Kisah Kehebatan Ki Gede Bungko, Laksamana yang Dikenang dengan Musik dan Tarian
loading...
A
A
A
Merasa stabilitas wilayahnya terancam, Sunan Gunung Jati lantas mengirim ratusan pasukan untuk menggempur Pelabuhan Sunda Kelapa dari dua sisi, yakni darat dan laut.
Ki Gede Bungko memimpin pasukan dari laut. Pada kesempatan ini, pasukan laut berpura-pura kalah. Setelah Potugis lengah langsung diserang dari darat dan laut. Berkat keberaniannya mengusir bangsa Portugis, ia dianugerahi gelar Laksamana.
Ki Gede Bungko tidak hanya hebat perang di laut. Ia juga pernah menumpas istana aliran sesat yang didirikan oleh Ki Gedeng Kapetakan. Istana aliran sesat Ki Gedeng Kapetakan itu banyak pengikutnya hingga sempat menggoyahkan umat Islam Cirebon yang baru masuk Islam.
Ki Gede Bungko wafat di desa Bungko dan dimakamkan di tempat itu juga. Namun ada versi lain yang menyatakan bahwa jasad Ki Gede Bungko sebetulnya dimakamkan di Astana Gunung Jati. Hal ini bisa dipahami karena begitu dekat dan besarnya jasa dia terhadap Sunan Gunung Jati.
Begitu besarnya pengaruh Ki Gede Bungko, namanya tidak hanya tercatat dalam naskah Serat Carubkanda. Para prajurit Ki Gedeng Bungko, bahkan merekam perjalanan peperangan Ki Gedeng Bungko dalam tarian.
Seperti Tari Bebek Ngoyor yang merekam perjuangan Ki Gedeng Bungko menaklukkan Sunda Kelapa bersama pasukan Cirebon dan Demak. Selain itu, Tari Ayam Alas, yakni tarian yang merekam saat Ki Gedeng Bungko menumpas istana aliran sesat yang didirikan oleh Ki Gedeng Kapetakan. Semua tarian itu ada ceritanya. Karena tarian perang, maka gerak tubuh penari tidak lunglai.
Jejak lainnya adalah Angklung Bungko, yang hingga saat ini masih lestari. Diceritakan bahwa sang panglima perang juga gemar bermain musik, khususnya angklung, yang sekarang dikenal Angklung Bungko Cirebon.
Diolah dari berbagai sumber
Ki Gede Bungko memimpin pasukan dari laut. Pada kesempatan ini, pasukan laut berpura-pura kalah. Setelah Potugis lengah langsung diserang dari darat dan laut. Berkat keberaniannya mengusir bangsa Portugis, ia dianugerahi gelar Laksamana.
Ki Gede Bungko tidak hanya hebat perang di laut. Ia juga pernah menumpas istana aliran sesat yang didirikan oleh Ki Gedeng Kapetakan. Istana aliran sesat Ki Gedeng Kapetakan itu banyak pengikutnya hingga sempat menggoyahkan umat Islam Cirebon yang baru masuk Islam.
Ki Gede Bungko wafat di desa Bungko dan dimakamkan di tempat itu juga. Namun ada versi lain yang menyatakan bahwa jasad Ki Gede Bungko sebetulnya dimakamkan di Astana Gunung Jati. Hal ini bisa dipahami karena begitu dekat dan besarnya jasa dia terhadap Sunan Gunung Jati.
Begitu besarnya pengaruh Ki Gede Bungko, namanya tidak hanya tercatat dalam naskah Serat Carubkanda. Para prajurit Ki Gedeng Bungko, bahkan merekam perjalanan peperangan Ki Gedeng Bungko dalam tarian.
Seperti Tari Bebek Ngoyor yang merekam perjuangan Ki Gedeng Bungko menaklukkan Sunda Kelapa bersama pasukan Cirebon dan Demak. Selain itu, Tari Ayam Alas, yakni tarian yang merekam saat Ki Gedeng Bungko menumpas istana aliran sesat yang didirikan oleh Ki Gedeng Kapetakan. Semua tarian itu ada ceritanya. Karena tarian perang, maka gerak tubuh penari tidak lunglai.
Jejak lainnya adalah Angklung Bungko, yang hingga saat ini masih lestari. Diceritakan bahwa sang panglima perang juga gemar bermain musik, khususnya angklung, yang sekarang dikenal Angklung Bungko Cirebon.
Diolah dari berbagai sumber
(don)