaan masyarakat setempat tidak langsung ditentangnya. Kisah tentang Syeh yang berkeliling dari kampung ke kampung melakukan dakwah dengan cara yang penuh simpati, banyak diceritakan di berbagai sumber.

Dalam buku Jejak Para wali dan Ziarah Spiritual, misalnya, dikisahkan bagaimana Syeh dengan kelembutan jiwanya dan kekuatan spiritualnya, bisa membuat warga satu kampung masuk Islam.

Kisahnya, suatu waktu, seperti biasa Syeh berkeliling dari kampung ke kampung. Tibalah dia, pada suatu siang yang terik di suatu kampung. Dari jauh dia melihat ada kerumunan banyak warga di satu tempat. Karena ingin tahu, apa yang sedang dilakukan warga pada siang yang panas di musim kemarau itu, Syeh Maulana pun mendekat. Betapa kagetnya, ketika Syeh melihat ada seorang gadis yang sedang diikat, diapit dua lelaki kekar dan berwajah bengis.

Lebih kaget lagi, ketika Syeh mendapat informasi bahwa gadis berbalut kain putih itu adalah anak yatim piatu yang hendak dipersembahkan kepada dewa untuk meminta hujan. Seketika, Syeh merasa iba dan ingin menyelamatkan gadis malang itu.

Mengetahui Syeh hendak menggagalkan ritual minta hujan itu, pemimpin ritual meminta kedua lelaki berwajah serem mengamankan Syeh. Keduanya siap menjalankan perintah. Anehnya, baru hendak melangkah menangkap Syeh, lutut kedua pria kekar itu ngilu, serasa kaku dan tidak bisa melangkah mendekati Syeh.

Pemimpin ritual pun segera bertindak untuk melanjutkan ritual. Ia mencabut belati dan hendak menikam gadis itu. Anehnya, tangan sang pemimpin ritual juga ngilu dan tidak bisa menghujam tubuh kurban persembahan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3231 seconds (0.1#10.140)