Hingga Kamis Pagi Ribuan Rumah Warga Pekalongan Masih Terendam Banjir
loading...
A
A
A
PEKALONGAN - Banjir akibat luapan Sungai Bremi yang menerjang wilayah Perkampungan Pasirsari, dan Tirto, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sejak Rabu (19/1/2022). Hingga Kamis (20/1/2022) pagi masih menggenangi ribuan rumah warga.
Ribuan rumah warga terendam banjir, bahkan ketinggian air ada yang mencapai satu meter. Banjir dipicu oleh jebolnya tanggul, dan hujan lebat yang mengguyur kawasan tersebut selama 12 jam.
Hujan lebat masih mengguyur kawasan tersebut hingga Rabu (19/1/2022) tengah malam. Selain Sungai Bremi, sejumlah sungai airnya juga meluap, yakni Sungai Sengkarang, Sungai Welo, dan Sungai Loji.
Jebolnya tanggul Sungai Sengkarang, mengakibatkan empat titik di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Wonokerto terendam banjir. Selain Kecamatan Wonokerto, banjir juga terjadi di Kecamatan Tirto, dan Kecamatan Wiradesa.
Derasnya air banjir, membuat warga tak sempat menyelamatkan perabotan rumah tangganya, hingga mengalami kerusakan parah. Sejumlah tempat ibadah juga terendam lumpur. Sebagian warga masih bertahan di rumahnya, dan kondisinya kesulitan melakukan aktivitas seperti bekerja atau memasak karena semua terendam.
Kondisi itu diakui oleh salah satu warga, Eni yang hampir sebagian rumahnya terendam banjir. "Pagi ini belum bisa memasak untuk mekan, karena memang tidak ada penjual sayur yang berjualan," ungkapnya, Kamis (20/1/2022).
Ratusan warga yang sempat mengungsi di sejumlah lokasi pada Rabu (19/1/2022) malam, sebagian sudah kembali untuk melihat dan membersihkan rumahnya. Sebagian lagi masih bertahan di pengungsian, yakni di Gedung Kopindo Wiradesa.
Warga lainnya, Anis mengaku khawatir banjir akan terjadi lagi, karena lokasi tanggul hanya ditambal menggunakan karung berisi tanah. Perbaikan permanen terhadap tanggul yang jebol tersebut, belum bisa dilakukan karena curah hujan masih tinggi.
Saat kejadian banjir bandang, dia mengaku kaget, karena air tiba-tiba masuk ke rumah. "Sungai yang membelah perkampungan warga meluap. Kami hanya bisa pasrah, karena jika musim penghujan ataupun musim rob, banjir sudah menjadi langganan di sini," tuturnya.
Maryati, warga Desa Pasirsari, mengaku hingga kini belum ada langkah serius yang diambil pemerintah setempat untuk mengatasi permasalahan banjir. Warga hanya bisa mengandalkan pompa-pompa air kecil yang tidak bisa maksimal mengatasi banjir.
Ribuan rumah warga terendam banjir, bahkan ketinggian air ada yang mencapai satu meter. Banjir dipicu oleh jebolnya tanggul, dan hujan lebat yang mengguyur kawasan tersebut selama 12 jam.
Hujan lebat masih mengguyur kawasan tersebut hingga Rabu (19/1/2022) tengah malam. Selain Sungai Bremi, sejumlah sungai airnya juga meluap, yakni Sungai Sengkarang, Sungai Welo, dan Sungai Loji.
Jebolnya tanggul Sungai Sengkarang, mengakibatkan empat titik di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Wonokerto terendam banjir. Selain Kecamatan Wonokerto, banjir juga terjadi di Kecamatan Tirto, dan Kecamatan Wiradesa.
Derasnya air banjir, membuat warga tak sempat menyelamatkan perabotan rumah tangganya, hingga mengalami kerusakan parah. Sejumlah tempat ibadah juga terendam lumpur. Sebagian warga masih bertahan di rumahnya, dan kondisinya kesulitan melakukan aktivitas seperti bekerja atau memasak karena semua terendam.
Kondisi itu diakui oleh salah satu warga, Eni yang hampir sebagian rumahnya terendam banjir. "Pagi ini belum bisa memasak untuk mekan, karena memang tidak ada penjual sayur yang berjualan," ungkapnya, Kamis (20/1/2022).
Ratusan warga yang sempat mengungsi di sejumlah lokasi pada Rabu (19/1/2022) malam, sebagian sudah kembali untuk melihat dan membersihkan rumahnya. Sebagian lagi masih bertahan di pengungsian, yakni di Gedung Kopindo Wiradesa.
Warga lainnya, Anis mengaku khawatir banjir akan terjadi lagi, karena lokasi tanggul hanya ditambal menggunakan karung berisi tanah. Perbaikan permanen terhadap tanggul yang jebol tersebut, belum bisa dilakukan karena curah hujan masih tinggi.
Saat kejadian banjir bandang, dia mengaku kaget, karena air tiba-tiba masuk ke rumah. "Sungai yang membelah perkampungan warga meluap. Kami hanya bisa pasrah, karena jika musim penghujan ataupun musim rob, banjir sudah menjadi langganan di sini," tuturnya.
Maryati, warga Desa Pasirsari, mengaku hingga kini belum ada langkah serius yang diambil pemerintah setempat untuk mengatasi permasalahan banjir. Warga hanya bisa mengandalkan pompa-pompa air kecil yang tidak bisa maksimal mengatasi banjir.
(eyt)