Berkat PLN, Perekonomian Desa Bangkit dan Kian Menggeliat

Jum'at, 17 Desember 2021 - 02:23 WIB
loading...
A A A
"Suami saya bekerja serabutan, giling cabai, berdagang apa saja. Jadi, dengan saya punya kesibukan merajut, sangat membantu ekonomi keluarga. Pekerjaan ini tidak merepotkan. Kita bisa merajut di selah kesibukan mengurus rumah," tutur wanita berhijab ini dengan senyum lebar.

Dwi salah satu mahasiswi di Universitas Islam Negeri (UIN) Suska di Pekanbaru terlihat memasuki Rumah Kreatif Kampung Patin. Setelah menyapa para wanita yang lebih senior darinya, mahasiswi semester 5 itu bergegas mengambil jarum dan benang rajut. Wanita berparas cantik ini, mulai merajut. Bagi wanita di Rumah Kreatif Kampung Patin, Dwi terkenal ahli merajut gantungan kunci (suvernir).

"Kalau membuat gantungan kunci saya bisa buat lima buah satu hari. Saya baru empat bulan di sini, jadi perlu banyak belajar sama ibu-ibu di Rumah Kreatif Kampung Patin ini. Usai belajar daring, saya kemari belajar. Dari pada main kesana kemari tidak jelas, saya memilih belajar merajut bisa dapat uang. Lumayan satu minggu dapat uang Rp 150 ribu. Uangnya bisa bantu keluarga dan jajan adik," ucap anak kedua, dari lima bersaudara ini.

Hasil kerajinan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) itu sendiri dipasarkan di sejumlah wilayah seperti Sumatera dan Jawa. Untuk di Riau, mereka memasarkannya di Wisata Puncak Kompe yang lokasinya sekitar 10 menit perjalanan dari desa mereka. Harga kerajinan rajut mereka jual dari harga Rp 15 ribu hingga Rp 450 ribu per satuan, tergangtung dari tingkat kesulitan kerajinan tersebut.



Selain kerajinan merajut, di Rumah Kreatif Kampung Patin yang berukuran 6 x 9 meter ini, juga ada kerajinan membuat kelapa jelly. Usaha kecil yang juga binaan PLN ini juga sangat bermanfaat untuk membantu ekonomi Desa Koto Mesjid. Usaha menjual kelapa jelly Rumah Kreatif Kampung Patin membawa berefek domino terhadap ekonomi. Rumah Kreatif Kampung Patin membeli kelapa muda milik warga.

"Kalau kami yang membuat kelapa jelly ada enam orang. Kalau yang wanita ini tugasnya memasak air kelapa dengan jelly. Kalau kaum pria ini tugasnya mencari kelapa mudanya dan mengupasnya. Kami beli kelapa warga itu hargnya Rp 5 ribu per buah. Sementara kelapa jelly yang sudah kami olah itu kita jual Rp 20 ribu per buah. Pelanggan sangat suka dengan buatan kami. Kita beri nama kelapa jelly ini dengan Dekla," ucap Rina Hartati.

Hasil dari usaha kecil ini juga sangat menjanjikan. Per bulannya mereka bisa membuat 800 buah kelapa jelly. Rumah Kreatif Kampung Patin memasarkan produk kelapa jelly ini di Pekanbaru dan Wisata Kompe.

"Dengan usaha ini saya bisa menguliahkan anak. Hasil dari jualan Dekla ini sangat membantu ekonomi rumah tangga. Warga desa kami juga senang kelapa mereka kita beli. Bahkan kita sering kehabisan kelapa jenis gading. Karena memang tidak sembarangan kelapa bisa dibuat kelapa jelly. Setiap bulannya kita bisa menjual 800 buah," timpal, Refni Juita pengerajin kelapa Jelly.

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4313 seconds (0.1#10.140)