Misteri Berlian Rp300 Miliar dari Bandung untuk Sultan Delhi Bikin Geger Australia

Selasa, 04 Januari 2022 - 05:15 WIB
loading...
Misteri Berlian Rp300 Miliar dari Bandung untuk Sultan Delhi Bikin Geger Australia
Jack Palmer (3 dari kiri) berpose didepan reruntuhan pesawat DC-3 nahas dari Bandung itu. Sumber: National Library of Australia
A A A
BANDUNG - Jam telah menunjukkan pukul 01.00 dini hari ketika pesawat Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi PK-AFV Pelikaan bersiap tinggal landas dari Lapangan Terbang Andir, Bandung . Pagi buta itu, 3 Maret 1942, pesawat milik maskapai penerbangan Hindia Belanda, KNILM, ini bakal bertolak menuju Australia.

Pesawat diawaki oleh pilot Kapten Ivan Smirnoff, kopilot J Hoffman dan operator radio JJ Mueller. Penumpang lainnya yakni 5 orang pilot Belanda dan 4 warga sipil, termasuk seorang bayi berusia 18 bulan, menurut harian The Canberra Times tertanggal 25 Oktober 1981 yang berjudul "The Flight of the Diamond Dakota",

Keadaan kala itu sangat mencekam. Sebab, lima hari kemudian Gubernur Jenderal Hindia Belanda AWL Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menyerah tanpa syarat kepada Letnan Jenderal Hitoshi Imamura dari Jepang.

Tuan Wisse, Kepala Lapangan Terbang Andir, bergegas menghampiri Kapten Smirnoff, warga negara Belanda kelahiran Rusia yang merupakan pilot veteran Perang Dunia I. Dia memberikan sang kapten sebuah bingkisan berbentuk seperti sebuah kotak cerutu yang disegel.

"Jagalah baik-baik kotak ini, isinya cukup berharga. Ini akan diambil oleh perwakilan sebuah bank ketika Anda mendarat di Australia," ujar Wisse ditulis The Canberra Times, sebagaimana disarikan peminat sejarah lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rino Surya Budisaputra, dikutip Selasa (4/1/2022).

Tepat pukul 01.15 pesawat meninggalkan Hindia Belanda menuju Benua Kangguru. Burung besi ini memasuki pinggiran kota Broome, Australia Barat pada jam 09.40 waktu setempat. Baaca juga: Jelang Tahun 2022, Begini Penampakan Pusat Kota Bandung yang Mulai Dipadati Warga

Tanpa diketahui oleh awak pesawat dan para penumpang, beberapa saat sebelumnya 9 unit pesawat tempur Zero milik Angkatan Udara Jepang melancarkan serangan ke kota itu. Seusai melakukan aksi yang menewaskan lebih dari 70 nyawa tersebut, 3 unit pesawat Zero terakhir meninggalkan Broome menuju pangkalan AU Jepang di Timor.

Pesawat yang masing-masing dipiloti oleh Zenziro Miyano, Takashi Murano dan Zempei Matsumoto ternyata terbang tepat ke arah berlawanan dengan pesawat Dakota dari Bandung. Tanpa ampun pesawat Nippon ini membombardir Pelikan yang disetir Kapten Smirnoff.

Terjangan peluru mengenai kedua lengan dan pinggul Smirnoff. Penumpang sipil yang bernama Maria van Tuyn terkena 2 kali tembakan di bagian dada dan anak bayinya yang bernama Johannes terluka di bagian lengan.

Selain itu penumpang lain bernama Letnan Hendriks terkapar bersimbah darah, kehilangan kesadaran. Tak lama kemudian mesin pesawat terbakar.



Walaupun dalam keadaan kaget dan kehilangan darah, Kapten Smirnoff dengan piawai berhasil mendarat darurat di pinggir pantai Carnot Bay, sekitar 90 km sebelah utara kota Broome. Ketiga pesawat Jepang itu sempat terbang rendah menghampiri DC-3, namun lantas berlalu menuju pangkalan mereka di Timor.

Kapten Smirnoff meminta operator radio untuk mengambil radio komunikasi di pesawat. JJ Mueller kemudian berhasil mengirim sinyal SOS melalui radio itu. Salah seorang penumpang yang merupakan pegawai KNILM, van Romondt, diperintahkan untuk mengambil kotak misterius titipan Tuan Wisse serta surat-surat dan buku catatan perjalanan pesawat.

Kotak Berisi Berlian

Misteri Berlian Rp300 Miliar dari Bandung untuk Sultan Delhi Bikin Geger Australia


Ketika van Romondt sedang membawa barang-barang itu, mendadak ada ombak besar menerjang dirinya. Kotak misterius itu pun turut hilang disapu ombak.

Di lokasi kejadian, seorang Aborigin melihat kejadian jatuhnya DC-3 tersebut dan melaporkan kepada pihak berwenang. Setelah empat hari mencari reruntuhan pesawat, akhirnya para kru dan beberapa penumpang yang masih hidup berhasil diselamatkan. Ajaibnya, Kapten Smirnoff dapat bertahan dan dibawa ke sebuah rumah sakit di Broome. Setelah menjalani pemulihan, dia memutuskan untuk pergi ke Sydney dan transit di Melbourne.

Tiba di Melbourne, Kapten Smirnoff dikejutkan dengan kedatangan dua orang tamu. Seorang agen polisi dan perwakilan Commonwealth Bank cabang Melbourne menanyakan keberadaan kotak misterius itu. Dirinya terhenyak, ternyata kotak tersebut berisi berlian senilai 300.000 poundsterling milik toko perhiasan NV De Concurrent di Bandung.

Dalam artikel yang berjudul "The Bravery, Tragedy, and Mystery of Captain Smirnov's Secret Diamond Delivery", rilisan ABC News pada 25 Januari 2021, kini berlian tersebut ditaksir sekitar 30.000.000 dolar Australia (Rp300 miliar berdasarkan kurs saat ini).

“Tercatat bahwa beberapa butir berlian besar di kotak tersebut ditujukan kepada Sultan Delhi, India. Mulanya berlian itu berada di Amsterdam. Seiring dengan berkuasanya Jerman di Belanda, untuk menghindari penjarahan Nazi, maka dikirimlah batu berharga tersebut ke Bandung,” tulis ABC, dikutip Rino Surya.

Tak berapa lama setelah para penumpang dievakuasi, datanglah Jack Palmer ke Carnot Bay. Tujuannya, untuk melihat-lihat reruntuhan pesawat itu. Di sinilah kisah berlian tersebut menjadi menarik.

Palmer membuat pengakuan berbeda tentang penemuan berlian dari Bandung itu. Pertama, dia menemukan kotak berlian itu di pinggir pantai. Versi kedua, kotak ditemukan dalam pesawat.

Setelah kotak ditemukan, sebagian besar berlian tersebut jatuh berserakan di pantai. Berlian tersisa dibawa Palmer ke Pender Bay dan dibagikan kepada teman-temannya, James Mulgrue dan Frank Robinson.

Setelah penemuan berlian itu, Palmer mendaftarkan dirinya untuk bergabung dengan Angkatan Bersenjata Australia. Di hadapan Mayor Cliff Gibson, Palmer menyerahkan berlian yang ditaksir senilai 20.000 poundsterling itu. Sementara itu, sisa berlian yang tercecer di Carnot Bay mulai beredar di beberapa perkampungan Suku Aborigin seputaran Broome.

Pada Maret 1943, seorang penjahit bernama Chin Loong Dep dari Broome ditangkap polisi. Dia didakwa menguasai 460 butir berlian dari Bandung. Ketika diinterogasi, Dep menjawab bahwa dirinya mendapat berlian tersebut dari seorang bocah Aborigin yang tak diketahui namanya.

Setelah Dep ditangkap, polisi lantas memburu trio Palmer, Mulgrue dan Robinson. Ketiga orang ini akhirnya diajukan ke pengadilan. Palmer bersikeras di pengadilan bahwa dia sudah memberikan seluruh berlian kepada Mayor Gibson.

Melihat alat bukti di persidangan, trio tersebut akhirnya dibebaskan dari segala tuntutan. Palmer malah meminta imbalan jasa ke otoritas Belanda di Australia atas jasanya mengembalikan berlian sejumlah 20.000 poundsterling itu. Pada akhirnya, otoritas Belanda hanya dapat mengumpulkan 7% dari total berlian yang tercecer itu.

Bangunan Cagar Budaya di Braga

Misteri Berlian Rp300 Miliar dari Bandung untuk Sultan Delhi Bikin Geger Australia


Seusai perang, Palmer hidup berkecukupan. Publik mencurigai pengakuan dirinya. Bukan tidak mungkin Palmer menyerahkan hanya sebagian kecil dari berlian itu. Yang jelas hidup Palmer cukup nyaman. Dia memiliki sebuah usaha, sebuah rumah, sebuah kapal layar dan sebuah Chevrolet biru. Dirinya selalu memiliki uang tunai yang banyak. Diketahui pula Palmer sering berkunjung ke rumah bordil.

Tahun 1958 Palmer meninggal dunia di Broome. Di nisan makamnya terukir tulisan "Diamond Jack Palmer". Pantai tempat jatuhnya DC-3 tersebut diberi nama Smirnoff Beach.

Sementara itu bangunan pemilik berlian tersebut, NV de Concurrent yang sebelum perang beralamat di Bragaweg 41, masih tegak berdiri sampai sekarang. Bangunan cagar budaya tersebut kini dikenal sebagai "Concurrent Jewellery" dan beralamat di Jalan Braga Nomor 53, Bandung, Jawa Barat.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2286 seconds (0.1#10.140)